Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Sinyal

Naik-turunnya nilai tukar rupiah menyebabkan indeks harga saham gabungan (IHSG) masih bergerak terbatas (mixed) sepanjang pekan lalu. Pasalnya, kurs rupiah yang kembali terkoreksi ke level 13.500-an per dolar Amerika Serikat menjadi alasan investor kembali melakukan aksi ambil untung (profit taking).

19 Oktober 2015 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

IHSG
Penguatan Indeks Sulit Berlanjut

JAKARTA - Naik-turunnya nilai tukar rupiah menyebabkan indeks harga saham gabungan (IHSG) masih bergerak terbatas (mixed) sepanjang pekan lalu. Pasalnya, kurs rupiah yang kembali terkoreksi ke level 13.500-an per dolar Amerika Serikat menjadi alasan investor kembali melakukan aksi ambil untung (profit taking).

Apalagi, menurut analis OSO Securities, Rifqiyati Hilmiah, penguatan tajam indeks selang dua pekan belakangan telah mendorong harga-harga saham naik secara signifikan. Kenaikan harga yang sarat dengan profit tersebut memang membuat investor sulit untuk tidak ikut mengambil posisi profit taking dalam perdagangan pekan lalu.

"Secara teknikal, IHSG juga memang rawan koreksi," kata dia.

Meski demikian, Rifqiyati mensinyalir pengumuman Paket Kebijakan Ekonomi IV juga mempengaruhi aksi jual investor. Berbeda dengan sebelumnya, isi paket kebijakan yang dinilai tidak berkaitan langsung dengan kinerja positif emiten itu membuat investor tak terlalu optimistis menambah kepemilikan saham.

"Secara spesifik, sedikit emiten yang terimbas positif dari paket ekonomi terbaru. Rencana menaikkan upah buruh setiap tahun justru menjadi sinyal negatif bagi investor," dia mengungkapkan.

Terlebih, pada saat bersamaan, kinerja emiten pada kuartal III juga mulai dirilis. Penurunan laba bersih BBNI sebesar 21,25 persen dari tahun sebelumnya menjadi hanya Rp 6 triliun telah membangun persepsi bahwa kinerja emiten lainnya takkan jauh berbeda.

Karena hal itu, Rifqiyati memprediksi indeks sulit melanjutkan penguatan dalam perdagangan pekan ini. Koreksi rupiah, ancaman profit taking, ditambah rilis kinerja emiten yang tak sesuai dengan ekspektasi, membuat indeks lebih rentan mengalami koreksi. Pada awal pekan, IHSG diperkirakan cenderung bergerak mixed dalam kisaran level 4.475-4.600. PDAT | MEGEL JEKSON

RUPIAH
Sensitivitas atas Data AS Tinggi

JAKARTA - Kurs rupiah bergerak volatile dalam sepekan terakhir, setelah rilis data-data ekonomi Amerika Serikat terbaru tampil bervariasi. Persepsi atas peluang kenaikan suku bunga AS (Fed Rate) yang praktis jadi naik-turun membuat investor belum mau melepas aset-aset bernilai dolar.

Quantitative Analyst Bank Mandiri, Reny Eka Putri, menyatakan variasi perkembangan data ekonomi Negeri Abang Sam membuat laju mata uang rupiah begitu dinamis. Pasalnya, di tengah ketidakpastian kebijakan moneter bank sentral AS, investor belum percaya diri sepenuhnya mengoleksi aset-aset berisiko. "Rupiah dan mata uang regional menjadi sensitif dengan perkembangan indikator ekonomi AS," ujar dia.

Sebagaimana diketahui, setelah data penjualan retail September tumbuh negatif 0,3 persen, inflasi inti tumbuh 0,2 persen, serta angka sentimen masyarakat atas masa depan ekonomi AS (Prelim UoM Consumer Sentiment) naik signifikan ke level 92,1, optimisme investor atas kenaikan Fed Rate dalam waktu dekat kembali meningkat. Alasan ini kemudian menjaga daya tarik investor atas mata uang greenback.

Terlebih, menurut Reny, isi Paket Kebijakan Ekonomi IV kurang populer di mata investor. Rencana kenaikan upah buruh saban tahun mendatangkan asumsi biaya operasional perusahaan bakal menjadi lebih tinggi. Bagi pemodal asing, hal ini tentu mengurangi minat untuk berinvestasi di Indonesia. "Meskipun tidak berkaitan langsung dengan pergerakan rupiah, kenaikan upah buruh bernilai negatif bagi sebagian investor," dia melanjutkan.

Tak mengherankan jika, seiring dengan minimnya kehadiran sentimen positif dari dalam negeri pada pekan ini, rupiah diprediksi cenderung tertekan. Hari ini, pengumuman indeks penjualan rumah AS (NAHB Housing Market Index) yang diprediksi tumbuh lebih dari level 62 menambah besar peluang penguatan dolar. PDAT | MEGEL JEKSON

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus