Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Mulai Merangkak Lagi

42 pengusaha tekstil pribumi di Majalaya mulai bangkit kembali berkat menteri perindustrian A.R. Soehoed yang menunjuk PT Industri Sandang (Insan) I sebagai bapak angkat industri tekstil. (eb)

14 Juli 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

EMPATPULUH dua pengusaha tekstil pribumi di Majalaya Jawa Barat hari-hari ini mendapat rezeki borongan istimewa. Deru mesin ATM dan ketak-ketik Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) yang selama ini sepi kini ramai lagi. Ada alasan mengapa demikian. Selain memenuhi kebutuhan Lebaran mendatang juga Departemen Hankam telah memesan 821 ribu meter kain blacu untuk keperluan ABRI. Pembelian itu "untuk membantu pemasaran tekstil Majalaya," kata Mayjen Haryo Suroso, Kepala Badan Pembekalan (Bapek) ABRI. Langkah Hankam ini tentu saja disambut gembira oleh para pengusaha tekstil Jawa Barat itu. "Pesanan itu merupakan awal dari kebangkitan kembali industri kecil pribumi," kata H. Tatang Mukrom Direktur CV Tangulun yang juga meangkap koordinator pengusaha tekstil di Majalaya kepada Hasan Syukur dari TEMPO. Namun H. Tatang, satu di antara 42 pengusaha tekstil yang kecipratan rezeki itu mengharapkan, Hankam tidak hanya memesan blacu saja tapi diperluas dcngan jenis tekstil lainnya. H.E. Sukendar, Direktur CV Jembartex yang memiliki 300 Alat Tenun Mesin (ATM) menganggap "usaha pemerintah itu harus diimbangi oleh pengusaha dengan mengadakan berbagai perbaikan." Baik dalam mutu produksi, manajemen maupun bidang pemasaran. Dulu, ketika ramainya sistim jatah industriawan tekstil pribumi kecil umumnya cuma aktif dalam produksi. Pemasarannya diserahkan kepada pedagang lain yang sebagian besar terdiri dari non-pri. Setelah para pedagang itu memiliki pabrik sendiri para pengusaha pribumi ini kehilangan pasar. Kalau toh masih ada yang bertahan itu adalah "mereka yang rajin menjajakan barangnya ke Pasar Tanah Abang Jakarta," ucap H. Tatang Mukrom. Tapi dengan adanya pesanan Hankam baru-baru ini ke-42 pengusaha tekstil pribumi kecil ini agaknya tak perlu lagi menjajakan kain blacunya ke pasar. Proyek Cikal Bangkitnya lagi Majalaya mungkin berkat adanya uluran tangan Menteri Perindustrian AR Soehoed yang menunjuk PT Industri Sandang (Insan) I sebagai "bapak angkat" industri tekstil. Sebagai "bapak angkat" PT Insan I memberikan. fasilitas modal kerja dan menyalurkan pemasaran produksi. Menurut Mayjen Atam Surakusumah, Dir-Ut PT Insan I modal kerja itu berupa penjualan kredit benang tenun. Kredit bahan baku itu akan dibayar kembali dengan hasil produksi. Sedang pembinaan dalam bidang manajemen dan teknis dilakukan oleh Bimbingan dan Pengembangan Industri Kecil (Bipik) Ditjen Industri Kecil. Dan selaku konsumen maka Bapek ABRI mengikutsertakan Institut Teknologi Tekstil (ITT) Bandung sebagai pengawas produksi dan kwalitas kain. Langkah yang diambil PT Insan I terhadap 42 industri tekstil pribumi, Majalaya barulah merupakan proyek cikal (pilot project). Ini meliputi sekitar 1200 ATM dan pesanan Hankam itu sudah harus siap dalam tempo 4 bulan. Dewasa ini di Majalaya terdapat 132 perusahaan industri tekstil milik pribumi. Dalam jumlah ini belum termasuk 111 milik non-pri yang umumnya mendapat fasilitas kredit bank. "Dari 132 itu baru 2 pengusaha pribumi yang dapat kredit bank," ujar Yan Mokoginta Ketua Tim Komisi VI DPR-RI yang meninjau pelaksanaan Keppres 14/1979 di Majalaya pekan lalu. Anggota DPR yang juga dikenal sebagai pengurus Kadin itu menilai prosedur kredit bank untuk pengusaha pribumi kecil ini harus dirobah. Katanya: "Pihak bank jangan hanya berpegang pada ketentuan-ketentuan formil saja. Tapi harus didasarkan pada kelayakan." Dia berpendapat tindakan Hankam yang memesan produksi tekstil Majalaya ini amat positip bahkan menggairahkan para pengusaha. Tidak semua pengusaha tekstil Majalaya bergairah menyambut. "Saya belum ikut, ingin melihat pelaksanaannya dulu," ujar Iyas. Kenapa? Iyas yang memiliki 26 buah mesin tenun dan memproduksi kain songket itu "sedang sibuk melayani pesanan untuk bulan puasa dan Lebaran." Tapi diakuinya, industri tekstil pribumi Majalaya akan merangkak cepat kalau pesanan Hankam liwat PT Insan I berkelanjutan dan diikuti oleh instansi lain. Memang menjelang puasa Ramadhan dan Lebaran situasi pasaran tekstil lagi sedang baik. Tapi bulan-bulan berikutnya biasanya merupakan masa paceklik bagi produsen tekstil. Sedang kesinambungan produksi harus tetap dipertahankan. Di sinilah perlu instansi pemerintah mengikuti jejak Departemen Hankam itu. Lebih Berkah Bagi perusahaan yang punya jaringan pemasaran, "rezeki" yang didapat 42 pengusaha pribumi Majalaya itu memang bukan hal yang luar biasa. Menurut Munir, 43 tahun, manajer pabrik tekstil Persatuan Pembatikan Indonesia Pekalongan (PPIP) dengan pesanan itu "seolah-olah kita menjadi buruh." padahal katanya "menjadi juragan lebih berkah." Kini Pabriteks PPIP yang terletak di Baros, Kabupaten Batang itu memiliki 308 buah ATM yang dijalankan selama 24 jam (3 shift). Jumlah produksinya 8500 pis sebulan dengan tenaga kerja 500 karyawan. Juga Hasan Syakur, 50 tahun, Ketua I Koperasi Persatuan Batik Setono (KPBS) di desa Setono, Batang yang memproduksi mori merasa "sedikit pun tak iri" dengan rekannya dari Majalaya. Dengan 80 buah mesin, pabrik KPBS ini mampu memproduksi sekitar 2000 pis mori prima setiap bulan dengan mempekerjakan 118 karyawan. Untuk bahan baku, pabrik milik 270 anggota koperasi ini membeli benang tenun dari Perusahaan Industri Daerah (Pinda) Semarang atau Patal Sencang. Sampai kini, "bimbingan dari Bipik belum ada, semua bimbingan diperoleh dari GKBI," kata Hasan Syakur kepada pembantu TEMPO, Churozi Mulyo. Berbeda dengan Ketua I KPBS, H. Surip yang memiliki 40 mesin tenun di Pekalongan ingin pula "mendapat pesanan dari pemerintah". Dan H. Surip yang memproduksi kain verban dan mori itu mengatakan: "Saya iri dengan pesanan Hankam kepada pengusaha tekstil Majalaya." Pabriknya yang terletak di belakang rumahnya cuma bekerja 8 jam sehari. Untuk bahan baku ia pernah membeli dengan sistim kredit kepada PT Insan, "prosedurnya mudah asal ada bank garansi," katanya. Untuk mendapat bank garansi inilah yang sulit. Meskipun tak pernah mendapatkan bimbingan teknik dan manajemen dari Bipik, H. Surip pun ingin bangkit kembali. Tampaknya keinginan H. Surip tak Iama lagi akan menjadi kenyataan. Menteri Perindustrian AR Soehocd telah menunjuk PT Insan I sebagai "bapak angkat" untuk memberikan bantuan fasilltas modal kerja kepada industri tekstil pribumi di daerah Jawa Tengah bagian barat, termasuk Pekajangan, Sumatera Utara yang kemudian disusul dengan daerah Sumatera Barat. Di Sumatera Utara misalnya, dewasa ini terdapat sekitar 1500 ATM, 2000 ATBM dan 8500 gedogan. Masing-masing menghasilkan kain sarung, songket dan ulos. Untuk memproduksi kain ulos dan salun (adat) diperlukan benten (benang tenun) jenis No. 20 S sekitar 60 bal sebulan. Sekarang hanya berjalan 15%. Tapi dengan adanya dropping benten dari PT Insan I menurut Atam Surakusumah "produksi ulos dan sarung diharapkan meningkat menjadi dua kali lipat."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus