Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Pabrik Sawit Dibangun di Jambi, Mendag: Produksi Minyak Merah Tanpa Limbah

Berdasarkan catatan Kemendag, sumbangan industri kelapa sawit bagi perekonomian domestik juga sangat besar.

3 Agustus 2022 | 10.40 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta -Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menghadiri pembangunan pabrik minyak sawit milik PT Nusantara Green Energy (PT NGE) di Batanghari, Jambi pada Selasa, 2 Agustus 2022. Ia mengungkapkan pabrik itu dapat meningkatkan kesejahteraan petani kelapa sawit dengan memanfaatkan teknologi terbaru, yaitu mesin dry-process.

Ia menjelaskan kelebihan mesin tersebut adalah dapat digunakan dalam skala kecil, sehingga bisa lebih menyebar ke kebun-kebun rakyat, tidak memerlukan air, dan tidak menghasilkan limbah.

“Diharapkan dapat memberikan efek spillover bagi daerah lainnya di Provinsi Jambi," ujar Zulkifli melalui keterangan resmi Kementerian Perdagangan (Kemendag) pada Selasa, 2 Agustus 2022.

Selain crude palm oil (CPO) produk yang akan diproduksi menggunakan mesin dry-process itu adalah premium palm oil  (PPO) atau yang disebut minyak merah. Zulkifli berujar dengan mesin dry-process, minyak merah dapat diproduksi di berbagi tempat. Produksi minyak merah juga menurutnya dapat menjadi salah satu cara untuk mengatasi kenaikan harga maupun ketersediaan minyak goreng di daerah masing-masing.

Adapun Zulkifli mengklaim industri kelapa sawit adalah salah satu mesin pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam dekade terakhir. Sejak 2010, kata dia, Indonesia telah menjadi eksportir terbesar produk kelapa sawit melampaui Malaysia. Menurutnya, hal itu menggambarkan posisi strategis Indonesia dalam rantai pasok minyak nabati dunia.

Berdasarkan catatan Kemendag, sumbangan industri kelapa sawit bagi perekonomian domestik juga sangat besar. Sepanjang tahun 2021, Indonesia telah mengekspor 26,9 juta ton minyak kelapa sawit dengan nilai mencapai US$ 28,5 miliar. Komoditas kelapa sawit dan turunannya juga berkontribusi besar terhadap rekor surplus perdagangan tertinggi sepanjang sejarah Indonesia pada April 2022 yang lalu. Dari nilai surplus sebesar US$ 7,6 miliar, ekspor kelapa sawit dan turunannya tercatat sebesar US$ 3 miliar.

"Nilai ekspor ini tidak hanya berimbas positif bagi penerimaan negara dari pungutan ekspor, tetapi juga menyumbang devisa yang menopang stabilitas makroekonomi Indonesia," ucap Zulkifli.

Sementara itu, Gubernur Jambi Al Haris berharap para pelaku usaha dapat kembali bersemangat untuk berprestasi di industri sawit. Ia pun mengaku bersyukur harga sawit yang sempat anjlok kini sudah mulai merangkak naik.

Sedangkan Komisaris Utama PT NGE, Bambang Brodjonegoro berharap pembangunan pabrik dapat berkontribusi terhadap perbaikan kesejahteraan petani sawit yang ada di Indonesia. Terutama bagi pemilik kebun yang saat ini tidak punya pabrik dan bergantung pada pabrik-pabrik besar. Sehingga, ke depannya para petani bisa lebih mandiri dan mudah menyalurkan tandan buah segar (TBS) hasil panennya.

"Dimulai dari Provinsi Jambi melalui pembangunan pabrik dan pemanfaatan mesin dry-process," tuturnya.

Ia mengatakan selain untuk meningkatkan produksi sawit dan turunannya, termasuk CPO, upaya pembangunan pabrik itu diharapkan dapat meningkatkan daya beli masyarakat sekaligus menekan laju inflasi minyak goreng.

Adapun Wakil Bupati Batanghari Bakhtiar ingin pembangunan pabrik minyak sawit itu dapat membuka peluang investasi yang ada di Provinsi Jambi, khususnya Kabupaten Batanghari.

Baca Juga: LPEM UI: Butuh Ekspor CPO Naik 17 Kali Lipat agar Harga TBS Menjadi Rp 2.250 Per Kilo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus