Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Rupiah pada pembukaan perdagangan pagi hari ini, Rabu, 21 Juni 2023 terpantau masih melemah 5 poin atau 0,03 persen ke level Rp 15.009 per dolar AS. Sehari sebelumnya, rupiah berada di kisaran 15.004 per dolar AS.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebelumnya, Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah pada hari ini bakal dibuka berfluktuatif. Meski begitu, nilai tukar rupiah akan ditutup melemah di rentang Rp 14.080 - 15.060 per dolar AS.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Adapun pelemahan nilai tukar rupiah di antaranya dipengaruhi oleh faktor eksternal, mulai dari kenaikan dolar AS terhadap mata uang lain yang diperdagangkan akibat penurunan suku bunga oleh bank sentral Cina gagal meredam kekhawatiran investor atas perlambatan pertumbuhan ekonomi.
Seperti diketahui, Bank sentral Cina atau People's Bank of China memangkas suku bunga acuan pinjaman 10 basis poin pada Selasa pagi. Hal ini semakin menguatkan upaya pemerintah menopang pemulihan ekonomi yang melambat.
Namun, penurunan suku bunga ini malah membuat orang semakin khawatir. Kebijakan itu malah dinilai tidak akan cukup untuk menopang kepercayaan. Apalagi saat ini sektor properti Cina sangat terpukul dengan para pedagang mencari paket stimulus yang lebih luas dari otoritas Cina, tetapi menerima kurangnya langkah konkret dari rapat kabinet pada hari Jumat.
Sementara itu, kata Ibrahim, pasar terus mengantisipasi khususnya menjelang kesaksian yang akan datang oleh Ketua Federal Reserve Jerome Powell di depan Kongres, mulai hari Rabu ini. The Fed sebelumnya menyetop siklus kenaikan suku bunga selama setahun untuk menilai dampaknya terhadap inflasi dan prospek ekonomi negara. Hal ini juga mengisyaratkan kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut ke depan.
Selanjutnya: Kesaksian Powell kepada Komite Layanan Keuangan...
Kesaksian Powell kepada Komite Layanan Keuangan DPR pada hari Rabu dan Komite Perbankan Senat pada hari Kamis ini juga akan dilihat sebagai isyarat tentang kebijakan moneter AS. Hal ini di tengah kehati-hatian atas kemungkinan bahwa ia mungkin memberi sinyal kenaikan suku bunga bulan Juli.
Selain faktor yang berasal dari luar, tak kalah pentingnya adalah sejumlah penyebab dari dalam negeri yang membuat rupiah masih dalam area pelemahan. Salah satunya adalah euforia pemilihan presiden (pilpres) yang jadi momok pembicaraan di kalangan para poltikus maupun para ekonom.
Tapi, dari sekian nama yang dicalonkan sebagai calon presiden 2024, pasar menilai sebagian besar dari mereka adalah orang yang tidak mengerti ekonomi. Walhasil, diperlukan pendamping wakil presiden yang mengerti tentang ekonomi supaya bisa berkolaborasi untuk memajukan ekonomi dalam waktu 5 tahun ke depan.
Menurut Irahim, pemimpin baru, baik presiden dan wakil presiden nantinya tidak akan mudah mengemban tugas karena bakal menghadapi ketidakpastian global. Selain itu, ancaman terhadap komoditas Indonesia dari negara-negara lain seperti Uni Eropa juga bakal tetap ada, belum lagi ada ancaman El Nino.
ANTARA | RR ARIYANI