Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Real Estat Indonesia (REI) Joko Suranto menyebut program 3 juta rumah yang diinisiasi Presiden Prabowo Subianto berdampak pada penjualan. Joko mengatakan program tersebut memicu pembatalan pemesanan rumah. “Banyak (pembatalan booking). Dari 10, ada satu sampai tiga,” kata Joko di Kantor DPP REI, Jakarta, Rabu, 20 November 2024.
Joko mengatakan pembatalan dilakukan karena masyarakat berharap mendapatkan rumah gratis. Meskipun di sisi lain, sasaran penerima program 3 juta rumah juga masih belum terpetakan. “Masyarakat bertanya dan mempertanyakan. Konsumen dan calon konsumen mempertanyakan,” tutur Joko.
Program 3 juta rumah merupakan program yang diinisiasi Presiden Prabowo Subianto. Prabowo menargetkan pembangunan dua juta rumah di pedesaan dan satu juta rumah di perkotaan. Untuk merealisasikan program ini, Prabowo pun membentuk Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP). Sebelumnya, di era pemerintahan Presiden Jokowi, urusan perumahan berada di bawah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Menteri PKP Maruarar Sirait alias Ara menginginkan program 3 juta digarap secara gotong royong, termasuk melibatkan swasta. Ara memulainya dalam proyek pertama yang ia resmikan pada Jumat, 1 November 2024. Proyek pembangunan 250 unit rumah itu digarap di lahan 2,5 hektare yang dihibahkan PT Bumi Samboro Sukses. Sedangkan pembangunannya dikerjakan PT Agung Sedayu Group, perusahaan milik konglomerat Sugianto Kusuma alias Aguan, dengan anggaran Rp 60 miliar.
Direktur Jenderal Perumahan Iwan Suprijanto mengatakan lueprint atau peta jalan program 3 juta rumah masih disusun. Namun, ia memastikan konsep gotong royong bakal diutamakan. Sebab, ia mengakui 3 juta rumah merupakan target besar.
“Blueprint kami susun sambil mencari bentuk yang tepat dengan melibatkan banyak pihak,” kata Iwan ketika ditemui usai rapat di Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Rabu malam, 6 November 2024.
Pemerintah, menurut Iwan juga masih menyiapkan data penerima yang lebih akurat. Selain menggunakan data Badan Pusat Statistik, Kementerian PKP bakal menggunakan data registrasi sosial ekonomi atau Regsosek milik Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas). Selain itu, bakal mendorong pendataan dari pemerintah daerah. “Dengan data akurat, penerima bantuan tepat, mengurangi potensi salah sasaran,” katanya.
Iwan juga menjelaskan, program 3 juta rumah per tahun bukan sekadar program membangun hunian. Namun, termasuk mendorong skema-skema kemudahan akses perumahan, seperti Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP), untuk membantu masyarakat memiliki rumah.
Pilihan editor: PT MD Entertainment Tbk Milik Manoj Punjabi Suntik Rp 28,5 Miliar ke 5 Anak Usaha
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini