Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TIDAK lama lagi Lie Kamajaya akan mengakhiri penampilan nyentrik-nya selama tiga tahun terakhir: rambut gondrong sebahu dan jenggot panjang. Direktur Utama PT Gendhis Multi Manis ini berencana memangkasnya pada Mei nanti, setelah pabrik gulanya di Blora, Jawa Tengah, beroperasi. "Ini janji kepada warga Blora," katanya saat berkunjung ke kantor Tempo, Senin pekan lalu.
Kamajaya menguraikan panjang-lebar soal bisnis gula. Sekaligus dia menyampaikan sejumlah keterangan dan klarifikasi atas isi laporan majalah Tempo edisi 7 April yang berjudul "Janji (Tak) Manis Samurai Gula".
Anda disebut salah satu samurai gula nasional?
Saya tidak mau dipanggil samurai. Sebutan itu hanya untuk importir gula. Saya ini pendekar gula. Saya membangun pabrik gula, tidak hanya mengimpor.
Lalu mengapa Anda mengimpor raw sugar 80 ribu ton?
Itu untuk uji coba mesin. Izin semua juga sudah lengkap. Saya tidak apa-apa tidak boleh mengimpor gula mentah, tapi para pengusaha gula rafinasi yang lain juga tidak boleh impor. Biar adil.
Anda dikabarkan dekat dan mendapat fasilitas khusus dari mantan Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo saat mendirikan pabrik?
Saya dekat dengan semua Gubernur Jawa Tengah, dari Pak Mardiyanto, Bibit Waluyo, hingga yang sekarang, Ganjar Pranowo. Fasilitas khusus juga tidak ada, semua izin saya urus menurut aturan.
Bibit Waluyo disebut-sebut menjadi komisaris di perusahaan Anda?
Itu sama sekali tidak benar. Justru kalau begini saya baru kepikiran menjadikan Pak Bibit sebagai komisaris. Pak Bibit ke pabrik saya sebagai gubernur. Mobil Toyota Fortuner yang disebut milik Pak Bibit juga tidak ada.
Dengan impor besar, banyak yang khawatir tebu petani tidak diserap optimal?
Mesin giling tebu semua perlu diuji coba dan ini memakan waktu berbulan-bulan. Tapi kami pastikan akan siap. Tidak benar kami akan mengolah raw sugar saja. Kalau kami hanya menggiling tebu seperti pabrik-pabrik gula lain, kami juga akan mati. Satu hal yang perlu diingat, kalau kami hanya mau menjadi pabrik rafinasi, akan lebih efisien jika membangun pabrik dekat laut. Pabrik kami ini ada di tengah hutan.
Soal tuduhan masih ada sengketa penggunaan lahan Pramuka Kwartir Cabang Blora?
Tidak benar kami menyerobot karena justru kami yang dibohongi. Kami membeli tanah seluas 27 hektare senilai Rp 3,5 miliar. Tapi kenyataannya hanya mendapat 22 hektare dan kami kembalikan lagi seluas 3 hektare untuk bumi perkemahan. Semua suratnya lengkap dan transaksi ini telah disepakati semua pihak.
Mengapa Anda tertarik di bisnis gula?
Saya tertarik setelah ada kerusuhan 1998. Setahun saya bepergian dan saya sadar, kalau rakyat perutnya kenyang, mereka akan hidup tenang. Jadi saya harus berbisnis di sektor agribisnis. Beberapa tahun kemudian saya mengurus logistik untuk Coca-Cola. Lama-lama menguntungkan. Dan, setelah saya paham betul, saya kembangkan bisnis ini.
Jadi Gendhis Multi Manis bukan bisnis gula pertama Anda?
Sebelumnya saya pernah di PT Industri Gula Nusantara, tapi berhenti pada 2011. Saya juga pernah mencoba investasi untuk tebu di Papua senilai Rp 6 miliar, tapi sudah tutup karena rugi. Untuk saat ini, pabrik di Blora yang paling besar, investasinya Rp 1,6 triliun. Kapasitas Blora sekitar 6.000 ton of cane per day (TCD). Kami akan meningkatkannya menjadi 10 ribu TCD. Dengan rendemen 8 persen, produksi Blora mencapai 50 ribu ton per tahun.
Apa rencana bisnis Anda?
Saya sedang mengembangkan pabrik gula di Madura. Saat ini masih proses pembebasan lahan. Kapasitasnya lebih besar daripada Blora.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo