Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Nyoto Tombeng, ke mana?

Perusahaan pma, pt sinar surya metal works terancam bangkrut. direktur utama, nyoto tombeng, menghilang ke laur negeri. mulanya perusahaan ini sudah siap untuk memasyarakatkan sahamnya. (eb)

14 Maret 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PT Sinar Surya Metal Works, perusahaan PMA di Surabaya terancam bangkrut. Pabrik lampu tekan terbesar di Indonesia itu tak sanggup mengembalikan utangnya yang berjumlah Rp 3,5 milyar. Dikejar-kejar kreditur Pres-Dirnya, Nyoto Tombeng (dulu dikenal sebagai Giok Beng), tiba-tiba lenyap. Dia diberitakan telah melarikan diri. Nyoto Tombeng dikenal karyawannya sebagai pimpinan yang suka muncul di pabrik malam hari. Tapi suatu malam ia datang dengan misi khusus memboyong setumpuk map. I. Soemarsono, salah seorang direktur Sinar Surya, semula mengira Nyoto pergi ke luar negeri. Karena itu ia menghubungi beberapa alamat di Hongkong. Mendengar berita "kehilangan" itu partner Nyoto di koloni Inggris itu jadi kaget dan buru-buru terbang ke Surabaya. Partner dari Hongkong itu adalah Chan Ching Pan yang bersama-sama 5 orang rekannya memiliki 33,33% saham. Sedang Nyoto Tombeng memiliki 25% dari modal saham. Dibelit utang yang Rp 3,5 milyar, antara lain dari South East Asia Bank dan Chartered Bank masing-masing Rp 800 juta, perusahaan patungan itu mengalami kesulitan pula dalam memasarkan hasil produksi. "Stok lampu yang menumpuk di gudang sekitar 750.000 buah," kata seorang karyawan di situ. Ketika masih jaya Sinar Surya sempat mengambil 25% dari kebutuhan 2 juta lampu tekan untuk tiap tahun. Tapi sekarang produksi tinggal menumpuk di gudang. Apa sebenarnya yang terjadi pada Nyoto Tombeng, pengusaha kelahiran Surabaya itu? Nampaknya ia terpukul betul setelah Kenop-15 dan mencapai puncaknya pertengahan tahun 1980. Pabrik rokoknya, PT Artha Tobacco mati sebelum merknya dikenal orang. PT Waled Kencana, pabrik obat nyamuk merk Moon-Rabbit yang didirikan tahun 1971 juga tenggelam. Begitu pula PT Jatim Agung yang membuat batu baterai merk Seven dalam bulan Maret ini ditutup, 200 buruh diberhentikan. Tapi di mana Nyoto? "Kami sendiri masih meraba-raba. Apakah dia melarikan diri atau dilarikan orang," ujar Abdullah Thalib SH, dari kantor cabang pengacara Adnan Buyung Nasution di Surabaya, yang bertindak selaku penasihat hukum Sinar Surya. Iklan Yang jelas, tanggal 2 Februari yang lalu ia masih kelihatan keluar dengan sebuah mobil dari rumahnya di Jalan Taman Kusuma Bangsa Surabaya, menuju kantor. Ia juga pamit baik-baik pada istrinya, sebagaimana biasa kalau dia berangkat kerja. Keluarganya sendiri bingung. Istrinya telah memasang iklan di koran Surabaya, menyatakan tak tahu-menahu di mana suaminya kini. Menurut sebuah sumber, sebelum menghilang Nyoto sempat beberapa kali memimpin rapat Asosiasi Produsen Lampu Tekan Indonesia yang diketuainya. Ia menghendaki pembatasan produksi. Tapi tak mendapat dukungan. Akhirnya Sinar Surya sendiri yang mengurangi produksi dan mengalihkan kegiatan pada produksi kompor yang harga jualnya sekitar Rp 40.000/buah. Berkat pengalihan tersebut buruh tak sempat dikurangi. Hanya lembur yang dihapuskan. Apa pun yang terjadi pada Nyoto Tombeng dan di mana pun dia besembunyi, PT Sinar Surya Metal Moris di Surabaya itu untung tak sempat merugikan lapisan masyarakat yang lebih luas. Tahun 1979 sudah hampir dipastikan Sinar Surya akan memasuki Pasar Modal. Bahkan sudah disetujui BAPEPAM. Hanya karena Kenop 15 dan perlunya penyesuaian kurs maka keputusan untuk memasyarakat (go public) ditunda. Bisa dibayangkan bagaimana kalau perusahaan itu jadi menjual sahamnya yang sebesar 51% kepada masyarakat dan dalam 2 tahun ketahuan bangkrut? Ada yang mengatakan bangkrut karena Kenop 15 agak mustahil, karena devaluasi rupiah sudah berjalan 3 tahun. "Kemungkinan neraca perusahaan yang disusun sebelum 1978 adalah neraca fiktif yang membesarkan hati Bapepam," kata seorang pengamat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus