DI Betawi, muda-mudi berdendang: ada uang abang sayang, tak ada uang abang melayang, tapi di Amerika Serikat malah kebalikannya yang terjadi. Yaitu, sebelum beruang adik kusayang, ada uang adik kutendang. Sang bintang dalam cerita ini memang seorang pria, James Beltran, 25 tahun, suatu hari belanja di kedai McDonald's dekat Norwalk, California. Iseng- iseng ia juga membeli lotre Monopoly. Lotre ini bagian dari promosi McDonald's yang beken di sana. Dan dari sekitar 500 juta lembar yang beredar, cuma dua peluang hadiah utama, yakni masing-masing US$ 1.000 per minggu untuk seumur hidup. Ini adalah impian baru banyak orang Amerika. Jadi, ketika lotre itu jitu di tangan Beltran, tak urung ia panik. Sebab, sebagai pekerja di McDonald's, ada aturan yang melarangnya terlibat dalam permainan ini. Maka, tak mungkin baginya menguangkan lotre tadi. Lalu seorang sejawatnya menyarankan agar Beltran memberikan lotre itu ke kawan yang tidak ada sangkut pautnya dengan McDonald's. Lalu Beltran menemui Teresa Villafana, pacarnya semasa sekolah. Sang pacar kemudian mengirimkan lotre tadi. Dan bagai dapat durian runtuh, ia pun panen dolar. Sempat beli mobil baru segala. Bahkan wajahnya dipajang dalam poster lotre Monopoly di semua kedai McDonald's. Ini kejadian tujuh tahun yang silam. Konon, antara Villafana dan Beltran ada perjanjian lisan untuk membagi dua hadiah tadi tiap bulan. Tapi ketika Beltran ingkar, Villafana menggugatnya ke pengadilan di Los Angeles. Disebutkan, misalnya, Beltran menggertak jika hadiah itu dimakan sendiri, ia bisa dipenjarakan. Karena dibayangi rasa bersalah, menurut Villafana, ia setuju menandatangani kontrak yang menetapkan jatahnya bakal diterima dari Beltran selama lima tahun. Sisanya merupakan hak Beltran. Dalam perjanjian tadi sama sekali tak disebut nama McDonald's, kecuali tentang tiket lotre saja. Kontrak ilegal ini malah membuat perkaranya menjadi rumit. "Sebagai pengacara, kami akan menempuh segala cara. Ada saja celah yang mungkin kita masuki, akan kita jadikan peluang merebut setengah dari hadiah itu," kata Emillio Gurrola, pengacara Villafana. Ternyata kemudian sengketa ini urung masuk pengadilan. Beltran menggunakan pengacara Ivan Halperin. Urusannya selesai di bawah tangan: Beltran dapat 73% dan sisanya buat Villafana. Bersamaan dengan itu mereka patah arang sudah. Tapi tak berarti urusan selesai. Sebab, pihak McDonald's tidak bersenang hati mendengarnya. Perusahaan fast-food yang berpangkalan di Oak Brook, Illinois, ini menggugat keduanya di pengadilan federal Los Angeles, pertengahan Mei lampau. Menurut pihak McDonald's, mereka baru bulan Februari silam mendengar ihwal selingkuhnya Beltran dan ceweknya itu. Boleh jadi, baru tahu atau mungkin kikuk buat ribut. Sebab, menurut koran The Asian Wall Street Journal, pertengahan Mei lampau, dalam kasus serupa ini banyak perusahaan biasanya main cincai saja. Jika sampai ribut, mereka khawatir menimbulkan publisitas negatif. Masyarakat bakal mencibirkannya. "Oo, ini dia raksasa yang suka mengoyok-oyok seseorang," ujar Kerry Smith, yang sering meliput berbagai promosi permainan instant. Menurut redaktur pelaksana majalah Promo itu, lantaran pertimbangan tadi pihak perusahaan biasanya cuma bilang, ya, sudahlah, kasih saja hadiahnya. Atau, selesaikan saja urusannya di bawah tangan. Namun, teori Smith ini tak laku bagi para petinggi McDonald's. Selain hendak menarik kembali US$ 330.409 atau sekitar Rp 660 juta, yang dikira jatuh ke tangan Villafana, "kami ingin semua aturan kontes dipatuhi, baik di masa lampau maupun di masa datang," kata Chuck Ebeling, juru bicara perusahaan itu. Mereka menguasakan perkaranya ke kantor pengacara Sonnenschein Nath & Rosenthal, Chicago. Gurrola tak mau mengomentari gugatan McDonald's, kecuali mengatakan masih akan mempelajarinya. Sedangkan Halperin menyatakan siap dengan sedikitnya lima jurus teknis untuk menghadapinya. Kalaupun semua gagal, dia bilang masih akan dicobanya dengan sentuhan emosional. "Anak-anak itu toh bukan melakukan sesuatu yang jahat terhadap McDonald's," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini