Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Rupiah Menguat di Hari Pertama Masa Jabatan Trump

Rupiah ditutup menguat ke level 16.343 pada perdagangan hari ini. Penguatan diprediksi bakal berlanjut sampai besok

21 Januari 2025 | 16.25 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pendistribusian uang di Pooling Cash Bank Mandiri di Jakarta, 9 Desember 2024. TEMPO/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Mata uang rupiah menguat ke 16.343 per dolar Amerika Serikat pada penutupan perdagangan hari ini. Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi ada beberapa sentimen yang memengaruhi penguatan kurs.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Data rupiah spot Bloomberg memaparkan pada penutupan sebelumnya rupiah berada pada level Rp 16.367 per dolar AS. Kali ini kurs menguat 24 poin. Ibrahim memprediksi penguatan bakal berlanjut. “Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp 16.300 - Rp.16.350 per dolar AS,” kata dia dalam analisis rutinnya, Selasa, 21 Januari 2025. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia juga mencatat mata uang Indonesia menguat. Pada penutupan akhir pekan, mata uang Indonesia senilai Rp 16.372 per dolar AS dan hari ini menjadi Rp 16.331 per dolar AS.

Penguatan rupiah seiring dengan merosotnya indeks dolar Amerika Serikat. Menurut Ibrahim, sentimen yang memengaruhi pergerakan kurs di antaranya Donald Trump tak langsung menerapkan pengetatan tarif perdagangan di hari pertama masa jabatannya sebagai Presiden AS.

Sebelumnya, Trump sempat menyasar Tiongkok, Meksiko, dan Kanada sebagai objek pengetatan tarif impor. Namun, menurut Ibrahim, Trump seperti mengisyaratkan bahwa ia sedang mengevaluasi ulang perdagangan AS. “Khususnya, dia akan mengenakan tarif 25 persen pada impor dari Kanada dan Meksiko.” 

Di satu sisi, Trump juga menandatangani perintah yang menyerukan kebijakan perdagangan America First. Lewat memorandum, Trump menginstruksikan lembaga negaranya untuk menyelidiki praktik perdagangan yang tak adil sambil meninjau perjanjian dagang saat ini.

Perintah Trump, kata Ibrahim, memicu spekulasi bahwa ia masih akan mengenakan tarif perdagangan yang lebih tinggi terhadap negara-negara ekonomi utama, terutama Tiongkok. Peningkatan tarif perdagangan dianggap dapat mengganggu perdagangan global dan memicu tindakan balasan dari negara-negara ekonomi utama. 

Hal ini, kata Ibrahim, dapat menyebabkan perang dagang global baru antara AS dan negara-negara ekonomi utama lainnya. Namun, Tiongkok diperkirakan akan membuka lebih banyak stimulus dalam menghadapi perang dagang AS, yang dapat meningkatkan pertumbuhan lokal.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus