Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Pemerintah berencana menghentikan sementara Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT) dan mengembalikan program beras sejahtera (rastra). Wacana ini memantik kekhawatiran lantaran rekam jejak rastra sebelumnya dikenal dengan beras untuk keluarga miskin (raskin) sarat masalah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Anggota Kelompok Kerja Ahli Dewan Ketahanan Pangan Pusat, Khudori, menyatakan program BPNT digulirkan justru untuk menjawab persoalan pada rastra. Selama puluhan tahun, rastra tidak mampu disalurkan secara tepat sasaran, waktu, jumlah, harga, kualitas, hingga administrasi. Dia mencontohkan, penerima rastra seharusnya mendapat bantuan 15 kilogram per bulan. Namun hasil evaluasi program tersebut dari tahun ke tahun menunjukkan penerima hanya mendapat 7-8 kilogram per bulan. Di beberapa kasus, sisa jatah itu dibagikan kepada yang tak berhak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sedangkan pada BPNT, masyarakat menerima dana dari pemerintah. Mereka dapat membeli beras sesuai dengan kebutuhan, termasuk kualitas yang mereka inginkan. "Setelah BPNT dilaksanakan, masalah soal ketepatan terjawab," kata Khudori kepada Tempo, kemarin.
Program rastra juga memunculkan risiko stabilitas ekonomi. Ketepatan program rastra mempengaruhi inflasi. Ketika pemerintah telat menyalurkan bantuan beras yang mencapai 10 persen dari kebutuhan, harga di pasar akan bergejolak. "Jika bantuan diubah menjadi uang, instrumen stabilisasi hilang."
Wacana mengenai peralihan bantuan ke program rastra mencuat untuk menyelamatkan Badan Urusan Logistik (Bulog). Dalam forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas), pekan lalu, Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan bantuan akan kembali disalurkan dalam bentuk beras. "Karena Bulog tidak tahu mau diapakan berasnya," kata dia. Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution mengatakan Presiden Joko Widodo meminta program BPNT disetop sementara agar sektor hilir Bulog tersedia.
Direktur Pengadaan Bulog, Bachtiar, menyatakan penyaluran pasokan beras rastra menurun setelah beralih ke BPNT. Bulog menyalurkan 2,7 juta ton beras pada 2017 dan menurun menjadi 1 juta ton tahun lalu. Tahun ini yang merupakan tahun terakhir penyaluran rastra, Bulog menyalurkan 206 ribu ton. Padahal, di sisi lain, Bulog ditugaskan untuk terus menyerap produksi beras.
Menurut Bachtiar, Bulog membutuhkan outlet untuk menyalurkan pasokan. Dia menyatakan siap berpartisipasi dalam program BPNT. "Penjualan beras bisa ditangani oleh Bulog," ujarnya. Bulog, kata dia, memiliki Rumah Pangan Kita (RPK) yang bisa menyalurkan beras dan menggandeng penyalur dalam program BPNT.
Deputi Pangan dan Pertanian Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Musdhalifah Machmud, mengatakan pemerintah masih mengkaji bantuan pangan ini. "Belum ada keputusan apa-apa. Kami akan melakukan kajian cepat dan intensif," ujarnya. VINDRY FLORENTIN
Dua Dekade Sarat Masalah
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo