SETELAH agak lama ditunggu, perubahan di Antara nampak lagi.
Sejak 1 Nopember kemarin kantor berita itu menampilkan pimpinan
redaksi baru: Mohamad Chudori, 51 tahum dalam istilah Antara,
jabatan itu juga disebut Direktur Pemberitaan. Chudori bukan
orang baru di sini. Sarjana sospol lulusan Universitas Kotapraja
Amsterdam (1957) ini masuk Antara perwakilan Amsterdam tahun
1956. Kemudian pada tahun 1960-an jadi perwakilan Antara di
Canberra, ibukota Australia. Terakhir wartawan ini "terperosok"
ke jabatan Direktur Pemasaran.
Ismail Saleh, yang selama 14 bulan menjadi pimpinan umum Antara,
tampaknya terus berbenah. Pembenahan itu juga menjangkau bidang
personalia.
Pergantian Direktur Pemberitaan sendiri, selama jaman Orde Baru
ini sudah enam kali terjadi. Akibatnya, seperti pengakuan
Chudori. "kebijaksanaan selalu berubah, tak ada kontinuitas dan
anak buah pun kurang mendapat tuntunan."
Ismail Saleh kini tampaknya tak ingin terlalu sering
mencoba-coba. Orang no.2 di Sekretariat Kabinet setelah Menteri
Sudharmono ini selama 14 bulan membuka pintunya untuk orang
Antara, dari lapisan mana saja, mendengarkan dan menelaah.
Akhirnya ia ambil keputusan. "Kalau Chudori terus sebagai
Direktur Pemasaran, bisa-bisa profesi wartawannya hilang. Jangan
sampai ia tenggelam di sana," katanya kepada TEMPO. Lagipula,
"Saya tidak puas dengan penampilan dan penyajian "Antara selama
ini," ujarnya.
Itu tak berarti bahwa Sutjipto Wirjowidagdo -- bekas Pj.
Direktur Pemberitaan yang digantikan oleh Chudori tidak
berhasil. Menurut Ismail Saleh "ia sering terganggu
kesehatannya." Sebaliknya Chudori "fisiknya kuat dan antara
membutuhkan seorang redaksi yang lincah. Juga saya pikir anak
buah perlu mendapat pengarahan baru."
Chudori dikenal sebagai wartawan yang hampir selalu muncul di
tiap pertemuan dan resepsi, banyak kenalan dan banyak informasi.
Maka oleh Ismail Saleh Chudori diminta meningkatkan mutu dan
"kedalaman pemberitaan -- jelas dan lengkap latar belakangnya.
Selain itu hendaknya bisa memelihara dan memperluas sumber
berita -- resmi maupun tak resmi, hingga Antara mampu 'menjual'
berita lebih banyak dan lebih baik.
Dua koran penting menyambut pengangkatan Chudori. Sinar Harapan
(Jakarta) berharap kantor berita ini bisa mengungkapkan suara
rakyat kecil. Suara Merdeka (Semarang) antara lain menulis:
"Meniadakan berita mengenai sesuatu yang akhirnya tak diketahui
oleh orang banyak, pada dasarnya malah seperti mendorong
lahirnya berita desas-desus."
Di lain pihak, Ismail Saleh minta agak tehnik pemberitaan Antara
"bisa menyejukkan iklim dan suasana Indonesia, mengurangi
keresahan dan ketegangan." Bagi Chudori sendiri, Antara harus
bisa menampung umpan balik yang hidup dalam masyarakat. Soalnya
ialah cara penyajian. Berita seperti itu kan tidak dimaksud
merongrong atau bikin gelisah. Antara justru harus menyampaikan
fakta kepada pemerintah," Chudori.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini