Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Oei ke cina, eka tjipta?

Setelah berhasil di singapura, oei hong leong, putra eka tjipta widjaja membeli saham mayoritas 41 bumn cina di juanzhou. grup sinar mas akan ekspor pulp ke rrc.

3 Oktober 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PARA wartawan belum juga bosan menyorot pengusaha Eka Tjipta Widjaja dan keluarganya. Sorotan itu tidak hanya di Indonesia, tapi juga di daratan Cina. Entah karena pemberitaan pers begitu gencar, Eka Tjipta konon jatuh sakit. Kebetulan, kondisi kesehatannya menurun, bersamaan dengan memuncaknya heboh sekitar 660 orang buruh dan teknisi RRC. Buruh-buruh asing itu dipekerjakan Eka Tjipta untuk proyek PLTU (pembangkit listrik tenaga uap) PT Indah Kiat Pulp & Paper. Memang, Eka Tjipta kali ini menghadapi tantangan besar. DPR bahkan sempat memanggilnya untuk dengar pendapat. Keputusan akhir: tenaga kerja Cina yang sebagian cuma berkelas tukang masak itu dipulangkan ke negeri mereka, jauh sebelum kontraknya berakhir. Namun, belum lagi reda pemberitaan tentang buruh RRC, pekan silam tersebar berita sekitar Oei Hong Ni (di Singapura dikenal dengan nama Oei Hong Leong). Dia adalah anak Eka Tjipta yang memborong 41 perusahaan negara di Juanzhou, Provinsi Fujian, RRC. Judul berita di salah satu koran berbahasa Cina terbitan lokal itu begini, "Oei Hong Ni Memborong 41 BUMN." Berita tujuh kolom itu menggelisahkan usahawan keturunan Cina di Jakarta dan lingkungan usahawan asal Indonesia yang sudah menetap di Hong Kong. Mereka menganggap bahwa Oei Ek Tjong (Eka Tjipta) tidak berpikir strategis, karena telah membiarkan anaknya, Oei Hong Leong, menanamkan modalnya secara gegabah di RRC. Lang kah itu bisa meningkatkan kecurigaan pemerintah RI atas segala kegiatan bisnis keturunan Cina di Indonesia. Apalagi kalau berkaitan langsung dengan RRC, tanah leluhur mereka. Yang menarik, ialah Oei Hong Leong sendiri dalam koran tersebut mengakui bahwa alasannya membeli BUMN milik pemerintah RRC di Juanzhou itu, tak lain karena leluhurnya berasal dari sana. Adapun Oei Ek Tjong, yang kini lebih dikenal sebagai Eka Tjipta Widjaja, memang kelahiran Fujian, RRC. Pada tahun 1931, ketika usianya sembilan tahun, ia ikut ayahnya merantau ke Indonesia dan kemudian menjadi warga negara RI. Belakangan, Eka Tjipta Widjaja dikenal sebagai konglomerat pemilik 100 lebih perusahaan dengan aset sekitar Rp 6 trilyun (termasuk Bank Internasional Indonesia) dan omzet Rp 150 milyar sampai Rp 200 milyar setahun. Kelompok usahanya diberi nama Grup Sinar Mas dan diperkirakan sekali waktu kelak akan menjadi pesaing tangguh bagi Grup Salim. Tidak disebutkan berapa nilai investasi yang dilempar oleh Hong Leong ke Juanzhou. Juru bicara dari ke41 BUMN itu, Zheng Zhongjie, hanya mengatakan bahwa setelah transaksi tersebut, Oei Hong Leong berwenang menentukan jatuh bangunnya ke-41 perusahaan itu. Ini mungkin, karena Hong Leong menguasai 60% sahamnya. Baru sekali ini terjadi pemerintah RRC membolehkan kepemilikan atas perusahaannya dipindahkan ke tangan (swasta) asing. Seorang pejabat Kedutaan RRC di Jakarta mengatakan kepada TEMPO, "Setahu saya hal ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Dan jika memang terjadi, jual-beli semacam itu harus dilakukan dengan seizin pemerintah pusat di Beijing. Tidak mungkin provinsi melakukannya sendiri." Transaksi tersebut memang hal baru, tidak hanya bagi pemerintah RRC, tapi juga bagi Hong Leong sendiri. Putra Eka Tjipta ini, lebih dari satu tahun silam memindahkan basis kegiatan bisnisnya dari Singapura ke Hong Kong. Dari negara koloni Inggris itu agaknya ia mengincar sejumlah sasaran di RRC. Adapun bagi kegiatan bisnis BUMN RRC, langkah pemerintah Juanzhou tersebut merupakan terobosan besar yang lebih menegaskan lagi "kemajuan" negara itu dalam menerapkan cara-cara kapitalistis. Bagi Hong Leong, ini juga merupakan gebrakan strategis untuk mengibarkan benderanya di kawasan Cina Selatan (termasuk Hong Kong), setelah ia berhasil memperoleh keuntungan di bidang properti di Singapura. Banyak orang berpendapat bahwa langkah Hong Leong tersebut tentu sudah lebih dulu mendapat sorotan lampu hijau dari keluarga Eka di Jakarta. Tapi, konfirmasi dari keluarga taipan ini, tidak bisa diperoleh. Ketika wartawan TEMPO Indrawan mencari keterangan dari Indra Widjaja -- seorang anak Eka Tjipta yang duduk dipucuk pimpinan BII -- jawabannya tidak banyak. "Yang pasti itu bukan merupakan langkah Grup Sinar Mas. Kakak saya, yang warga negara Singapura dan bergerak di pelbagai perusahaan publik, mungkin saja melakukannya," jawab Indra Widjaja. Di Singapura, sampai awal tahun silam (1991) Hong Leong antara lain menjadi CEO (chief executive officer) dan memiliki 20,84% saham United Industrial Corporation (UIC), perusahaan induk yang menguasai bisnis bahan kimia, perhotelan, properti, dan investasi. UIC adalah salah satu raksasa bisnis di Singapura, yang belakangan sahamnya dibeli oleh Liem Sioe Liong. Transaksi saham tersebut sempat bikin ribut dan dikecam keras oleh para analis bursa setempat. Mereka menganggap SES (Stock Ex change of Singapore) bersikap terlalu lunak terhadap pemegang saham mayoritas, sehingga pemegang saham minoritas dirugikan. Dari basisnya yang baru di Hong Kong, Hong Leong antara lain menjadi pemasok pelbagai jenis komoditi bahan mentah. Bahkan, berhasil melakukan terobosan dengan ekspor ke Korea Utara. Melalui kerja samanya dengan pemerintah Juanzhou, mungkin 41 perusahaan yang sudah dikuasainya itu akan digabung di bawah satu induk. Tentu sudah diperhitungkan bahwa langkah Hong Leong di Juanzhou itu kelak bisa berdampak positif bagi bisnis keluarga Eka Tjipta di Indonesia. Apalagi Grup Sinar Mas, seperti dikatakan oleh Indra Widjaja, sekarang sedang men jajaki kemungkinan ekspor pulp ke RRC. Mohamad Cholid dan Ivan Haris (Jakarta)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus