Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Setelah Maling Teriak Maling

Resesi dunia yang belum pulih menyebabkan anggota opec berlomba menurunkan harga minyaknya di bawah patokan. irak dan kuwait saling tuduh dalam sidang opec ke-46. suriah ditolak menjadi anggota. (eb)

10 Januari 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KETIKA Carlos dan teroris lainnya menobrak markas besar OPEC di Wina, tuduh menuduh antara delegasi Irak dan Kuwait sedang menghangat. Dalam sidang dewan menteri OPEC yang ke-46 yang membahas praktek penurunan harga minyak oleh sementara anggotanya, Irak menuduh Kuwait sebagai biang keladi penurunan harga. Kuwait, menurut Irak telah menjual minyaknya di bawah harg resmi US$ 11,51 untuk jenis Ras Tanura Light. Tapi situasi kemudian berbalik menjadi maling teriak maling. Irak ternyata justru diam-diam telah melakukan praktek penurunan harga yanR berkisar antara 10 sen sampai 1 dollar per barrel. Inilah yang menyebabkan produksi Irak dapat bertahan sampai 30% di atas produksi tahm lalu, di kala produksi anggota OPEC lainnya mengalami penurunan sebesar 16%. Sebenarnya praktek pemotongan harga sudah dilakukan oleh hampir semua anggota. Dan mereka sudah saling menRetahui hal ini. Sekalipun sudah diputuskan menaikkan harga dasar sebanyak 10% September lalu, tapi dalam prakteknya tak ada anggota yang bisa mempertahankan tingkat harga tersebut. Resesi dunia yang belum pulih mengakibatkan berkurangnya permintaan minyak yang berakibat tertekannya harga. Hingga dalam prakteknya, kenaikan harga yang terjadi tidak 10% seperti yang diputuskan. Tapi hanya sekitar 7 atau 8%. Memang dari semula sudah diadari perlunya diferensial harga menRingat.banyaknya jenis minyak yanR dihasilkan anggota OPEC. Untuk berbagai jenis minyak memanR diizinkan untuk menRadakan "penyesuaian" harga, dan diferensial harga ini juga bisa diadakan menginRat jarak geografis konsumen. Hingga dalam OPEC sendiri kini sudah dikenal tidak kurang dari 60 harga diferensial. Termasuk 4 macam harga minyak yang dipasang Indonesia. Suriah, Teri! OPEC memang belum retak seperti yang diharapkan negara-negara industri. Tapi ketegangan-ketegangan dalam tubuh OPEC sendiri selama ini menjadikan kartel ini tidak seefektif masa lalu. Apabila resesi dunia tidak berkurang dalam bulan-bulan mendatang, maka tekanan yang dialami anggota OPC untuk menurunkan harga minyak akan bertambah besar, hingga kemungkinan untuk lebih bersaing di antara mereka juga bertambah. Ini berarti tekanan yang lebih besar lagi OPEC. Keadaan bisa menjadi lebih buruk bila pertentangan antara anggota yang dicerminkan lewat permusuhan tradisionil antara Arab Saudi-Iran, Irak-Kuwait serta antara kelompok radikal dan moderat tak bisa dikuasai lagi. Lebih parah lagi kalau sampai terjadi polarisasi anggota menurut garis Arab-non Arab seperti yang sudah nampak baru-baru ini dalam masalah penerimaan anggota baru. Suriah melamar menjadi anggota OPEC, tapi Iran dan Venezuela, dua anggota terkemuka non-Arab menentang keras dengan alasan Suriah tak lebih merupakan penghasil minyak "teri". Tapi motif utama penolakan kedua negara ini adalah karena kekhawatiran mereka bahwa lobi Arab akan bertambah kuat jika Suriah masuk. Selain Suriah, beberapa negara penghasil minyak lain juga sudah antri mendaftar menjadi anggota OPEC seperti Kongo (Kinshasha), Trinidad, Tobago dan Luanda lihat tabel, Untk bisa diterima calon anggota mesti memenuhi beberapa syarat. Antara lain adalah (I) sebagai eksportir minyak yang cukup besar, punya kepentingan minyak yang samadengan negara minyak lainnya (punya keinginan untuk mempertahankan harga minyak yang tinggi) dan (2) mendapat dukungan sekurangnya 75% anggota yang berjumlah 13 negara termasuk dukungan 5 negara pendiri OPEC. Bukan Lelucon Ada beberapa negara yang bisa dikateRorikan eksportir minyak yang cukup besar tahun ini. Rusia yang ekspornya berjumlah 1,7 juta barrel sehari, ditambah RRT dan Gabon yanR ekspornya melampaui 20n.000 barrel sehari tahun kemarin sudah cukup kuat untuk mendaftar sebagai anggota OPEC. Sedangkan Laut Utara yang sudah mulai dieksplorasi diharap akan memberi rejeki minyak kepada Inggeris dan Norwegia, tapi baru sesudah 1980 nanti kedua negara ini akan merupakan pengekspor minyak. Bagi Inggeris, kemungkinan produksi minyak Laut Utara ini cukup memberi dasar bagi tuntutannya untuk memperoleh suara tersendiri dalam konperensi enerji antara negara Utara-Selatan di Paris nanti. Pada mulanya anggota MEE lainnya sudah bersepakat bahwa dalam konperensi enerji tersebut nanti, MEE akan keluar dengan satu suara - termasuk di dalamnya Inggeris. Dan Inggeris dari semula memang sudah cemas janganjangan nanti kalau minyak Laut Utara sudah menyembur harganya mesti ditekan US$ 7 per barrel karena Inggeris terikat pada International Energy Agency buatan Kissinger. Harga ini berarti lebih rendah dari harga negara-negara OPEC. Maka banyak orang yang tadinya menganggap masuknya Inggeris ke dalam OPEC sebagai suatu lelucon kini menjadi gelisah. Apalagi ketika di depan sidang MEE di Roma baru-baru ini PM Harold Wilson menyatakan denan muka serius: "Bukan hal yang lucu Iagi untuk mengatakan dalam beherapa tahun lagi kemungkinan besar Inggeris bisa masuk OPEC".

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus