APA kabar, Bank Nasional? Setelah terombang-ambing lebih dari setahun, bank tertua ini mulai pekan lalu resmi dikuasai oleh Gubernur Sumatera Barat. Dan ini bukan karena Gubernur Hasan Basri Durin melakukan intervensi. Bukan juga karena bulat kata di mufakat. Tapi berkat kata putus dari 450 pemegang saham, yang mengadakan rapat umum pemegang saham luar biasa dua pekan lalu. Rapat itu tidak mulus. Ada 58 pemegang saham Bank Nasional (Banas) yang tidak menyetujui keputusan tersebut. "Saya setuju jika Banas diserahkan pada BI. Tapi tidak pada Gubernur, yang jelas-jelas bukan pengurus lembaga keuangan," kata Zainal Gangga, pemegang saham. Tapi mayoritas suara mendukung Gubernur. Maka, para "pembangkang" -- demikian istilah yang dipakai untuk yang tidak setuju -- terpaksa mundur. "Saya akan mencarikan investor baru dan manajer yang profesional untuk Banas," janji Hasan Basri. Kata-kata ini cukup "bertuah". Beberapa bank di Padang sudah mau menerima cek Banas. BII dan Bank Duta telah pula mengalirkan dana call money yang lumayan. Memang, sesuai dengan saran BI, Banas sudah selayaknya diberi suntikan, di samping manajer yang piawai. Soalnya, tidak mudah mengatasi kredit macet Rp 23 milyar (dari total Rp 47 milyar), sementara kebanyakan penunggak adalah pengurus bank itu sendiri. Mereka juga yang tidak menyetujui keputusan rapat. "Mereka ingin Banas hancur, agar utangnya hangus," kata seorang pemegang saham lainnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini