Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Investasi sekaligus Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, mengungkapkan kelanjutan rencana pemerintah membuat Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak Bumi atau OPEC versi nikel.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Ada tiga negara yang sudah kami komunikasi intens," ujar Bahlil, sapaan dia, usai konferensi pers di kantornya, Jakarta, Jumat, 30 Juni 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun, dia menolak membeberkan nama tiga negara tersebut. Sebagai informasi, menurut publikasi Mineral Commodity Summaries 2023 dari USGS, lima negara penghasil nikel terbesar di dunia pada 2022 adalah Indonesia (1,6 juta metrik ton, Filipina (330 ribu metrik ton), Rusia (220 ribu metrik ton), Kaledonia Baru (190 ribu metrik ton), dan Australia (160 ribu metrik ton).
Lebih lanjut, Bahlil menilai respons ketiga negara yang sudah menjalin komunikasi dengan Indonesia terkait OPEC versi nikel sudah bagus.
"(Tanggapan awal ketiga negara) oke. Ya secara idenya bagus, tapi tinggal detailnya aja yang perlu kita detailkan proposalnya," papar Bahlil.
Sebelumnya diberitakan, Bahlil Lahadalia mengusulkan mendirikan organisasi seperti OPEC bagi negara-negara penghasil nikel.
"Sebagai sesama negara yang kaya akan hasil pertambangan khususnya nikel, adanya organisasi seperti OPEC untuk negara penghasil nikel dapat mengoordinasikan dan menyatukan kebijakan komoditas nikel," kata Bahlil, di sela rangkaian G20 Summit di Nusa Dua, Bali, Selasa, 15 November 2023.
Hal yang sama diungkapkan Presiden Joko Widodo atau Jokowi dalam Sesi Kerja Mitra G7 pada KTT G7 Hiroshima, Jepang. "Sudah saatnya membentuk semacam OPEC untuk produk lain seperti nikel dan sawit," ujar Jokowi di Grand Prince Hotel, Hiroshima, Sabtu, 20 Mei 2023
AMELIA RAHIMA SARI | FAJAR PEBRIANTO | ANTARA