Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Pelud baru, perum baru

Pelabuhan udara cengkareng akan selesai tahun ini, akan dikelola perusahaan negara baru yang akan dibentuk. perum angkasa pura nantinya hanya akan mengelola lapangan udara di luar jakarta. (eb)

17 Maret 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MENTERI Perhubungan, Roesmin Nurjadin, tampak sibuk minggu-minggu ini. Hanya sepekan setelah melapor kepada Presiden Soeharto perihal pelabuhan udara (pelud) Cengkareng yang katanya "sudah rampung 81,6%" - Senin minggu lalu Menteri sudah terlihat muncul di Cengkareng memimpin rapat lengkap Otorita di proyek yang berharga Rp 343 milyar lebih itu. Di dalam rapat, hadir sejumlah pejabat teras di lingkungan Perhubungan, Roesmin membeberkan keputusan pemerintah tentang pengelolaan pelud Cengkareng yang direncanakan siap dibangun akhir tahun ini. Itu penting karena baru kepada wartawan usai menghadap Kepala Negara, Menteri mengumumkan bahwa Cengkareng akan dikeola perusahaan negara. "Perusahaan itu bukan Perum Angkasa Pura, tapi perusahaan baru yang akan dibentuk," katanya. Menteri tidak memperinci alasan kenapa Angkasa Pura - yang selama ini sudah mengelola bandar udara Halim Perdanakusuma dan Kemayoran di Jakarta serta Ngurah Rai di Denpasar, Bali - tak diberi kesempatan mengelola Cengkareng Namun, seorang pejabat di Perhubungan mengatakan, sudah menjadi keputusan pernerintah untuk menghidupkan lebih dari satu perum guna mengelola pelabuhanpelabuhan udara yang ada di Indonesia. Jumlah seluruh lapangan udara itu kini 50 buah lebih. Dengan kata lain, Cengkareng kelak akan dikelola perusahaan baru yang khusus mengurus bandar udara di Jakarta. Dan Perum Angkasa Pura, yang sudah berpengalaman menurus lapangan udara selama 22 tahun, akan mengelola lapangan udara di luar Jakarta. Sementara ini, menurut Joewono, Kepala Hubungan Masyarakat Angkasa Pura, perum itu baru diberitahu untuk mengelola lapangan tambahan: Polonia di Medan, Juanda di Surabaya, dan Hasanuddin di Ujungpandang. Pimpinan Harian Proyek pelud Cengkareng, Karno Barkah, mengakui bahwa kebijaksanaan baru itu "memang berat" dirasakan Perum Angkasa Pura. Sebab, sekitar 60% penghasilan selama ini memang diperoleh dari bandar udara di Jakarta. "Tapi, pengalaman mereka diserlukan untuk menghidupkan lapangan udara yang lain," katanya. Akan halnya Cenkareng, Karno Barkah memastikan, pelabuhan udara ini akan dikelola sebuah perum baru. Namanya belum diungkapkan. Cuma, di isyaratkannya, perum itu nanti akan di bantu dua perusahaan: PT Garuda Indonesian Airways dan PT Chandra Dirgantara. Kedua perusahaan ini direncanakan mengurus angkutan barang dan penumpang dari terminal hingga ke atas pesawat. "Mereka mendapat konsesi, tapi harus membayar kewajiban konsesi," ujar Karno Barkah. Pejabat yang bulan lalu baru mendapat bintang penghargaan dari pemerintah Prancis itu belum tahu berapa besar kewajiban konsesi akan dibebankan kepada kedua perusahaan tadi. Meskipun demikian, khusus Garuda, katanya, selain diberi konsesi juga mendapat satu subterminal, mengingat armada pesawatnya yang banyak. Cengkareng memiliki tiga subterminal: dua domestik dan satu internasional yang seluruhnya berkapasitas sembilan juta penumpang per tahun. Mengurus ground handling buat Garudabukan hal baru. Tapi bagaimana dengan Chandra Dirgantara? "Kami memang mengajukan permohonan untuk ikut mengelola ground handling di Cengkareng, tapi belum tahu pasti dikabulkan atau tidak," kata seorang staf perusahaan yang bernaung di bawah Yayasan Adi Upaya, milik TNT AU, itu. Dia cepat menambahkan, tak akan ada kesulitan kendati Chandra Dirgantara sebenarnya perusahaan yang bergerak d bidang perkayuan yang memiliki konsesi hutan di daerah Pakanbaru. "Sebab, anak perusahaan kami, PT Cardi Air, selama ini juga sudah menangani penampungan barang dari luar negeri di Halim," katanya. Sementara itu, penyelesaian proyek yang terletak 20 km dari Lapangan Monas terus digiatkan. Bahkan pelud baru di areal sekitar 1.800 hektar, atau hampir lima kali luas pelud Kemayoran, kini memasuki tahap penyelesaian. Dua landasan sejajar, masing-masing sepanjang 3.660 m dan 3.060 m, sudah terbentang. Sebuah kompleks terminal bercat serba merah - mirip klenteng - siap menunggu jutaan penumpang. Mulai dipakai April 1985, pelud ini secara bertahap akan menggantikan fungsi pelud Halim dan Kemayoran, sampai keduanya resmi ditutup pada 1987 nanti.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus