Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Profil BUMN PT PFN yang Dipimpin Ifan Seventeen, Hanya Punya 23 Karyawan Tetap

Melihat kondisi keuangan PT Produksi Film Negara, BUMN pembiayaan film yang dipimpin Ifan Seventeen.

12 Maret 2025 | 16.10 WIB

Sejumlah karangan bunga untuk pelantikan Riefan Fajriansyah atau Ifan Seventeen sebagai Direktur Utama PT Produksi Film Negara di kantor PFN, kawasan Jatinegara, Jakarta Timur, 10 Maret 2025. TEMPO/Daniel A. Fajri
Perbesar
Sejumlah karangan bunga untuk pelantikan Riefan Fajriansyah atau Ifan Seventeen sebagai Direktur Utama PT Produksi Film Negara di kantor PFN, kawasan Jatinegara, Jakarta Timur, 10 Maret 2025. TEMPO/Daniel A. Fajri

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Vokalis grup musik Seventeen, Riefian Fajarsyah atau Ifan Seventeen resmi menjabat sebagai Direktur Utama PT Produksi Film Negara (Persero) atau PT PFN. Berdasarkan pantauan Tempo pada Senin malam, 10 Maret 2025, berjejer buket bunga ucapan selamat di depan kantor PT PFN di kawasan Jatinegara, Jakarta Timur.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seorang pejabat dari Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan dua petinggi Koalisi Indonesia Maju Plus atau KIM Plus membenarkan penunjukkan itu. “Ya, benar,” kata tiga narasumber. Lantas, seperti apa profil PT PFN? 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Profil PT Produksi Film Negara

Melansir laman resminya, PT PFN berawal dari perusahaan yang didirikan Belanda pada 1934, yaitu Java Pacific Film (JPF). Didirikan oleh Albert Balink, JPF memproduksi beberapa film, salah satunya film berjudul “Pareh”. Pareh berhasil diakui sebagai salah satu karya sinematik terbaik Hindia Belanda. 

Pada 1936, JPF berubah menjadi Algemeen Nederlandsch Indisch Filmsyndicaat (ANIF) atau Sindikat Umum Film Hindia Belanda. Salah satu film populer yang dihasilkan ANIF, yaitu “Terang Bulan”, yang diklaim meraih sukses besar hingga ke kancah internasional pada 1937. 

Pada 1943, Angkatan Bersenjata Kekaisaran Jepang mengambil alih dan mengubah ANIF menjadi Nippon Eiga Sha atau Perusahaan Film Jepang. Nippon Eiga Sha memproduksi konten film bertema propaganda selama masa pendudukan Jepang di Indonesia. 

Pascakemerdekaan Indonesia, wakil pimpinan Nippon Eiga Sha yang seorang pribumi, Raden Mas Soetarto mendirikan Berita Film Indonesia (BFI) pada 6 Oktober 1945. Peresmian BFI disaksikan langsung oleh Menteri Penerangan kala itu, Amir Syarifuddin, dan BFI bergabung menjadi lembaga di bawah Kementerian Penerangan. 

Pada 1950, Kementerian Penerangan mengubah bentuk BFI menjadi Perusahaan Pilem Negara (PPN), lalu berganti kembali menjadi Perusahaan Film Negara (PFN). Unsur usaha PFN dibagi menjadi empat badan, meliputi Central Film Laboratory (CFL), Dinas Film Penerangan (DFP), Dinas Film Cerita (Difta), dan Kantor Peredaran Film (KPF) pada 1957. 

Melalui Surat Keputusan (SK) Menteri Penerangan Nomor 558/MENPEN/1975, PFN ditetapkan sebagai Pusat Produksi Film Negara (PPFN) tertanggal 16 Agustus 1975. Sejak saat itu, PFN berada di bawah Direktorat Jenderal Radio Televisi dan Film (Ditjen RTF) Departemen Penerangan sebagai unit pelaksana teknis (UPT). 

Sejak 7 Mei 1988, PFN menjadi BUMN sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 5 Tahun 1988 tentang Pengalihan Bentuk Pusat Produksi Film Negara Menjadi Perusahaan Umum (Perum) Produksi Film Negara. Kemudian, PFN berubah menjadi PT Produksi Film Negara (Persero) melalui PP Nomor 42 Tahun 2023 tentang Perubahan Bentuk Badan Hukum Perum Produksi Film Negara menjadi Perusahaan Perseroan (Persero). 

Kinerja Keuangan PT Produksi Film Negara

PT Produksi Film Negara (Persero) merupakan BUMN yang bergerak di bidang industri audiovisual dan kini bertransformasi menjadi perusahaan pembiayaan film. Perusahaan tersebut memiliki tujuan untuk mewujudkan ekosistem film dan konten yang lebih berkualitas dan berdaya saing serta memberikan nilai tambah bagi para pemangku kepentingan. 

Berdasarkan Laporan Keuangan PFN 2023, perseroan mencatatkan pendapatan sebesar Rp2.690.372.539 pada periode 12 Oktober hingga 31 Desember 2023 dan Rp10.500.489.454 pada periode 1 Januari 2023 hingga 11 Oktober 2023. Angka itu jauh lebih kecil dibandingkan dengan pendapatan yang berakhir pada 31 Desember 2022, yaitu Rp18.129.568.452. 

Total aset PT Produksi Film Negara sebesar Rp34.172.893.940 per 31 Desember 2023. Selain itu, perseroan juga menanggung utang usaha sebesar Rp212.644.113 dan utang pajak sebesar Rp13.087.492.188. 

Adapun jajaran Direksi PT Produksi Film Negara pada tahun buku 2023 terdiri dari Direktur Utama Dwi Heriyanto Budisusetio dan Direktur Produksi Sutijati Eka Tjandrasari, serta Dewan Komisaris meliputi Komisaris Utama Fadjar Hutomo dan Komisaris Rosarita Niken Widiastuti. Pada 2023, perusahaan hanya memiliki 23 karyawan tetap. 

Daniel Ahmad Fajri dan Fransisca Christy Rosana berkontribusi dalam penulisan artikel ini. 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus