Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Polda Metro Jaya berhasil mengamankan tiga pelaku pembuat dan pengedar uang palsu senilai Rp22 miliar di kantor akuntan publik di Kawasan Srengseng Raya, Kembangan, Jakarta Barat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Menurut Kabid Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Ade Ary para pelaku ditangkap pada 15 Juni 2024 pukul 23.30 WIB. “Rekan-rekan Subdit Ranmor Ditreskrimum Polda Metro Jaya, 15 Juni 2024 berhasil ditangkap atau diamankan tiga tersangka yang disangkakan mengedarkan, membuat, dan menguasai uang palsu,” ujar Ade Ary di Polda Metro Jaya, Senin, 17 Juni 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Pada penangkapan tersebut, polisi mengamankan barang bukti berupa Rp22 miliar uang palsu yang siap edar pecahan Rp 100 ribu. Selain itu, ada pula sejumlah alat sebagai barang bukti, diantaranya satu mesin penghitung, satu mesin pemotong uang dan satu mesin GTO atau mesin percetakan, kemudian beberapa tinta percetakan warna warni.
Ia pun mengaku bersyukur karena uang tersebut belum sempat beredar di masyarakat. Rencananya, kata Ade, akan disebar untuk hari raya Idul Adha.. "Ini kami patut bersyukur sudah diungkap kasus ini, tidak sempat menyebar ke masyarakat," ujar Ade Ary.
Modus penyebaran uang palsu sering terjadi menjelang momen-momen penting. Agar tidak tertipu, berikut adalah ciri-ciri dan cara mendeteksi uang palsu.
Ciri-Ciri Uang Palsu
1. Kualitas buruk
Salah satu ciri utama uang palsu adalah kualitas cetakan yang buruk. Biasanya, uang palsu memiliki detail cetakan yang tidak tajam, warna yang pudar, dan tekstur kertas yang berbeda dari uang asli. Bagian-bagian seperti gambar wajah, angka, dan tulisan mungkin terlihat kabur atau tidak jelas.
2. Tekstur kertas berbeda
Uang kertas rupiah terbuat dari kertas khusus yang berbahan serat kapas yang sulit dipalsukan. Sedangkan uang palsu sering kali menggunakan bahan yang lebih murah dan tidak sebagus kertas yang digunakan untuk uang asli. Kertas uang palsu juga cenderung terasa lebih tipis atau lebih tebal dari kertas asli.
3. Tidak ada benang pengaman
Salah satu ciri uang asli adalah adanya benang pengaman yang tertanam pada uang kertas rupiah pecahan Rp100.000, Rp50.000, dan Rp20.000. Khusus untuk pecahan Rp100.000 dan Rp50.000 akan berubah warna bila dilihat dari sudut pandang tertentu. Namun, uang palsu tidak memilikinya.
4. Tidak memiliki ornamen di watermark
Ciri-ciri uang palsu selanjutnya bisa dilihat dari watermark atau tanda air. Uang asli memiliki watermark berupa logo BI. Apabila logo tersebut diterawang ke arah cahaya, maka di bagian dalamnya terdapat ornamen tertentu. Sementara itu uang palsu mungkin saja memiliki watermark. Namun apabila diterawang, ornamennya tidak ada.
5. Uang palsu cenderung lebih ringan atau berat
Uang asli memiliki ukuran dan berat yang telah ditentukan secara ketat sesuai dengan standar Bank Indonesia. Sedangkan uang palsu mungkin memiliki ukuran atau berat yang tidak sesuai dengan uang asli.
Cara mendeteksi uang palsu
Setelah mengetahui ciri-ciri uang palsu, masyarakat juga perlu mengetahui cara agar terhindar dari menerima uang palsu. Salah satu cara yang paling tepat adalah meneliti uang yang diterima dengan cara 3D (Dilihat, Diraba, Diterawang). Berikut adalah langkah-langkah yang harus dilakukan.
1. Dilihat
Salah satu langkah agar terhindar mendapatkan uang palsu adalah dengan cara dilihat. Perhatikan dengan teliti uang yang diperoleh dengan melihat tampilannya. Uang asli memiliki warna yang terlihat lebih terang dan jelas. Terdapat juga benang pengaman yang dianyam pada uang rupiah kertas.
Di sisi belakang uang terdapat Gambar Tersembunyi Multiwarna (Multicolour Latent Image) yang dapat dilihat dari sudut pandang tertentu. Di sisi depan bagian kanan terdapat gambar perisai yang didalamnya berisi logo Bank Indonesia yang akan berubah warna apabila dilihat dari sudut pandang berbeda. Bagian depan bawah kiri dan kanan ada Gambar Tersembunyi (Latent Image) berupa tulisan “BI” yang dapat dilihat dari sudut pandang tertentu.
2. Diraba
Uang asli memiliki tekstur yang terasa kasar apabila diraba dan bagi penyandang tuna netra terdapat Kode Tuna Netra (Blind Code) berupa pasangan garis di sisi kanan dan kiri uang yang akan terasa kasar bila diraba (Tactile). Dengan cara itu maka penyandang tuna netra bisa mengenali nilai uang dan keaslian uang.
3. Diterawang
Cara terakhir untuk mendeteksi uang palsu adalah diterawang. Jika diterawang dengan cahaya akan terlihat Tanda Air (Watermark) berupa gambar pahlawan dan Electrotype (ornamen) pada pecahan Rp20.000 dan Rp10.000. Gambar Saling Isi (Rectovers) dari logo Bank Indonesia yang dapat dilihat secara utuh apabila diterawangkan ke arah cahaya.
ANANDA RIDHO SULISTYA | ANTARA | YOLANDA AGNE | RIZKI DEWI AYU