Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Seret Langkah Bisnis Riady

Kini, Lippo Karawaci mengandalkan penjualan aset propertinya. Bisnis keluarga Riady dipertaruhkan dalam kesuksesan megaproyek kawasan terintegrasi.

30 Juni 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Kini, Lippo Karawaci mengandalkan penjualan aset propertinya. Bisnis keluarga Riady dipertaruhkan dalam kesuksesan megaproyek kawasan terintegrasi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

IMPIAN Lippo Group membangun kerajaan properti tak selalu berjalan mulus. Di tengah pelemahan pertumbuhan properti selama tiga tahun terakhir, dapur keuangan perusahaan milik taipan Mochtar Riady itu merosot di semua lini. Yang terbaru, sentilan datang dari lembaga pemeringkat asal Amerika Serikat, Moody's Investor Service, untuk PT Lippo Karawaci Tbk.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Awal Juni lalu, lembaga ini menurunkan rating surat utang yang dikeluarkan anak usaha Lippo Karawaci, Theta Capital Pte Ltd. Surat utang senior senilai US$ 75 juta yang diterbitkan tahun ini tersebut kini dikategorikan B2 negatif. Moody's melihat Lippo Karawaci akan menggunakan hasil penerbitan surat utang itu justru untuk membiayai kembali piutang (refinancing) melalui fasilitator perusahaan, UBS AG.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Moody's menilai perencanaan ini kurang tepat untuk likuiditas korporasi hingga 1,5 tahun mendatang. "Penempatan utang ini hanya cukup menutup sekitar setengah utang jatuh tempo Lippo Karawaci pada 2018-2019," kata analis senior yang juga Wakil Presiden Moody's, Jacinta Poh, dalam keterangan resminya.

Sebanyak 79 persen utang Lippo yang tak dijamin juga dinilai berisiko. Mayoritas pinjaman berada di Lippo Karawaci sendiri. Pada 25 April lalu, Moody's juga menurunkan peringkat Lippo Karawaci dari B1 menjadi B2. Sudah lama lembaga ini mengamati perubahan kinerja Lippo Karawaci, terutama setelah perusahaan terlambat menyerahkan laporan kinerja keuangan dan gagal memenuhi kewajiban penerbitan pinjaman dengan satuan dolar Amerika Serikat.

Saat itu Poh menjelaskan, koreksi peringkat ini mencerminkan arus kas operasional Lippo Karawaci yang tak cukup untuk membiayai pembayaran bunga dan bisnis lain di perusahaan selama 18 bulan ke depan. Arus kas dipastikan hanya akan bergantung pada penjualan aset. Sedangkan penjualan dari unit properti masih tersendat lantaran kondisi pasar properti yang melemah. "Tanpa kesuksesan penjualan aset, kami perkirakan arus kas operasi bersih hanya tersisa Rp 800 miliar," ujar Poh.

Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee menilai, hasil pemeringkatan Moody's tentu tak menguntungkan korporasi. "Biaya beban bunga yang ditanggung perusahaan akan naik," ucapnya, Jumat pekan lalu. Moody's menjanjikan prospek peringkat dapat kembali stabil bila perusahaan memiliki arus kas yang cukup untuk menutup beban bunga dan pembayaran utang selama setahun mendatang. Peringkat bisa terus merosot jika Lippo tak mampu mengatasi risiko pembayaran utang tepat waktu dan gagal menjual aset sehingga arus kas tak cukup untuk menutup pembayaran bunga.

Ketatnya likuiditas Lippo terlihat dari laporan keuangan 31 Maret 2018. Kas dan setara kas korporasi menurun jadi Rp 1,87 triliun dari Rp 2,53 triliun pada akhir tahun lalu. Memang secara total aset lancarnya meningkat dari Rp 44,9 triliun menjadi Rp 45 triliun. Namun aset tak lancarnya juga bertambah dari Rp 11,8 triliun menjadi Rp 12,6 triliun. Adapun utang usaha perusahaan mencapai Rp 1,18 triliun, ditambah utang bank jangka pendek sebesar Rp 1,34 triliun.

Penurunan likuiditas ini turut memicu sentimen negatif harga saham perusahaan. "Pasar mulai membatasi sikapnya. Hasil Moody's ini menyebabkan koreksi pelemahan lebih lanjut," kata Direktur LBP Institute Lucky Bayu Purnomo. Ia menyayangkan strategi Lippo yang kurang memanfaatkan pembiayaan kembali secara produktif. Sebab, jebakan piutang ini dapat membenamkan harga saham perusahaan ke titik terendah. "Banyak yang gugur karena utang, contohnya saham PT Bumi Resources Tbk," ucap analis itu.

Dengan rasio ekuitas utang mencapai 92,6 persen, Lucky melanjutkan, seharusnya Lippo tak gencar melakukan ekspansi beberapa tahun terakhir. Lippo justru bermimpi membangun "kota masa depan" Meikarta senilai Rp 278 triliun, yang pemasarannya jorjoran sejak tahun lalu. "Kondisi ini tidak ideal bagi emiten yang sedang gencar ekspansif," ujar Lucky.

Selama dua tahun mendatang, Direktur Utama Lippo Karawaci Ketut Budi Wijaya memastikan timnya akan mengerem penjualan properti. Keputusan ini diambil, kata Ketut, bukan karena serta-merta memperhatikan rekomendasi Moody's, melainkan lantaran penjualan properti berisiko tinggi pada tahun politik.

Manajemen akan tetap menjalankan skema pembiayaan kembali untuk menggenjot arus kas operasional. "Skema refinancing masih seperti sebelumnya, lewat surat utang saja," katanya. Adapun dana dari penjualan properti ditargetkan mencapai Rp 10 triliun. Sebagian besar disumbang dari penjualan unit di Meikarta.

Manajemen mempermasalahkan penurunan peringkat utang perusahaan yang ditetapkan Moody's. Sebab, perusahaan yakin masih memiliki sejumlah aset yang bisa dijual. Meski arus kas minus, total aset Lippo Karawaci saat ini mencapai Rp 57,6 triliun. "Ada satu aset mal yang akan dijual," ucap Ketut. Skema penjualannya menggunakan dana investasi real estate di Singapura. Uang segar itu diperkirakan akan cair pada kuartal akhir tahun ini. Akhir tahun lalu, perseroan juga menginvestasikan Rumah Sakit Siloam Yogyakarta danLippoPlaza Jogja kepada Real Estate Investment Trust di Singapura. Selain itu, manajemen masih berharap pada pertumbuhan pendapatan berulang dari penyewaan gedung.

Hans Kwee menilai diversifikasi bisnis yang dilakukan Lippo sebetulnya dapat mengatasi merosotnya kinerja keuangan secara perlahan. Misalnya Lippo mulai mengubah pengembangan bisnis retail berskala kecil, seperti sejumlah mal di tingkat kabupaten atau kota, untuk mengatasi perlambatan pertumbuhan retail toko Matahari. Mal-mal kecil itu diinvestasikan dan dibeli kembali setelah beberapa tahun.

Bukan hanya Lippo Karawaci yang kinerja sahamnya merah. Harga saham anak usaha lain-yang tidak terbelit masalah likuiditas-juga terus melemah. Secara year to date, harga saham PT Lippo Karawaci, PT Lippo Cikarang, PT Matahari Putra Prima, dan PT Siloam Hospital lunglai, secara berurutan minus 30 persen, minus 43 persen, minus 48 persen, dan minus 45 persen. Lucky Bayu menyebutkan harga saham Lippo Karawaci berpotensi merosot hingga Rp 280 per lembar.

Hans Kwee mengatakan proyek Meikarta sebetulnya bisa mendongkrak kinerja saham Lippo Group, asalkan manajemen cekatan memberi kepastian setiap progres pembangunan kepada konsumen dan investor. Apalagi masyarakat cukup menantikan kesuksesan proyek yang promosinya diperkirakan menelan ongkos hingga Rp 1,2 triliun ini. Bukan hanya itu, aliran modal segar dari investor Cina yang menjadi partner pembangunan Meikarta juga menjadi kunci keberlanjutan proyek ini. "Saya pikir perusahaan tak mau memperlambat mengatasi likuiditas mereka, jadi perlu kepastian dari partner juga," kata Hans.

Lambatnya kepastian proyek ini pula yang menyebabkan kepercayaan konsumen Lippo makin tergerus. Para pembeli properti Holland Village-yang juga dibangun Lippo Karawaci-mengamuk saat bertemu dengan Direktur Utama Lippo Karawaci Ketut Budi Wijaya dan Presiden Komisaris Lippo Group Theo Sambuaga di Hotel Aryaduta, Manado, Sulawesi Utara, 30 Mei lalu. Dalam pertemuan selama dua jam itu, para pembeli menuntut manajemen menandatangani perjanjian kepastian pembangunan rumah paling lambat pada 1 Juli 2018. Penyebabnya adalah nihilnya pembangunan dalam proyek itu. Manajemen enggan meneken surat tersebut dan menjanjikan serah-terima kunci tahap pertama akan dilaksanakan pada Desember tahun ini. "Tahap kedua sekitar tiga bulan setelah itu," ujar Theo.

Holland Village adalah kawasan hunian terintegrasi, persis seperti Meikarta, yang berlokasi di Kairagi, Manado. Letaknya dekat dengan Bandar Udara Sam Ratulangi. Harga rumah per unit Rp 700 juta-1,6 miliar. Pengamat properti Panangian Simanungkalit menilai kesuksesan megaproyek kawasan integrasi perumahan dan industri yang dibangun Lippo dalam dua tahun terakhir menjadi pertaruhan masa depan bisnis keluarga Riady. "Meskipun nanti ada kompensasi karena keterlambatan, Lippo pasti selesaikan ini semua," katanya.

Putri Adityowati, Aditya Budiman

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus