Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nicodemus menjelaskan berbagai faktor penyebab Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG menurun lebih dari 6 persen, hingga Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan sementara perdagangan (trading halt), pada penutupan perdagangan sesi pertama, Selasa, 18 Maret 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia mengatakan berbagai sentimen dari global menjadi dalangnya, antara lain ketegangan geopolitik yang meningkat lantaran Presiden Rusia Vladimir Putin ingin menjalankan perang lebih lama. Kemudian, pembalasan tarif yang lebih besar dari Uni Eropa terdapat Amerika Serikat, serta kekhawatiran pasar terhadap resesi di Amerika Serikat yang terus meningkat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sementara itu, di Indonesia, sentimen berupa pendapatan negara yang mengalami penurunan hingga 30 persen, yang menyebabkan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada awal 2025 semakin meluas.
“Sehingga membutuhkan penerbitan utang yang lebih besar dan tentu saja rupiah yang semakin melemah,” kata Nico di Jakarta, Selasa, 18 Maret 2025, seperti dikutip dari Antara.
Dengan berbagai faktor itu, lanjut dia, dapat mengakibatkan tingkat suku bunga Bank Indonesia (BI) juga menjadi lebih sulit untuk mengalami penurunan. Lalu, penerimaan pajak dalam negeri yang mengalami penurunan hingga di level 30,19 persen secara tahunan atau year-on-year (yoy), yang hanya sebesar Rp 269 triliun.
Berikutnya, defisit APBN yang mencapai Rp 31,2 triliun per Februari 2025. Selain itu, belanja pemerintah yang turun 7 persen, sehingga utang pun meningkat menjadi 44,77 persen pada Januari 2025.
“Semua khawatir bahwa risiko fiskal kian mengalami peningkatan di Indonesia, yang membuat banyak pelaku pasar dan investor akhirnya beralih kepada investasi lain yang jauh lebih aman, dan memberikan kepastian imbal hasil. Sehingga, saham menjadi tidak menarik, dan mungkin obligasi menjadi pilihan setelah saham,” ucap Nico.
Pada penutupan perdagangan sesi pertama, IHSG tercatat melemah 395,87 poin atau 6,12 persen ke posisi 6.076,08. Sementara indeks LQ45 menurun 38,27 poin atau 5,25 persen ke angka 691,08.
Pada akhir sesi pertama perdagangan itu, sebanyak 75 saham tercatat menguat, sedangkan 652 melemah, dan 122 stagnan, dengan nilai transaksi Rp 10,2 triliun. Frekuensi trading sebanyak 888.162 kali dan volumenya sebanyak 159,2 juta lot.
Saham PT Bank Central Asia Tbk atau BCA (BBCA) menjadi saham yang paling aktif diperdagangkan dengan frekuensi transaksi 61.204 kali. Kemudian, PSAB (49.115) dan PTRO (38.038). Dari sisi volume, saham PT GoTo Gojek Tokopedia (GOTO) menjadi yang paling banyak diperdagangkan dengan volume 24,8 juta lot, lalu BUMI (8,2 juta), dan PSAB (6,8 juta).
Aisha Shaidra berkontribusi dalam penulisan artikel ini.