Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta -Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia Curug Tangerang memberikan pendidikan tambahan (upgrading) pada 250 lulusan sekolah pilot tersebut. Ratusan pilot baru ini diberikan kursus tambahan berupa pengetahuan tentang penerbangan, navigasi dan bahasa Inggris sebagai upaya mengatasi banyaknya lulusan sekolah pilot yang menganggur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Dari sudut pandang kami sebagai sekolah pilot pemerintah, setelah lulus mereka dilengkapi dengan pendidikan tambahan, multiengine (terbang langsung) dan pengetahuan seputar penerbangan (ATPL)," ujar Ketua Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia Curug, Capt Novyanto Widadi kepada Tempo Sabtu 27 Januari 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Novyanto mengatakan 250 pilot tersebut adalah lulusan STPI tahun 2016, 2017 dan 2018 ini." Mereka akan diupgrade terbang langsung dan berada di dalam kelas,"kata Novyanto.
Proses upgrading, kata Novyanto, sangat diperlukan untuk menyikapi persaingan dalam dunia para pilot saat ini. Karena kebutuhan kerja saat ini mensyaratkan agar para pilot baru ini memiliki kualitas dan standar yang dibutuhkan maskapai penerbangan.
Novyanto mengakui selama menjalani pendidikan di sekolah penerbangan para pilot menjalani latihan dengan pesawat singel engine. "Nah pada proses upgrading ini yang digunakan adalah pesawat latih mesin ganda ( multi engine)," kata Novyanto. STPI Curug mempunyai 4 pesawat multi engine.
Sebelumnya, Kementerian Perhubungan menyebutkan ada sekitar 600 pilot AB Initio yang menganggur. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan ratusan pilot baru tersebut belum terserap lantaran sejumlah faktor, dua di antaranya yakni tidak dapat bersaing dan mendapatkan pekerjaan sebagai pilot di maskapai.
Budi juga memberikan peringatan kepada 18 sekolah pilot yang ada di Indonesia untuk memenuhi standar kurikulum yang diatur Undang-undang. Budi menginstruksikan, sekolah-sekolah penerbangan yang tidak mampu memenuhi standar sebaiknya melakukan merger.
"Sekolah itu harus berlomba-lomba menjadi baik, kalau enggak mau merger, supaya kualifikasi pendidikan membaik, hasil membaik, bukan cari duit saja," kata Budi di Jakarta, Rabu, 25 Januari 2018.