Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution menjelaskan, pelemahan rupiah disebabkan faktor eksternal. Dia mengatakan ada beberapa pihak yang merasa diuntungkan dengan kondisi ini. "Pengusaha kayu lebih senang rupiahnya melemah. Kalau itu terjadi terus, perekonomian tidak baik," katanya di Manggala Wanabakti, Jumat, 24 Agustus 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kayu merupakan salah satu komoditas ekspor. Darmin menjelaskan, dampak dari pelemahan rupiah akan menjalar ke segala aspek perekonomian karena bakal mempengaruhi neraca perdagangan dan transaksi perdagangan.
"Ekspor kayu di 2017 mencapai US$ 10,9 miliar," ujarnya.
Untuk mengatasi hal tersebut, kata Darmin, pemerintah akan meningkatkan ekspor. Salah satunya dengan sistem verifikasi legalitas kayu (SVLK). Menurutnya, ekspor kayu menghasilkan pendapatan yang cukup menjanjikan untuk negara.
Menurut Darmin, masih banyak industri kecil dan menengah serta petani hutan rakyat yang belum memiliki sertifikat SVLK. Darmin mengatakan, untuk pengurusan legalitas tersebut, pemerintah akan menggratiskannya.
Namun dalam implementasi SVLK, kata Darmin, masih ditemukan sejumlah kendala. Keterbatasan pengetahuan, akses pembiayaan, dan sumber daya manusia merupakan hambatan utama. Darmin menganjurkan para pengusaha kecil mengajukan kredit usaha rakyat.
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat pagi bergerak melemah lima poin menjadi Rp 14.650 dibanding sebelumnya Rp 14.645 per dolar Amerika Serikat.