WAJAH Kadek Resni (27 tahun) dan Nengah Korni (29 tahun)
berseri-seri tatkala ditemui pekan lalu. Dengan bangga kedua
wanita bertetangga dari Desa Sibang, Kabupaten Badung, Bali, itu
menunjukkan babi mereka. "Yang lebih besar itu yang bibit
krosing. Bandingkan dengan babi lokal di kandang lain itu," ujar
Nengah Korni seraya menuding dua ekor babi dalam kandang yang
berukuran tiga kali tiga meter.
Nengah Korni dan Kadek Resni adalah dua di antara 20 wanita desa
Sibang yang memperoleh kredit bibit babi dari Bank Dagang Negara
yang bekerjasama dengan BKKBN. Keduapuluh wanita tersebut
merupakan satu kelompok peserta Keluarga Berencana lestari
(telah mengikuti 5 tahun lebih). Di seluruh Provinsi Bali
terdapat 56 kelompok yang memperoleh kredit babi dari BDN.
Separuhnya menerima kredit pada 1979, yang karena dianggap
berhasil diperluas tahun ini. "Kredit ini sangat menolong kami.
Hasil babi krosing lebih cepat tapi bibitnya sulit didapat,"
kata Nengah Korni yang juga bekerja sambilan sebagai buruh tani.
Tiap kelompok peserta KB tersebut memperoleh Kredit Modal Kerja
Permanen (KMKP) sebesar Rp 600.000 untuk pengadaan 40 ekor babi
yang berumur 3 bulan. Bibit yang diperoleh merupakan persilangan
antara babi Bali dengan Australia. Para penerima kredit
dikenakan bunga 1% perbulan, yang bisa dibayar tiap bulan atau
sekaligus kalau babi yang dipelihara telah dijual.
"Memelihara babi merupakan kerja sambilan buat banyak wanita di
pedesaan Bali. Biasanya bibit babi diperoleh secara ngadas,
artinya hanya memelihara babi milik orang lain. Si pemelihara
memperoleh duapertiga dari hasil penJualan sedang sang pemilik
sepertiga. Seekor babi lokal dalam usia setahun bisa mencapai
bobot 70 kg. Babi ini biasanya dijual menjelang hari raya Hindu
seperti Galungan.
"Pemberian kredit itu memilki beberapa fungsi," kata Susila dari
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Bali yang
mengkoordinasi pelaksanaan kredit babi itu. Pertama untuk
menambah pendapatan keluarga. Berikutnya: meningkatkan kesadaran
berkoperasi karena penjualan dilakukan secara kolektif. Yang
ketiga menjadikan mereka sebagai motivator KB di luar kelompok.
Dan terakhir untuk menggairahkan usaha menabung.
Kerjasama BKKBN dan BDN daiam pemberian kredit buat akseptor KB
itu dimulai akhir 1979 di Bali antara BDN cabang Denpasar dan
BKKBN Provinsi Bali. Upaya itu dinilai berhasil sehingga
dipandang perlu untuk memperluasnya ke seluruh Indonesia.
Provinsi kedua yang dijadikan sasaran: Jawa Timur. Kredit akan
berupa bibit itik, ayam, kambing.
Senin 19 Oktober lalu di gedung BKKBN Jakarta ditandatangani
naskah kerjasama pemberian fasilitas Kredit Investasi Kecil (K
IK) dan KMKP antara BKKBN Pusat yang diwakili Menteri
Soewardjono Soerjaningrat dan Direktur Utama BDN H.M.
Widarsadipradja.
Menteri Kesehatan Soewardjono yang juga menegaskan tujuan
kerjasama itu untuk meningkatkan pendapatan akseptor KB. "Jika
program ini berhasil, diharapkan jumlah akseptor KB lestari akan
terus mening kat," ujarnya. Jumlah akseptor lestari di seluruh
Indonesia saat ini 7,7 juta.
Soewardjono mengatakan dalam kerjasama ini BKKBN bukan bertindak
sebagai lembaga penjamin kredit. "Kami hanya memberi rekomendasi
pada BDN siapa akseptor yang layak diberi kredit," ucapnya pada
TEMPO. Bagaimana kalau kredit itu macet? "Ya, saya harapkan
tidak demikian. Selama ini di Bali hal itu tak pernah terjadi.
Kalaupun nanti terjadi, bagaimana ya? Pokoknya BKKBN tak
berkewajiban menjadi penanggung," ucapnya.
Di Bali, hingga kini tercatat 1120 aksetor KB di delapan
kabupaten yang menerima kredit. Tiap kelompok yang beranggotakan
20 orang dikoordinasi oleh seorang pemimpin yang dipilih oleh
para anggotanya dan disetujui BKKBN dan pemerintah daerah.
Dialah yang bertanggungjawab pada pengembalian kredit yang
besarnya berkisar Rp 600 ribu itu.
Tak Perlu Kaku
Menurut seorang pejabat BDN Pusat, selama ini penagihan kredit
tersebut tak pernah menemui kesulitan. Pihak BDN sendiri sebelum
memberikan kredit sudah meneliti para calon penerima. "Ditambah
rekomendasi BKKBN, kami tak sangsi memberikannya," katanya.
Banyak kalangan perbankan yang menanyakan mengapa BDN yang
diajak kerjasama oleh BKKBN. Menurut UU No. 18/1968 BDN sebagai
bank pemerintah diprioritaskan menangani sektor pertambangan.
"Usaha kredit babi di Bali yang akan diperluas di Jawa Timur itu
sebenarnya berkaitan dengan sektor pertanian. Dan itu menjadi
porsi Bank Rakyat Indonesia atau lebih dekat pada BNI 1946,"
kata seorang sumber TEMPO dari kalangan perbankan.
Namun pejabat BDN yang ditemui TEMPO mengelak. "Bagaimanapun
tujuan kredit itu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Jadi bisa saja tak perlu terlalu kaku," ujarnya. BDN yang saat
ini memiliki 87 kantor cabang di dalam dan luar negeri ini
memiliki sekitar 5 ribu karyawan. Menurut angka akhir Juni 1981
bank ini memperoleh keuntungan $ 21 milyar.
Pihak BDN melihat prospek kerjasama dengan BKKBN ini cukup
cerah. "Dari segi komersial hasil bunga satu persen sebulan
--jika lancar--adalah pendapatan yang lumayan," katanya. Belum
jelas berapa batas kredit yang akan disediakan BDN untuk para
akseptor KB. "Tapi jika melihat jumlah akseptor lestari saja ini
lebih dari 7 juta, pasti harus tersedia jumlah plafon yang
besar," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini