Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

PT Pabrik Gula Rajawali II di Cirebon Mulai Giling Tebu Pertengahan Mei 2024

Sekretaris Perusahaan PT Pabrik Gula Rajawali II, Karpo B. Nursi, menyatakan pihaknya menargetkan proses penggilingan dimulai pada bulan Mei 2024.

25 April 2024 | 21.35 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Uap putih mengepul dari sela-sela mesin penggiling tebu di Pabrik Gula Tasikmadu Karanganyar, 27 Juni 2016. PG Tasikmadu merupakan salah satu pabrik gula tertua yang masih berproduksi. TEMPO/Ahmad Rafiq

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Cirebon - Sekretaris Perusahaan PT Pabrik Gula Rajawali II, Karpo B. Nursi, menargetkan proses penggilingan dimulai pada bulan Mei mendatang dengan tingkat rendemen sebesar 7,5 persen.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Proses giling tebu dimulai dari PG Tersana Baru pada minggu kedua Mei. Terlebih dahulu dimulai dari pesta rakyat yang merupakan kearifan lokal,” kata Karpo, Kamis, 25 April 2024. Setelah itu pada Juni akan dilanjutkan proses giling di PG Sindanglaut dan PG Jatitujuh. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ia menjelaskan luas lahan tebu yang ada di tiga pabrik gula tersebut mencapai 18 ribu hektare. Perusahaan menargetkan 1,2 juta ton tebu yang nantinya bisa diproduksi menjadi 86 ribu ton gula dengan target rendemen 7,5 persen. Jika sudah giling, maka gula dari petani yang dibeli oleh RNI Group bisa memasuki pasaran mulai Mei mendatang.

Selain itu, lanjut Karpo, RNI Group juga mendapatkan penugasan untuk melakukan impor gula sebanyak 100 ribu ton yang akan dibagi tiga yaitu untuk RNI 1, RNI 2 dan pabrik gula Candi Baru. Namun Karpo menjelaskan dirinya belum mengetahui mereka akan mendapatkan berapa karena persetujuan impor (PI) belum turun. 

Impor dilakukan, menurut Karpo, karena produksi gula dalam negeri belum mampu untuk mencukupi kebutuhan. Khusus untuk Jabar, dari 600 ribu ton kebutuhan, industri lokal hanya mampu memproduksi sekitar 86 ribu ton. Adapun kebutuhan gula untuk Jabar masih dipasok dari daerah lain, salah satunya Lampung. 

Meski begitu, minat petani untuk menanam tebu kini cukup tinggi karena harga gula yang juga tinggi dan minim risiko. Pola kemitraan pun diterapkan RNI dengan menyiapkan kebun bibit dan memfasilitasi petani tebu untuk mendapatkan pinjaman modal ke bank dan hasil panen tebu dibeli oleh mereka.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus