EKONOMI suram boleh saja mewarnai langit Indonesia. Rangkaian gejolak politik pun susul-menyusul menjadi pelanggan setia negeri ini. Namun, mengutip hasil survei tahunan majalah Forbes edisi terbaru pekan lalu, Indonesia ternyata masih bisa mencetak orang superkaya dengan timbunan uang sampai miliaran dolar.
Survei Forbes telah memilih dua pengusaha Indonesia sebagai anggota klub 538 wong sugih sejagat. Yang pertama adalah Rachman Halim, pemilik kerajaan rokok PT Gudang Garam, yang menempati peringkat ke-292 dengan kekayaan US$ 1,7 miliar. Berikutnya adalah Putera Sampoerna, pemilik pabrik rokok PT HM Sampoerna, di urutan ke-387 dengan harta US$ 1,3 miliar. Sementara itu, peringkat pertama, seperti tahun lalu, dengan mantap tetap diduduki raja peranti lunak Bill Gates dengan segunung hartanya senilai US$ 59,7 miliar.
Memang, "prestasi" Indonesia memproduksi hartawan menurun cukup tajam. Pada 1996, misalnya, negeri ini mengirim sepuluh orang untuk kelas superkaya Forbes. Selanjutnya, seiring dengan krisis ekonomi, sebagian duta superkaya tergusur dari pentas (lihat tabel). Pada 1997, Forbes mencatat keluarga Presiden Soeharto memiliki kekayaan US$ 16 miliar. Namun, bekas penguasa Indonesia itu kini sama sekali tak masuk hitungan. Maklumlah, rontoknya kekuasaan otomatis meruntuhkan sinar kerajaan bisnis Keluarga Cendana. Tak sedikit perusahaan milik putra-putri Soeharto?terutama Siti Hardijanti Rukmana dan Tommy Soeharto?yang terjebak kredit macet triliunan rupiah.
Pemain papan atas yang tergusur adalah taipan Liem Sioe Liong, Eka Tjipta Widjaya, dan Bob Hasan. Hampir semua konglomerat ini menumpukkan usaha di bidang perbankan dan properti?dua sektor yang paling rapuh terkena gebrakan krisis?yang membuat imperium bisnis mereka terseret kredit macet raksasa. Liem Sioe Liong, misalnya, per Januari 1999 harus membayar Rp 26,5 triliun utang BLBI?kasbon dari Bank Indonesia?yang diberikan kepada Bank Central Asia miliknya. Akibatnya, "Nama Liem Sioe Liong pun masuk museum," kata Wilson Nababan, Direktur CISI Raya, perusahaan penyedia jasa informasi bisnis.
Nah, tergusurnya pemain lama itulah yang mengerek Rachman Halim dan Putera Sampoerna. Tanpa lawan tanding yang berarti, kedua pengusaha ini masuk dalam jajaran elite klub Forbes. Namun, kedua pebisnis langganan pembayar pajak terbesar itu juga bukan pemain kacangan, meskipun Rachman Halim, 54 tahun, memang hanya lulusan SMA. Menurut Wilson, Rachman pun bahkan bukan murid yang cemerlang. "Di sekolah dulu, mungkin dia duduk di bangku paling belakang," kata Wilson sambil tertawa.
Tapi Rachman Halim alias Tjoa To Hing punya poin istimewa, yakni kerja kerasnya. Putra Surya Wonowidjojo (Tjoa Jien Hwie), yang merintis Gudang Garam pada 1958, ini mengawali karir dengan menjadi mandor pabrik. Sampai kini pun, Rachman yang berkendaraan helikopter ini masih intensif mengawasi pekerja pabrik Gudang Garam di Kediri, Jawa Timur, yang menghasilkan 120 triliun batang rokok per tahun.
Sementara itu, Wilson menyoroti tingginya daya inovasi sebagai keistimewaan Putera Sampoerna alias Liem Tien Pao. Lulusan manajemen bisnis di Universitas Houston, AS, ini dengan kreatif membangun citra produknya?Dji Sam Soe dan Sampoerna A Mild?sebagai rokok yang trendi. Saham Sampoerna pun menjelma menjadi incaran investor karena selalu membukukan untung.
Kepekaan bisnis Sampoerna juga cukup tajam. Pada awal 1990-an, Sampoerna mencoba berdiversifikasi ke bidang penerbangan, permen, dan jasa pengiriman. Namun, karena tak berprospek bagus, usaha sampingan itu segera dipangkas. Kemudian, Sampoerna memilih berbisnis retail, PT Alfa Retailindo, yang juga tumbuh pesat. Walhasil, "Keuangan Sampoerna tetap bagus dengan fundamental yang kuat," kata Wilson.
Putera, yang merupakan generasi ketiga dinasti Sampoerna?pendirinya adalah Lim Seng Tee pada 1913?juga punya sikap unik. Segala langkah bisnis didekati Putera dengan angka sembilan, simbol kesempurnaan dalam tradisi Cina. Jumlah angka dalam logo Dji Sam Soe, 234, misalnya, adalah sembilan. Kemasan rokok Dji Sam Soe pun dilengkapi dengan gambar bintang yang bersudut sembilan. Kalau diutak-atik, jumlah angka 387 (peringkat Putera dalam Forbes) adalah 18. Bila angka 18 ini dijumlahkan, hasilnya sembilan pula.
Mardiyah Chamim dan Setiyardi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini