SAYA ingin mendengar dan belajar," kata Ronald Reagan. Maka
pergilah presiden AS itu menghadiri pertemuan puncak negara maju
(Utara) dan negara sedang berkembang (Selatan) di Cancun,
Meksiko. Reagan sernula agak enggan menghadirinya-la bahkan
khawatir kalau pertemuan itu hanya akan menjadi ajang
konfrontasi antara negara kaya dan negara miskin.
Kekhawatiran Reagan ini semula agak beralasan. Selama beberapa
tahun belakangan ini banyak negara sedang berkembang yang
menuntut perlakuan yang adil dalam perdagangan dunia. Ada pula
yang menuntut agar negara kaya lebih banyak membantu usaha
pemerataan kekayaan dunia. Tuntutan ini kemudian lebih
diperjelas oleh laporan komisi mengenai pembangunan
internasional yang dipimpin bekas Kanselir Jerman Barat, Willy
Brandt.
Dalam laporan Brandt itu diusulkan agar negara maju memberikan
bantuan sebesar-besarnya kepada Dunia Ketiga. Dan kepada badan
internasional agar memberikan pinjaman dengan bunga yang rendah.
Laporan itu juga mengusulkan diadakannya pertemuan anura
pemimpin-pemimpin negara Utara dan Selatan. Gagasan inilah yang
kemudian mendasari pertemuan Cancun.
Pekan lalu hadir 8 kepala pemerintahan negara maju, yaitu AS,
Prancis, Inggris, Jepang, Kanda, Jerman Barat, Austria dan
Swedia. Sementara dari negara sedang berkembang hadir RRC, India
dan 12 negara lainnya. Dan sejak awal sidang hampir semua yang
hadir juga tak berharap banyak.
"Dalam situasi internasional sekarang ini adalah sia-sia dan
utopis untuk mengharapkan hasil yang cepat dan spektakuler,"
kata Presiden Jose Lopez Portillo, tuan rumah. Memang KTT ini
sejak semula sudah direncanakan untuk tidak mengeluarkan
keputusan. Bahkan penyelenggaraannya juga tanpa agenda. Sehingga
tekanannya lebih banyak ditujukan pada adanya tukar menukar
pikiran antara pemimpin dari negara maju dan negara sedang
berkembang. Maka bersifat lobby saja.
Gaya Marcos
Namun suasana pertemuan itu cukup santai. Presiden Reagan bahkan
merasa tak perlu datang pada waktunya ketika upacara pembukaan
berlangsung. Ia terlambat 13 menit. Semua orang terpaksa
menunggu. Dan Presiden Lopez juga terpaksa menunda pidato
pembukaannya. Menurut seorang pejabat Meksiko, Presiden Lopez
jengkel sekali. Tapi pejabat AS yang mengiringi Reagan
menyalahkan elevator buatan Jepang yang lambat jalannya.
Lain lagi gaya residen Ferdinand Marcos dari Filipina,
satu-satunya dari Asia Tenggara. Di luar kesibukan konperensi,
ia lebih suka main olahraga ski air.
Suatu pagi ia mencoba menampilkan kemampuannya itu denga
mengundang beberapa wartawan. Sementara itu anggota delegasi
Filipina sengaja berdiri di dermaga untuk memberi applause.
Sesudah 3 putaran, Marcos berhenti dan membalas tepuk tangan.
Bagian penerangan delegasi Filipina dalam satu siaran pers
kemudian mengutip keterangan seorang penduduk Meksiko bahwa
"adalah luar biasa buat orang yang berusia 64 tahun masih bisa
main ski seperti itu." Bagi Marcos publikasi serupa ini rupanya
penting.
Kesempatan membina citra memang tersedia di pulau wisata Cancun.
Dan pertemuan yang dihadiri 1500 anggota delegasi dan 2500
wartawan jadi lebih meriah karena adanya tingkah yang aneh-aneh
itu. Ada juga yang serius seperti Menlu Jerman Barat, Hans
Dietrich Genscher, yang memperjuangkan Negosiasi Global seperti
diusulkan Dunia Ketiga.
Dan Reagan di situ tak lupa mengingatkan bahwa bantuan AS sudah
begitu banyak, tahun lalu saja sebesar US$ 7,1 milyar. Bantuan
negara maju yang lebih besar buat kepentingan Dunia Ketiga,
menurut Reagan, sebaiknya disalurkan melalui peranan sektor
(perusahaan) swasta. "Sejak semula kami sudah mengetahui jalan
pikiran Presiden Reagan," kata PM India Ny. Indira Gandhi seusai
pertemuan itu. "Namun kami harap dia mempelajari sekian banyak
yang sudah didengarkannya di sini."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini