Berikut ini laporan Abdullah Sz bekas mahasiswa Indonesia di
Baghdad yang berulang-kali membatu TEMPO. Barangkali ada
sedikit gunanya untuk sekedar menjenguk masyarakat Kristen? ia
Arab yang hampir-hampir tak pernah disiarkan.
SUDAH menjadi kebiasaan di mana-mana, ucapan Merry Christmas
disatukan dengan Happy New Year. Hal yang demikian juga
penulis saksikan di beberapa negara Arab, termasuk Irak.
Biasanya dua-kalimat itu tercantum dalam tulisan-tulisan kartu
Natal atau di sebagian toko pada kaca etalase.
Pada saat-saat menjelang Natal, di ujung jalan menuju ke 'Jalan
Masbah, Bahdad, banyak orang menjual pohon cemara asli dengan
ukuran besar kecil. Ada yang tinggi 1 meter ke bawah, ada yang 2
meter lebih. Para penjual mengambil tempat di situ karena daerah
itu merupakan komplek orang-orang Kristen Armenia dan
orang-orang asing. Pemeluk Kristen Annenia adalah oran Irak
juga yang menjadi pengikut Gereja Apostolik Armenia, salah-satu
Gereja-Gereja Orthodox seperti halnya Gereja Kopti di Mesir
ataupun Gereja Orthodox Rusia yang Yunani. Pohon-pohon latal
ini bcrharga serihu sampai lima ribu rupiah kira-kira. I'ada
umumnya jumlah dagangan cemara ini tidak pernah terjual habis.
Bisa laku 1/10 nya saja sudah untung, kata salah seorang
penjual di sana. Di sini terlihat lima orang penjual. Kalau tiap
penjual menyediakan 100 batan, barangkali jumlah lakunya
kira-kira 50 batang.
Katolik Suriah
Suatu ketika di musim dingin, tengah malam tanggal 24 Desember,
penulis menghadiri upacara atal di Baghdad di sebuah gereja.
Ini adalah gereja "Syriac Catholic Church" (bukan Katolik Roma)
di Alwiyah, bisa menampung pengunjung t 1000 oran. Kami masuk
sekitar jam 23.30. Suasana masih sepi dan kami duduk di deretan
belakang agak ketinggian. Di sisi jalan sebelah kanan dalam
terdapat sebuah patung Bunda Maria dengan rumah-rumahannya.
Setiap oran yang datang memberi hormat sejenak ke situ. Jam
24.00 tepat acara dimulai. Hadirin sudah separoh ruangan. Awal
mula acara laulagu gerejani--koor--dibawakan oleh anak-anak
yang berdiri di sudut depan. Selanjutnya dibacakan riwayat hidup
Yesus. Di sini tiba-tiba kami teringat bacaan mauludan dan
arzanji tentang kelahiran Nabi Muhammad saw. Ada sedikit
kemiripan, lebih-lebih karena lagu-lagu yang sama-sama antik itu
dibawakan dalam bahasa yang sama-sama Arab. Upacara lain tidak
lebih seperti upacara-upacara Natalan digereja-gereja kita,
khususnya Katolik. Pergantianpergantian acara sering ditandai
dengan bunyi kelininan bel kecil.
Malam hari menjelang 1 Januari, daerah yang banyak didiami orang
Kristen yang kebetulan juga merupakan pusat gedung-gedung
Kedutaan Asing, tidak sepi dari kerusuhan. Boleh ditambahkan
bahwa orang Kristen di Irak seperti halnya di Suriah (8%)
umumnya adalah masyarakat urban kelas menengah. Di jalan-jalan
di sini, lewat tengah malam, pemuda banyak hilir mudik
bergerombol-gerombol. Ada juga yang sempoyonan karena terlalu
banyak minum. Yang paling sering terjadi, seperti tahun-tahun
lewat, ialah perusakan kaca-kaca tempat gambar/penerangan
beberapa kedutaan asing, termasuk kedutaan kita yang di sana.
Ini sudah tentu tak ada hubungannya apa-apa dengan agama, malah
kelihatannya dimasuki unsur-unsur lain. Ada pun daerah-daerah
lain di kota Baghdad tampaknya biasa saja. Udara dingin bulan
Desember biasanya di bawah nol derajat Celsius.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini