Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
DPR mempertanyakan kelanjutan produksi baterai kendaraan listrik.
Negosiasi Antam dengan LG mandek karena beberapa persoalan.
Pengembangan baterai skala kecil oleh perguruan tinggi terus berjalan.
KABAR mengejutkan mengemuka di ruang rapat Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat pada Senin, 6 Februari lalu. Anggota komisi yang membidangi energi itu, Sugeng Suparwoto, mendadak menyela Direktur Utama Mind Id Hendi Prio Santoso, yang sedang memaparkan kinerja holding perusahaan tambang milik negara tersebut. Sugeng menanyakan kelanjutan proyek pengembangan baterai kendaraan listrik. “LG enggak mundur, kan?” kata anggota Fraksi Partai NasDem itu, menginterupsi rapat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Agenda rapat sore itu sebenarnya membahas program prioritas Mind Id. Salah satunya kinerja PT Freeport Indonesia yang kini sebagian sahamnya dimiliki PT Indonesia Asahan Aluminium atau Inalum, anak perusahaan Mind Id. DPR saat itu meminta penjelasan tentang kemajuan pembangunan smelter oleh perusahaan di bawah grup Mind Id. Namun pembahasan smelter kemudian beralih ke industri electric vehicle battery (EV) alias baterai kendaraan listrik yang menjadi produk hasil pengolahan bijih nikel.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sugeng saat itu bertanya tentang kelanjutan kerja sama LG Energy Solution Ltd, produsen baterai kendaraan asal Korea Selatan, dengan sejumlah perusahaan yang berlangsung sejak 2021. Di Indonesia, LG akan bekerja sama dengan PT Aneka Tambang (Persero) Tbk atau Antam, anak perusahaan Mind Id yang menguasai tambang nikel dan bahan baku baterai lain. LG juga bekerja sama dengan Indonesia Battery Corporation (IBC), perusahaan patungan Antam, PT Pertamina (Persero), dan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero). IBC akan membangun pabrik pengolahan hasil tambang hingga baterai.
Tapi rencana kongsi itu mandek. Hendi mengatakan upaya penjajakan untuk membentuk joint venture dengan LG belum menunjukkan hasil. “Kami dapat informasi dari Antam bahwa LG masih belum jelas statusnya apa,” ucapnya. Menurut Hendi, LG malah mendorong Zhejiang Huayou Cobalt, perusahaan asal Cina yang ada dalam konsorsiumnya, untuk melanjutkan negosiasi dengan Antam.
Baterai mobil listrik di pabrik PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia, Karawang, Jawa Barat, 18 Januari 2023. Tempo/Tony Hartawan
Dalam rencana kerja sama ini, LG membentuk konsorsium dengan Huayou, LX International, dan Posco. Masalahnya, Hendi menambahkan, Mind Id menilai Huayou bukan mitra yang seimbang dengan Antam. Sebab, Huayou bergerak dalam pengembangan smelter. “Kami masih menginginkan konsorsium yang lengkap sampai ke produksi baterai kendaraan listrik," tuturnya.
Padahal Huayou sudah tidak asing bagi Mind Id. Sebab, Huayou juga berkolaborasi dengan PT Vale Indonesia Tbk, perusahaan tambang nikel yang 20 persen sahamnya dimiliki Mind Id. Pada November tahun lalu, Vale Indonesia menandatangani perjanjian kerja sama definitif dengan Huayou untuk mempercepat pembangunan smelter high-pressure acid leach yang memproses bijih nikel produksi Vale Indonesia di Blok Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara. Huayou juga berinvestasi di tambang nikel Teluk Weda, Halmahera, Maluku Utara. Di sana, Huayou bermitra dengan Tsingshan Holding Group dalam proyek nikel sulfat.
Untuk menengahi perkara mandeknya negosiasi, Kepala Divisi Institutional Relations Mind Id Nikko Chandra mengatakan, Antam siap melanjutkan kerja sama dengan anggota konsorsium LG. “Apalagi Antam telah menyelesaikan proses spin-off konsesi nikel kepada anak usahanya yang akan masuk proyek pengembangan baterai kendaraan listrik,” ucapnya pada Sabtu, 11 Februari lalu. Kini, Nikko menambahkan, giliran konsorsium LG yang mematangkan strategi. Salah satunya mengenai peran anggota konsorsium dalam pembangunan setiap lini rantai industri baterai. “Diskusi selanjutnya akan berjalan setelah mereka menyelesaikan hal itu," ujarnya.
•••
BATERAI kendaraan listrik memang tengah menjadi fokus sejumlah badan usaha milik negara. Mind Id dan perusahaan pelat merah lain gencar bekerja sama dengan pihak asing dan produsen lokal untuk mengembangkan ekosistem baterai kendaraan listrik. Perusahaan tambang nasional lebih banyak bergerak di sisi hulu sebagai pemasok nikel dan produk olahan nikel yang menjadi bahan baku baterai. Sedangkan perusahaan seperti LG bergerak di sisi tengah dan hilir. Adapun PLN dan Pertamina menjadi distributor baterai sekaligus penyedia listrik selaku sumber energi utama kendaraan berbasis baterai.
Tak cuma menggandeng LG, Direktur Utama Antam Nico Kanter mengatakan, perusahaannya juga mengembangkan industri baterai kendaraan listrik dengan Contemporary Amperex Technology Ltd (CATL). CATL, melalui Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co Ltd (CBL), juga bekerja sama dengan LG. Antam akan menyediakan sumber nikel hingga membangun smelter berteknologi rotary kiln electric furnace dan high-pressure acid leach. “Sedangkan prekursor, katoda, sel baterai, sampai daur ulang baterai masih dalam tahap negosiasi,” tuturnya dalam sebuah webinar.
Pada 14 April tahun lalu, Antam, Indonesia Battery Corporation, dan konsorsium LG menandatangani kesepakatan kerangka kerja mengenai komitmen kerja sama pembangunan industri baterai kendaraan listrik di Indonesia dengan nilai investasi US$ 8 miliar atau sekitar Rp 121,5 triliun. IBC dan konsorsium LG telah menyusun prastudi kelayakan untuk membangun industri baterai terintegrasi. Sedangkan Antam telah mengalihkan izin usaha pertambangan yang menjadi obyek kerja sama dengan LG ataupun CBL pada September 2022. "Kami harus memisahkan dua anak perusahaan untuk dikerjasamakan dengan mitra global,” kata Nico.
Selain digarap industri besar, pembuatan baterai kendaraan listrik dalam skala kecil terus berjalan. Salah satunya oleh Pusat Unggulan Iptek Perguruan Tinggi Teknologi Penyimpanan Energi Listrik Universitas Sebelas Maret (PUI-PT UNS), Solo, Jawa Tengah. Ketua PUI-PT UNS Agus Purwanto mengatakan timnya mengembangkan teknologi penyimpanan energi dari hulu ke hilir. Di hulu, tim PUI-PT UNS membuat material aktif untuk baterai litium dan di hilir mereka memproduksi sel baterai serta battery pack yang siap digunakan kendaraan.
Agus mengklaim produk baterai PUI-PT UNS telah diuji coba pada mobil listrik kelas city car, sepeda motor listrik, sepeda listrik, dan sepeda motor listrik hasil konversi dari mesin berbahan bakar minyak. “Bahkan pernah juga untuk kapal nelayan bertenaga listrik,” ujarnya. Beberapa pekan lalu, kata Agus, utusan Antam berkunjung ke bengkelnya. “Kami berdiskusi, banyak peluang,” ucapnya. PUI-PT UNS pun bekerja sama dengan investor untuk mengembangkan baterai kendaraan listrik. “Kami siap berbagi paten, asalkan skemanya cocok."
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo