Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - PT Pertamina (Persero) termasuk dalam tujuh badan usaha milik negara atau BUMN yang dikelola Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara). Vice President Corporate Communicatipn Pertamina Fadjar Joko Santoso menyatakan Perseroan akan mengikuti arahan pemerintah.
Menurut Fadjar, pembentukan Danantara merupakan hal positif. “Karena dengan kapitalisasi, dengan investasi, kemudian dengan dividen, mudah-mudahan bisa mengkapitalisasi juga kinerja Pertamina,” kata Fadjar ketika ditemui wartawan di Kompleks DPD RI, Jakarta, Selasa, 25 Februari 2025.
Fadjar pun berharap profit Pertamina bisa meningkat seiring adanya Danantara. “Bisa lebih tinggi lagi dividennya, bisa lebih bermanfaat buat negara dan masyarakat,” kata dia.
Presiden Prabowo Subianto meresmikan Danantara pada Senin, 24 Februari 2025, di Istana Kepresidenan, Jakarta. Kepala Negara mengklaim masyarakat patut berbangga lantaran Danantara merupakan salah satu sovereign wealth fund terbesar di dunia, dengan total US$ 900 miliar asset under management (AUM) atau aset dalam pengelolaan.
Menurut Prabowo, Danantara bukan hanya lembaga pengelola dana investasi, tetapi juga instrumen atau alat pembangunan nasional. “Jangan salah, apa yang kami luncurkan hari ini bukan sekedar dana investasi, melainkan instrumen alat pembangunan nasional yang harus bisa mengubah cara mengelola kekayaan bangsa demi kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia,” tutur Prabowo.
Selain Pertamina, BUMN yang akan dikelola Danantara adalah Mining Industry Indonesia (MIND ID), PT PLN (Persero), PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk., PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BRI, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. atau BNI, dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.
Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Didik J. Rachbini mengatakan, Danantara seharusnya bisa membawa pertumbuhan ekonomi nasional setidaknya ke angka 6 persen. Namun, jika Danantara hanya menjadi kumpulan perusahaan atau menajdi superholding, Danantara tidak terlalu bermanfaat. “Karena masing-masing dari perusahaan itu sudah cukup kuat,” ujar Didik Rachbini dalam acara diskusi publik bertajuk ‘Danantara: Bagaimana dan Untuk Siapa?’, yang digelar secara daring pada Senin, 24 Februari 2025.
Ervana Trikarinaputri berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan Editor: Mengapa Saham BUMN Melemah Setelah Danantara Berdiri
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini