Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ekonomi

Tahun Ujian Ketahanan

Meski inflasi global berkurang, bukan berarti Indonesia tak berhadapan dengan tantangan. Angka pelarian modal makin tinggi.

8 Januari 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Resesi ekonomi dunia tak terhindarkan.

  • Inflasi juga didorong kenaikan angka permintaan konsumen pada libur Natal dan tahun baru.

  • Indonesia terpapar risiko pelarian modal karena bunga di luar negeri tinggi.

TAHUN berganti, ekonomi Indonesia akan langsung menghadapi berbagai tantangan yang sudah menanti. Resesi ekonomi dunia sepertinya tak bisa terelakkan. Bibit persoalannya tersemai sejak tahun lalu: inflasi. Di negara-negara maju, inflasi bahkan mencapai titik tertinggi dalam 40 tahun terakhir. Bank-bank sentral harus mengerek suku bunga tinggi-tinggi. Ekonomi pun terjerat resesi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebetulnya ada pertanda inflasi global mulai mereda. Teorinya, karena ekonomi dunia 2023 akan melambat, bahkan tumbuh negatif, permintaan berbagai barang berkurang. Ekonomi global juga sudah mulai beradaptasi mengatasi gangguan rantai pasokan energi ataupun bahan pangan karena perang Rusia-Ukraina. Kombinasi berbagai faktor itu akan membuat harga komoditas pangan dan energi mulai menurun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pada akhir 2022, melunaknya inflasi sudah mulai terasa di berbagai negara Eropa. Inggris, Jerman, dan Prancis mencatat tingkat inflasi lebih rendah. Harga energi tak bergejolak karena musim dingin tahun ini diprediksi tak terlalu ekstrem. Walhasil, harga gas dan harga minyak tetap tenang saja. Harga minyak mentah Brent, patokan di pasar internasional, malah melorot ke bawah US$ 80 per barel pada pekan pertama 2023.

Meski kegentingan inflasi global agak berkurang, bukan berarti tantangan bagi Indonesia di 2023 menjadi lebih ringan. Soal inflasi, misalnya. Karena faktor musiman, pada akhir 2022 tingkat inflasi di Indonesia justru naik. Ada dorongan dari naiknya permintaan konsumen karena libur Natal dan tahun baru. Badan Pusat Statistik mencatat tingkat inflasi tahunan 2022 sebesar 5,51 persen. Inilah laju inflasi tahunan tertinggi semenjak 2014.

Seusai masa liburan, angka inflasi biasanya turun. Namun pada awal tahun ini situasi bisa berbeda. Ada beberapa faktor yang dapat mengubah pola inflasi dalam beberapa bulan ke depan. Salah satunya tingginya harga beras. Tarik-ulur kebijakan yang berbuah kelambanan impor membuat harga beras di Januari ini terus menanjak, meski pasokan beras impor sudah mulai berdatangan. Patut dicatat, harga beras berperan cukup besar dalam penghitungan inflasi di Indonesia.

Selain harga beras, ada hal positif yang bisa menambah tekanan inflasi. Keputusan pemerintah mengakhiri pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat akan mendorong aktivitas ekonomi lebih cepat. Dari sini muncul kenaikan permintaan berbagai barang dan jasa yang juga bisa mendorong inflasi lebih tinggi.

Selain naiknya tekanan inflasi, ekonomi Indonesia masih harus terpapar risiko pelarian modal karena suku bunga di luar negeri bertahan tinggi. Meski ada gelagat inflasi global mulai mereda, bank-bank sentral utama dunia, The Federal Reserve misalnya, belum akan segera menurunkan bunga. Notulen rapat The Fed Desember lalu memberikan petunjuk yang jelas: suku bunga tidak akan segera turun, bahkan sampai paruh pertama 2023.

Tingginya suku bunga dan ketatnya likuiditas dolar di pasar global, yang berlangsung sejak tahun lalu, akan terus mendorong perpindahan dana ke luar negeri. Dolar milik investor asing ataupun devisa hasil ekspor milik para taipan Indonesia akan terbang mencari imbal hasil yang lebih baik. Makin banyak dolar yang mengalir keluar, makin besar tekanan pada kurs rupiah.

Pada gilirannya, untuk menahan kaburnya modal ke luar negeri, Bank Indonesia harus terus menaikkan suku bunga rujukannya. Kenaikan ini, cepat atau lambat, akan merambat ke berbagai jenis bunga bank. Biaya modal akan naik. Berbagai bisnis yang penjualannya bergantung pada kredit bank akan terpengaruh. Ujung-ujungnya, pertumbuhan ekonomi bakal melambat.

Ada satu lagi tantangan yang tak kalah berat. Meredanya inflasi global juga bisa berdampak negatif bagi ekonomi Indonesia. Jika harga komoditas energi dan pangan merosot, harga berbagai komoditas ekspor Indonesia tentu akan terpengaruh. Pendapatan ekspor Indonesia bisa turun dan surplus perdagangan mengerut. Masalahnya, hampir semua solusi atas tantangan-tantangan itu di luar kendali kita. Gejolak ekonomi dunia 2023 akan benar-benar menguji ketahanan dan keberuntungan Indonesia.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus