Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Menjadi Tua Dengan Anggun

Seminar membicarakan masalah-masalah yang dihadapi kaum wanita setelah berusia 40 th. Seminar ini diselenggarakan oleh biro jasa psikologi Infocrat Associates tampil sebagai pembicara a.l: Sarlito W. Sarwono.

31 Oktober 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

APA yang terjadi setelah usia 40 tahun? Pokok pembicaraan dalam seminar sehari suntuk yang diselenggarakan oleh biro jasa pelayanan psikologi Infocrat Associates tersebut ternyata berhasil menyedot banyak minat. Sedikitnya 200 wanita ambil bagian dalam seminar yang kartu undangannya seharga Rp 20.000 per lembar itu. D alam seminar yang berlangsung tanggal 17 Oktober di Elotel Mandarin, Jakarta, itu ahli psikologi Sarlito W. Sarwono menyatakan manusia pada dasarnya bersifat poligami dan tidak poliandri. Sama seperti binatang primata. Tetapi dengan berbagai peraturan dan undang-undang, sifat poligami itu dicoba untuk dibatasi sendiri oleh manusia. "Untuk menyesuaikan diri dengan peraturan tanpa mematikan instink poligami manusia itu, menjadi tugas wanita untuk selalu tampil di depan suami dengan bentuk yang baru," katanya. Ia memberikan contoh sifat sapi pejantan yang jika sudah tidak tertarik pada betinanya lagi, oleh pemiliknya dicarikan akal, misalnya dengan menyinari betina itu dengan lampu berwarna atau memindahkan mereka ke kandang yang lain. "Kalau tidak, pejantan itu akan melompat pagar mencari rumput di pekarangan tetangga. Bagi pejanun itu, rumput di pekarangan tetangga nampak selalu lebih hijau," katanya disambut senyum-senyum simpul oleh hadirin. Mesin Bekas Menurut Sarlito usia 40-55 tahun merupakan tahap paling kritis. Pada usia ini pria biasanya sudah mencapai segala sesuatu yang dicita-citakannya. Tetapi pada saat itu pula dia harus berhadapan dengan kenyataan berupa perubahan fisik. Seperti perut mulai membuncit dan datangnya rupa-rupa penyakit. Sebagai reaksi, mereka suka melakukan perbuatan mirip anak-anak remaja. Karena itu tahap ini disebutkan juga masa remaja kedua. "Mereka mulai senang berdandan, suka mengagumi diri sendiri minta banyak perhatian dari orang sekitarnya, cepat marah dan ingin mencobakan kejantanannya pada wanita-wanita lain. Di sinilah wanita harus mulai was-was. Sebab bila istri acuh-ukacuh dan tak mampu melayani sang suami, ia akan melakukannya pada orang lain. Sebab pria pada usia ini gampang jatuh pada rayuan orang yang bisa memuja diri mereka dan memenuhi tuntutan egonya," ulas Sarlito. Sementara itu ahli psikologi Saparinah Sadli menunjukkan jalan bagaimana wanita dapat menghadapi usia tua dengan mantap. Dengan motto groujing old graciously atau menjadi tua dengan anggun, ia menegaskan kaum wanita harus tetap dapat tampil, bahkan dengan lebih berwibawa setelah melewati menopause: "Janganlah karena toh sudah tua lalu tampil dengan penampilan semaunya karena kita sudah tua. Sikap masyarakat kita yang menempatkan orangtua pada kedudukan terhormat masih harus dipertahankan dengan perilaku dan penampilan yang dapat diteladani," katanya. Buat wanita, menurut Saparinah, perubahan terpenting dalam hidup mereka adalah pada usia 35 - 40 tahun. Perubahan itu mula-mula datang tidak disadari. Tubuh gampang gemuk, cepat capek dan haid mulai berkurang. Datangnya menopause menyebabkan wanita merasa kehilangan peranan. Keadaan ini bisa mendorong wanita menderita depresi. Mereka mulai hilang semangat, merasa tak berguna dan berdosa. Tetapi perasaan tertekan yang dialami wanita pada masa menopause ini bukanlah gambaran umum. Menurut Saparinah hanya 10-15% dari wanita menjelang menopause mengalami keluhan yang serius dan memerlukan bantuan seorang ahli. "Mayoritas wanita mengalami hal-hal yang lebih positif dalam menghadapi proses menua tersebut," katanya. Dari segi biologis, dr. Kartono Mohamad, kolomnis dan Pemimpin Redaksi Majalah Medika, mengungkapkan bahwa proses menuju tua sudah berlangsung sejak manusia masih bayi, karena terjadinya perubahan yang tak bisa diperbaiki pada sel-sel tubuh. Proses itu terusmenerus dan dipengaruhi oleh faktor intern dan ekstern. Faktor intern ialah faktor hormonal sedangkan faktor ekstern ialah diit dan lingkungan. Hormon yang disinggung Kartono dalam membicarakan proses menua itu ialah estrogen dan adrenaliw. "Kalau estrogen membantu pertahanan tubuh dalam menghadapi proses menua, maka adrenalin justru mempercepat ketuaan. Keduanya dipengaruhi pula oleh emosi. Adrenalin merupakan pemacu manusia untuk bertahan menghadapi ancaman. Kalau ada ancaman, adrenalin akan banyak diproduksi dan membuat manusia bersikap siap untuk melawan atau melarikan diri." Kartono juga menyinggung bahwa keluhan menopause pada wanita Timur tidak begitu hebat karena untuk negara-negara Timur usia tua justru menempatkan wanita dalam kedudukap yang lebih terhormat dan lebih dihargai. "Di negara-negara industri yang mengagungkan produktivitas seseorang, usia tua membuat wanita merasa dirinya bagaikan 'mesin bekas' yang tidak dapat berperanan lagi'di masyarakat." Meluapnya perhatian terhadap seminar tersebut menunjukkan bahwa masalah usia tua merupakan bidang yang rupanya banyak dipikirkan wanita sekarang. Terutama yang tinggal di kota-kota. Buat Infocrat Associates ini merupakan potensi bisnis yang cukup kuat. Diselenggarakan di Hotel Mandarin dengan sajian makan siang dan makanan kecil, biro ini kabarnya masih bisa untung 50%.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus