Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ekonomi

Berkah Penurunan Suku Bunga Acuan

Bunga kredit perbankan diharapkan turun setelah Bank Indonesia memangkas suku bunga acuan. Kalangan industri menunggu berkah.

21 September 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Bank Indonesia berharap penurunan suku bunga acuan bisa mendorong kredit atau pembiayaan perbankan, khususnya untuk sektor-sektor prioritas pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja, termasuk UMKM dan ekonomi hijau.

  • Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan secara umum bunga simpanan yang meningkat selama setahun terakhir didorong oleh peningkatan suku bunga acuan.

  • Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie Sugiarto berharap pemangkasan suku bunga acuan BI bisa berlanjut sehingga memberikan dampak positif bagi penjualan otomotif.

RAPAT Dewan Gubernur Bank Indonesia bulan ini memutuskan memangkas suku bunga acuan BI dari 6,25 persen menjadi 6 persen. Langkah tersebut disambut pelaku industri dan perbankan. Pemangkasan suku bunga BI diharapkan bakal diikuti oleh turunnya bunga kredit perbankan. Walhasil, masyarakat bisa lebih gencar memanfaatkan pinjaman perbankan untuk aktivitas mereka.

Pengumuman pemangkasan suku bunga acuan disampaikan langsung oleh Gubernur BI Perry Warjiyo pada Rabu, 18 September 2024. Perry juga menyampaikan bahwa BI menurunkan suku bunga deposit facility menjadi 5,25 persen dari sebelumnya 5,5 persen, dan suku bunga lending facility menjadi 6,75 persen dari sebelumnya 7 persen. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BI menurunkan suku bunga acuan lantaran inflasi terkendali sesuai dengan target pemerintah serta stabilitas nilai tukar rupiah. BI juga menganggap perlu upaya memperkuat pertumbuhan ekonomi nasional. Menurut Perry, pelonggaran terus ditempuh untuk mendorong kredit atau pembiayaan perbankan, khususnya untuk sektor-sektor prioritas pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja, termasuk usaha mikro, kecil, dan menengah serta ekonomi hijau.

Sebelumnya, langkah BI menaikkan suku bunga acuan sudah dimulai sejak 2022. Pada Januari hingga Juli 2022, suku bunga acuan BI berada pada level 3,50 persen. Mulai naik menjadi 3,75 persen pada Agustus dan terus meningkat hingga level 6,25 pada April 2024. 

Pergerakan suku bunga BI mempengaruhi suku bunga simpanan berjangka atau deposito. Salah satunya pada April lalu, saat BI memutuskan menaikkan suku bunga acuan menjadi 6,25 persen. Hasil analisis uang beredar BI memaparkan pada Mei terjadi kenaikan suku bunga simpanan berjangka tenor 1 bulan, 12 bulan, dan 24 bulan, masing-masing sebesar 4,6 persen; 5,91 persen; dan 4,1 persen. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan secara umum bunga simpanan yang meningkat selama setahun terakhir didorong oleh peningkatan suku bunga acuan. Meski begitu, pergerakan rata-rata suku bunga kredit cenderung flat, bahkan menurun dibanding pada tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan prioritas bank untuk tetap menjaga kualitas kreditnya. 

Penurunan suku bunga biasanya diikuti penyaluran kredit yang meningkat akibat cost of funds atau biaya dana yang menurun sehingga berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Tapi kebijakan suku bunga setiap lembaga pembiayaan berbeda. "Sangat bergantung pada model bisnis, kondisi likuiditas, dan toleransi risiko masing-masing bank," kata Dian dalam pernyataan resmi yang dikutip pada Jumat, 20 September 2024.

Berdasarkan data BI, pertumbuhan kredit perbankan RI pada Agustus 2024 mencapai 11,40 persen secara tahunan atau year-on-year (yoy). Melambat dibanding Juli sebesar 12,40 persen.

Penukaran uang baru pada mobil kas keliling Bank Indonesia di Kediri, Jawa Timur, 18 Agustus 2024. ANTARA/Prasetia Fauzani



Corporate Secretary PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Teuku Ali Usman mengatakan langkah BI menurunkan suku bunga acuan merupakan kebijakan pre-emptive untuk menjaga stabilitas ekonomi dan pasar keuangan nasional. Kebijakan ini menjadi upaya BI mengantisipasi perkembangan ekonomi global, khususnya perihal kebijakan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat atau Fed Fund Rate/FFR), serta menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

"Penurunan suku bunga ini diharapkan dapat berkontribusi pada pengurangan biaya dana (cost of fund) di sektor perbankan, yang pada akhirnya akan memberikan dampak positif bagi efisiensi operasional serta pertumbuhan kredit," tuturnya.

Penurunan suku bunga BI juga diharapkan dapat menguntungkan industri. Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie Sugiarto berharap pemangkasan suku bunga acuan BI bisa berlanjut sehingga memberikan dampak positif bagi penjualan kendaraan bermotor. Ia mengatakan 60-70 persen penjualan kendaraan bermotor di Indonesia dilakukan dengan kredit atau leasing. “Di mana faktor bunga menjadi sangat penting,” ujarnya kepada Tempo kemarin.

Sebagian besar penjualan mobil di Indonesia masih mengandalkan skema kredit sehingga penurunan suku bunga acuan diharapkan memberikan ruang bagi bank untuk menurunkan suku bunga kredit, termasuk kredit kendaraan bermotor.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo bersama jajaran Deputi Bank Indonesia saat mengumumkan hasil rapat dewan gubernur pada Agustus 2024 yang memutuskan mempertahankan suku bunga acuan di level 6,25 persen, di Jakarta, 21 Agustus 2024. TEMPO/Tony Hartawan



Saat ini penjualan kendaraan bermotor kurang maksimal. Data Gaikindo menunjukkan, pada semester I 2024, penjualan segmen wholesales (grosir) sebanyak 408.012 unit, menurun dari 506.427 unit pada 2023. Angka ini turun sebanyak 19,5 persen.

Adapun Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan penurunan suku bunga BI akan direspons oleh penurunan suku bunga pasar uang antar-bank. Selanjutnya akan berpengaruh pada penurunan suku bunga perbankan, termasuk suku bunga kredit. Namun langkah tersebut dianggap tidak akan secara cepat menurunkan bunga kredit perbankan. Selama ini umumnya penurunan suku bunga deposito bakal terjadi sekitar satu bulan. “Sementara itu, transmisi pada suku bunga kredit selama 3-6 bulan, bergantung pada kondisi likuiditas dan risiko kredit perbankan,” ujarnya kemarin. 

Menurunnya bunga kredit perbankan diperkirakan mendorong pertumbuhan penyaluran kredit. Sebab, biaya pinjaman lebih murah dengan turunnya suku bunga kredit. Meski ada rentang waktu setelah bank sentral memangkas suku bunga acuan, turunnya bunga kredit perbankan bakal mendorong pertumbuhan penyaluran pinjaman.

Assistant Vice President BNI (2005-2009) Paul Sutaryono berpendapat, butuh waktu untuk bank menurunkan bunga kredit. Namun penurunan suku bunga acuan dapat menjadi katalis positif bagi pasar modal dan sektor riil serta pengucuran kredit perbankan. “Penurunannya butuh waktu 3-4 bulan ke depan,” katanya.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus