Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Standardisasi Penopang Utama Pendapatan

PT Pelindo (Persero) akan mendongkrak kinerja bisnis bongkar-muat kontainer melalui subholding yang dibentuk pada Oktober lalu, yakni PT Pelindo Terminal Petikemas. Mulai awal 2022, Pelindo melakukan standardisasi operasi, digitalisasi proses bisnis, dan meningkatkan keandalan 15 terminal peti kemas potensial.

15 Desember 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • PT Pelindo Terminal Petikemas mengelola 15 terminal peti kemas potensial.

  • Pengguna pelabuhan berharap Pelindo meningkatkan layanan di daerah-daerah terpencil.

  • Perusahaan logistik mengeluhkan praktik kartel dan monopoli layanan.

JAKARTA – PT Pelindo (Persero) akan mendongkrak kinerja bisnis bongkar-muat kontainer melalui salah satu subholding yang dibentuk pada Oktober lalu, yakni PT Pelindo Terminal Petikemas. Sekretaris Perusahaan Pelindo Terminal Petikemas, Widyaswendra, mengatakan manajemen masih memetakan aset-aset pelabuhan hasil merger Pelindo 1-4 yang potensial.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Kami akan mengelola 15 pelabuhan secara langsung," ucapnya kepada Tempo, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Terdapat 116 pelabuhan komersial yang dikelola Pelindo setelah menjadi holding atau induk usaha badan usaha milik negara di bidang pelabuhan. Pelindo Terminal Petikemas ditugasi menangani terminal peti kemas yang padat dan menyumbangkan pendapatan terbesar. Adapun terminal untuk pelayanan publik akan tetap dikelola induk usaha.

Menurut Widyaswendra, alih kelola 15 pelabuhan akan diproses secara bertahap sepanjang 2022. Dalam dua bulan pertama 2022, Pelindo Terminal Petikemas akan mengelola empat terminal kontainer. "Target jangka pendeknya adalah standardisasi operasi dan digitalisasi proses bisnis. Keandalan kompetensi dan peralatan penunjang juga ditingkatkan."

Keempat terminal tersebut adalah terminal peti kemas Belawan yang mengelola 1,02 juta TEUs kontainer pada periode Januari-November 2021, terminal peti kemas Semarang (729 ribu TEUs), terminal peti kemas Banjarmasin (438 ribu TEUs), dan terminal peti kemas Nilam (363 ribu TEUs). Adapun pengalihan operasi terminal lainnya akan dilaksanakan hingga akhir 2022.

Terminal peti kemas Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah. ANTARA/Aji Styawan

Pelindo kini membawahkan empat subholding. Dengan target pengelolaan 16,7 juta TEUs kontainer, Pelindo Terminal Petikemas akan menjadi penyumbang pendapatan utama untuk induknya sekaligus menjadi operator kontainer terbesar ke-8 di dunia. Subholding ini mengelola tujuh anak usaha Pelindo yang bergerak di bisnis kontainer.

Tiga subholding lainnya di antaranya PT Pelindo Jasa Maritim yang berbisnis jasa persinggahan kapal. Pelindo Jasa Maritim diperkirakan menyumbangkan 20 persen pendapatan Pelindo. Lalu ada subholding PT Pelindo Multi Terminal yang mengelola bongkar-muat barang non-kontainer, seperti kargo curah cair dan logistik umum; serta subholding PT Pelindo Solusi Logistik yang mengelola integrasi jasa logistik dan angkutan multimoda.

Direktur Keuangan Pelindo, Mega Satria, memperkirakan keuntungan bersih Pelindo akan menembus Rp 3,1 triliun pada akhir 2021. Nilai aset perusahaan diupayakan mencapai Rp 120 triliun, dari posisi setelah merger yang masih sekitar Rp 112 triliun. Ia mengimbuhkan, kas Pelindo hasil merger bisa dipakai untuk memangkas utang dari Rp 50 triliun menjadi Rp 45 triliun pada akhir tahun ini. "Pinjaman kami tidak melebihi kekuatan finansial," ujar Satria.

Aktivitas bongkar-muat peti kemas. TEMPO/Tony Hartawan

Direktur Utama PT Samudera Indonesia Tbk, Bani Maulana Mulia, berharap Pelindo meningkatkan semua layanan yang masih konvensional di daerah-daerah terpencil. Ia menuturkan pelabuhan yang kurang memadai untuk kegiatan bongkar-muat peti kemas tersebar di Indonesia timur. "Banyak yang masih mengandalkan crane biasa padahal potensi produksinya tinggi."

Kepada Tempo, anggota Asosiasi Logistik Indonesia, Zaldy Ilham Masita, menyebutkan masih banyak praktik kartel dan monopoli layanan yang membebani pengguna jasa pelabuhan, terutama perusahaan logistik. "(Pelindo) tidak perlu merger kalau harga layanan masih tinggi. Bahaya kalau pelabuhan dijadikan sapi perah untuk menaikkan dividen."

YOHANES PASKALIS
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus