Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta -Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat atau PUPR mengupayakan pengembangan jaringan jalan tol baru yang lebih merata. Proyek besar jalur bebas hambatan sebelumnya masih terfokus di wilayah Jawa dan Sumatera.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR, Sugiyartanto, mengatakan usul ruas baru di luar Jawa selalu bermunculan. "Selalu ada pengembangan jaringan. Ada master plan yang kami pelajari," ucapnya kepada Tempo, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Sugi memberi contoh wilayah Kalimantan, yang sesuai dengan data visum Bina Marga memiliki potensi pengembangan 1.117,8 kilometer jalan tol. Saat ini, baru satu proyek yang digarap di sana, yakni jalan tol Balikpapan-Samarinda sepanjang 99 kilometer. "Sudah ada pengajuan ruas lagi, di Pontianak-Singkawang," katanya.
Meski sudah menghubungkan jalur utama Trans Jawa hingga 1.167 kilometer, pemerintah masih mengembangkan sejumlah tol penyokong kawasan industri. Jaringan jalan tol Trans Sumatera juga menyisakan 11 ruas dalam tahap konstruksi.
Pembangunan pun lebih mengutamakan pemenuhan akses penunjang pada proyek strategis, seperti pembangunan tol masuk Pelabuhan Patimban di Subang, Jawa Barat, sepanjang 37,7 kilometer. "Tol Singkawang bisa untuk Pelabuhan Kijing. Kami juga kembangkan jalur di utara dan selatan Sulawesi yang memiliki potensi ekonomi baru," tutur Sugi.
Sugi memastikan lembaganya selalu membuka peluang proyek prakarsa badan usaha atau disebut unsolicited. "Tentu diperiksa kelayakan dan potensi ekonominya," ucapnya. "Jangan dibangun kalau masyarakat lokalnya belum mampu bayar."
Kepala Badan Pengatur Jalan Tol, Danang Parikesit, mengejar target pelelangan enam proyek untuk paruh kedua tahun ini. Hingga akhir Juli 2019, baru satu ruas dari daftar tersebut, yaitu jalan tol Balikpapan-Penajam Paser Utara sepanjang 7,3 kilometer, yang memasuki tahap prakualifikasi sebelum tender. "Kami susun sejumlah formula untuk meningkatkan daya tarik investasi tol," ujarnya.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Jalan Tol Indonesia, Kris Ade, meminta regulator tak sembarang menjaring usul pengembangan jalan tol. Dia khawatir akan munculnya proyek yang tak sejalan dengan kebutuhan akses masyarakat lokal. "Jangan sampai ada yang hanya ingin kejar proyek. Setelah dibangun, ternyata manfaatnya tak ada," ucapnya, kemarin.
Adapun Presiden Direktur Logistik dan Infrastruktur Astra Infra, Billy Perkasa Kadar, mengatakan entitasnya menyambut peluang kolaborasi pemerintah dan swasta dalam pembangunan infrastruktur penunjang. Astra percaya diri dengan pengalaman mengelola enam ruas jalan tol. "Saat ini prioritas kami pada pengembangan jalan tol, pelabuhan, dan bandara," kata dia.