Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - PT Citilink Indonesia (Persero) dikabarkan akan mempunyai direktur utama baru. Berdasarkan informasi yang beredar, nama mantan Direktur Thai Lion Air Darsito Hendroseputro disebut-sebut menjadi kandidat terkuat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Adapun direktur utama Citilink saat kini masih menjabat adalah Dewa Kadek Rai. Lantas, seperti apa profil Darsito Hendroseputro?
Profil Darsito Hendroseputro
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mengutip akun LinkedIn pribadinya, Darsito Hendroseputro mengawali kariernya sebagai pilot pengawasan maritim Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) sejak April 1996 hingga April 2008. Selanjutnya, dia bekerja di PT Lion Air dengan mengendarai pesawat McDonnell Douglas (MD) 82, MD90, dan Boeing 737 pada April 2008 hingga Januari 2012.
Masih di Lion Air, Darsito berperan sebagai Chief of Flight Operation Quality atau Kepala Kualitas Operasi Penerbangan pada periode Januari 2009 hingga Januari 2012. Lalu, dia berpindah ke Batik Air dengan jabatan sebagai Direktur Keselamatan Keamanan dan Mutu pada Januari 2012 hingga Oktober 2012.
Pria yang meraih gelar Master of Business Administration (MBA) pada bidang Manajemen Penerbangan dari RMIT University, Australia pada 2007 itu kemudian bekerja di maskapai penerbangan Malaysia, Malindo Air (sekarang Batik Air Malaysia) sebagai Direktur Produksi pada Oktober 2012 hingga Mei 2013.
Sejak Mei 2013, Darsito ditunjuk sebagai Chief Executive Officer (CEO) Thai Lion Air hingga Mei 2014. Berikutnya, jabatannya berubah menjadi Direktur sejak Juni 2014 hingga Desember 2023. Kini, dia menjabat sebagai CEO di Lippo Transportation Charter Services, Lippo Group sejak Januari 2024.
Gaji Dirut Citilink Indonesia
Berdasarkan Laporan Tahunan 2022 Citilink Indonesia, struktur remunerasi atau penghasilan direksi terdiri dari gaji pokok, tunjangan kesehatan, dan asosiasi profesional. Proses penentuan remunerasi disetujui pemegang saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dengan merujuk pada kebijakan perusahaan induk, yaitu PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk.
Sebelumnya, beredar kabar bahwa Darsito Hendroseputro ditunjuk sebagai CEO Office Specialist oleh Dirut Garuda Indonesia Wamildan Tsani Panjaitan. Berdasarkan unggahan yang viral di media sosial, Darsito digadang-gadang mendapatkan gaji sebesar Rp 117 juta per bulan.
Darsito muncul dalam daftar staf baru Garuda Indonesia yang berasal dari Lion Air Group dan disebut-sebut “titipan” Wamildan. “Dirut Garuda bawa orang-orang Lion Air Group dengan tupoksi kagak jelas. Emang Dirut serepot apa sampai butuh protokol, dan gajinya jauh di atas karyawan Garuda sendiri,” tulis salah satu akun X (Twitter) @Wagiman********, pada Rabu, 5 Maret 2025.
Mengenai informasi tentang daftar gaji sejumlah karyawan yang beredar di media sosial, Garuda Indonesia memberikan klarifikasi. Dalam pernyataan resminya, maskapai pelat merah tersebut menyebut informasi yang tersebar, termasuk tugas, fungsi, dan remunerasi karyawan, tidak sepenuhnya valid.
Menurut Garuda Indonesia, beberapa nama yang tercantum dalam daftar memang sedang bekerja sebagai CEO Office Specialist hingga Lead Professional. Direktur Human Capital and Corporate Service Garuda Indonesia Enny Kristiani mengungkapkan bahwa mereka bertugas membantu CEO sesuai dengan keahlian masing-masing.
Enny mengklaim perusahaan menerapkan tata kelola organisasi dan manajemen sumber daya manusia (SDM) yang sesuai dengan prinsip good corporate governance serta praktik bisnis dan industri yang berlaku.
“Kami tentunya sangat memahami atensi yang timbul menyusul berkembangnya informasi ini. Namun, dapat kami pastikan bahwa Garuda Indonesia selalu mengedepankan prinsip tata kelola yang baik dalam pengelolaan organisasi dan sumber daya manusia,” kata Enny dalam keterangannya, Selasa, 4 Maret 2025.
Dia juga menegaskan bahwa proses rekrutmen pegawai Garuda Indonesia terkait dilakukan melalui mekanisme pro hire atau professional hire dengan status perjanjian kerja waktu tertentu. Komponen remunerasi yang diberikan, menurut dia, juga telah disesuaikan dengan standar industri dan tolok ukur pasar yang berlaku.
Merespons penyebarluasan informasi yang dianggapnya tidak sesuai dengan kondisi faktual, dia menyampaikan bahwa Garuda Indonesia menyayangkan hal itu. “Kami ingin mengajak publik agar lebih bijak dalam menerima dan menyebarluaskan informasi yang validitasnya belum dapat dipertanggungjawabkan,” ucap Enny.