Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta -Kementerian Perdagangan mulai menggaet sejumlah perusahaan platform elektronik untuk mendigitalisasi pasar tradisional di Indonesia. Salah satunya Grab. Sejumlah pedagang pasar di Pasar Tomang Barat mengatakan sudah menikmati kenaikan omzet sejak berjualan di aplikasi pasca diperkenalkan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Diantaranya Afrizal Rifai, 38 tahun, pedagang bumbu. Ia mengaku omzet-nya naik setelah masuk ke platform online. Dalam satu hari, ia bisa mendapat 50 pesanan daring atau sebesar 80 persen dari keseluruhan pembelian.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Omzetnya pun naik dari yang semula sekitar Rp 2 juta sehari, kini bisa mencapai Rp 200 juta per bulan.
Pedagang bahan pokok, Siska Ria, 32 tahun, juga menyatakan hal yang sama. Omzetnya naik sejak menggunakan aplikasi online tersebut. Ia mengungkapkan 60 persen konsumennya saat ini berasal dari platform digital tersebut.
Namun karena ada biaya administrasi dari aplikasi itu, maka ia terpaksa menaikkan harga pada konsumennya. "Biaya admin 15 persen, kita paling naikin dari harga jual," ujarnya.
Surjaya, 44 tahun, pedagang daging di Pasar Tomang Barat, Jakarta Barat mengaku terkena potongan biaya administrasi sebesar 20 persen.
"Paling sehari yang order 3-4 kali. Biaya administrasinya besar, 20 persen," ucapnya di Pasar Tomang Barat, Jakarta Barat pada Kamis, 18 Agustus 2022.
Sedangkan Rifai mengatakan, biaya jasa atau administrasi yang dikenakan padanya bisa mencapai 16 persen. Pada awalnya pemotongan dasar, kata dia, hanya 10 persen, namun ketika ada promo terjadi penyesuaian.
"Makanya enggak sama setiap pedagang ini. Ada yang 5 persen, ikut promo jadi 10 persen. Kenapa ya enggak disamaratakan?" ujarnya.
Kementerian Perdagangan menargetkan 1.000 pasar di seluruh Indonesia yang masuk ke platform digital. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan meyakini jumlahnya bisa sampai satu juta pasar yang bekerja sama dengan perusahaan plaform digital.
Menurut Zulhas, jika pasar sudah berkembang di kota-kota besar, biasanya masyarakat malas berkunjung, sehingga perlu dipikirkan bagimana caranya menggunakan platform secara online agar tidak merugi.
"Nggak ada yang datang pasar sepi. Nah ada solusinya yaitu melalui platform digital," tuturnya.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.