Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di saat para pebisnis elit global memboikot forum investasi yang diselenggarakan Arab Saudi tahun lalu karena kasus pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi oleh agen-agen Saudi, pendiri perusahaan Jepang SoftBank, Masayoshi Son, diam-diam bertandang ke Riyadh menghadiri pertemuan rahasia.
Son dan Rajeev Misra menemui putra mahkota Mohammed bin Salman yang telah membantu mereka menjadi investor teknologi paling berpengaruh di dunia. Hampir separuh dana anak perusahaan SoftBank yang fokus di bidang teknologi, Vision Fund, berasal dari kekayaan raja muda itu. Jumlahnya yang mencapai US$97 juta merupakan investasi pribadi terbesarnya.
Dalam pertemuan tersebut, mereka menyampaikan pesan jelas bahwa SoftBank tidak akan meninggalkan Pangeran Mohammed, ujar seorang sumber kepada Financial Times. Pangeran sendiri berjanji bahwa ia tidak akan melupakan kesetiaan mereka.
Satu tahun kemudian, nilai obligasi SoftBank tengah diuji dan rencana untuk mendirikan sekuel Vision Fund yang telah lama ditunggu-tunggu mendadak berkabut.
Berbekal modal dari Saudi, SoftBank berinvestasi di setiap firma ekonomi digital dan menyuntikkan dana ke beberapa perusahaan swasta paling bernilai di dunia. Bagi Son, strategi membakar uang demi mengejar skala dan pangsa pasar adalah segalanya.
Tetapi menjelang runtuhnya pertaruhan besar SoftBank di WeWork, perusahaan berbagi kantor (co-working space), dan jatuhnya valuasi anak perusahaannya yang lain secara dramatis, kepercayaan publik pada kejeniusan cara berinvestasi dan taruhan Son di teknologi disruptif kini terguncang.
Jika masalah SoftBank and Vision Fund ini memburuk menjadi krisis—seperti yang dikhawatirkan sebagian orang—hal itu akan mempengaruhi Silicon Valley, Mumbai dan Beijing hingga pusat keuangan Kota London Wall Street, dan Tokyo.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo