Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta – Direktur Utama (Dirut) PT Pertamina Hulu Indonesia Chalid Said Salim diusir oleh Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) pada Senin, 10 April 2023 kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketua Komisi VII Sugeng Suparwoto memutuskan mengusir Chalid dari forum rapat dengar pendapat (RDP) setelah mendengar masukan dari berbagai anggota Komisi VII DPR.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Berdasarkan masukan dari berbagai anggota yang terhormat, pimpinan rapat mengambil sikap, dipersilakan Dirut PHI untuk meninggalkan rapat ini untuk proses selanjutnya," ujar Sugeng.
Lantas, siapa sebenarnya Chalid Said Salim, Dirut Pertamina Hulu? Berikut profilnya.
Profil Chalid Said Salim
Sosok Chalid Said bukanlah orang baru di jajaran Pertamina. Usai meraih gelar Sarjana Teknik Pertambangan dari Universitas Sriwijaya pada 1990, Chalid langsung memulai perjalanan karier di Pertamina.
Menyitir laman resmi Pertamina Hulu Indonesia, sebelum menjabat sebagai Direktur Utama PT Pertamina Hulu Indonesia, Chalid menjabat sebagai Direktur Produksi dan Operasi lebih dahulu.
PT Pertamina EP periode 2017-2020, Chalid juga pernah menjabat sebagai General Manager Asset 5. Jabatan tersebut diemban setelah menjadi General Manager Asset 4.
Pria kelahiran Palembang pada 1965 ini resmi diangkat menjadi Dirut PT Pertamina Hulu Indonesia berdasarkan Keputusan Pemegang Saham secara sirkuler tentang Pemberhentian Direksi, Perubahan Nomenklatur Jabatan, serta Pengangkatan Direksi tanggal 13 Juni 2020.
Kronologi pengusiran
Ketegangan sempat terjadi menjelang RDP Komisi VII DPR RI dengan PT Pertamina Hulu Energi (PHI). Anggota Komisi VII Nasril Bahar menginterupsi forum dengan mempertanyakan ketidakhadiran Chalid ketika Komisi VII melakukan kunjungan spesifik ke Pertamina Hulu Mahakam pada Februari lalu.
"Dirut PHI tidak hadir sama sekali di kunjungan tersebut," ucap Nasril.
Selanjutnya: Akibat ketidakhadiran Chalid…
Akibat ketidakhadiran Chalid, kata Nasril, kunjungan kerja itu tidak menghasilkan apa-apa. Sejak mendarat pukul 10.00 WIB, tidak ada kegiatan sama-sama sekali. Akhirnya pada malam hari, Komisi VII hanya menggelar focus group discussion yang dipimpin oleh SKK Migas.
"Saya pikir ini pelecehan terhadap parlemen. Sama sekali tidak ada penghargaan komisi VII," ucap Nasril.
Anggota komisi VII lainnya, Muhammad Nasir, menyampaikan hal serupa. Karena itu, dia meminta agar rapat tidak dimulai sebelum Chalid meninggalkan ruangan.
"Karena sebagai pertanggungjawaban, Pak Wiko ada, dan dua dirut lain harusnya datang di sini," ucap dia.
Dirut minta maaf
Selanjutnya Chalid meminta maaf. Chalid berasalan ketika Komisi VII datang, dia sedang melakukan rapat pembahasan rencana jangka panjang bersama jajaran komisaris PHI, serta pembahasan insentif untuk program PHI bersama Kementerian ESDM. "Saya memohon maaf sebesar-besarnya kepada Komisi VII," ucap Chalid.
Sementara itu, anggota dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Diah Nurwitasari, menyayangkan sikap Chalid yang tidak memberi kabar. Dia menilai kedua acara tersebut sama pentingnya dan sudah dijadwalkan sejak jauh hari.
"Kalau terprediksi tidak bisa hadir, itu bisa dikomunikasikan dengan Komisi VII sebelum kami ke sana. Ini hal sederhana, soal komunikasi," kata Diah.
Ketua Komisi VII Sugeng Suparwoto akhirnya memutuskan mengusir Chalid dari forum. "Berdasarkan masukan dari berbagai anggota yang terhormat, pimpinan rapat mengambil sikap, dipersilakan Dirut PHM untuk meninggalkan rapat ini untuk proses selanjutnya," ujar Sugeng.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.