Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Menjaga Keseimbangan Produk

19 Oktober 2015 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Menjaga Keseimbangan Produk

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Anda sudah 20 bulan memimpin Philips Indonesia. Bagaimana perjalanan selama setahun terakhir ini?

Buat saya, ini pengalaman baru karena sebelumnya bekerja di bidang teknologi informasi (IBM) dan mengelola business to business, kini berubah menjadi business to consumer. Kebetulan situasi yang sekarang tidak terlalu baik. Ada tantangan, dan excited juga. Adaptasi pun cepat karena tim menyiapkan program yang sudah ada.

Philips mempunyai tiga sektor, yaitu lighting, consumer lifestyle, dan healthcare. Bagaimana komposisinya saat ini di pasar?

Saya tidak bisa bicara angka berapa persen. Namun, dari sisi kontribusi, lampu yang terbesar. Ini bisa dipahami karena sektor lampu sudah dimulai seratus tahun lalu. Akarnya luar biasa. Penguasaan market share sudah bagus, pendapatan juga lebih besar.

Lampu menjadi kontributor terbesar. Tapi selama 18 bulan terakhir ada pergeseran karena pertumbuhan alat kesehatan juga membesar. Healthcare tumbuh signifikan, berbeda dengan pasar lampu yang sudah tinggi. Secara absolut, semua naik.

Bagaimana mengembangkan segmen kesehatan dan lifestyle?

Secara tren, keduanya menjanjikan. Dengan menguatnya dolar Amerika Serikat, mulai 2015 kami memutuskan mengambil alih semua distribusi yang ada untuk ditangani langsung. Sebelumnya ada distributor tunggal. Saat ini tetap ada distributor, tapi tidak tunggal.

Bukan tidak puas dengan distributor, tapi karena kami ingin punya agresivitas yang dirancang sendiri. Misalnya distributor ingin tumbuh 10 persen. Tapi ternyata kami ingin tumbuh lebih tinggi lagi, misalnya 25 persen. Kalau kantor pusat dihadapkan pada business plan distributor, kami biasanya ingin lebih baik.

Bagaimana kinerja pertumbuhan di segmen kesehatan?

Market tumbuh 10 persen, tapi kantor pusat selalu menargetkan lebih dari itu. Tantangan kami adalah, di Indonesia, Philips belum dikenal sebagai perusahaan yang juga bergerak di sektor healthcare. Padahal di pasar global pendapatan utama datang dari produk kesehatan. Di sini belum banyak yang tahu. Salah satu yang menjadi tantangan kami ialah adanya aturan yang tidak memperkenankan iklan tentang produk kesehatan.

Philips mempunyai pemikiran tentang siklus kesehatan yang berkelanjutan. Kami ingin berperan menjaga kesehatan dengan menyediakan produk lifestyle, seperti penggorengan yang tidak pakai minyak. Kalau sakit, lewat peralatan kami bisa dideteksi dini. Kalau dirawat di rumah sakit bisa treatment dengan produk kami. Ini konsep yang ingin didorong.

Apakah Philips terkena dampak melemahnya kondisi ekonomi saat ini?

Iya. Tapi tahun ini kami terbantu kinerja bisnis yang masih bisa tumbuh. Kalau tidak ada perubahan, situasi tahun depan bukan tidak mungkin akan tidak lebih baik. Contohnya, barang impor sudah terkena dampak pelemahan rupiah. Kami sudah naikkan harga beberapa kali.

Pelemahan rupiah sejak awal tahun diperkirakan 20 persen. Kalau margin bisnis sekitar 15 persen, berarti ada kerugian 5 persen. Tapi kenaikan harga tak bisa drastis, ditahan dulu baru dinaikkan. Bergantung pada komponen impor dan kompetitor.

Lalu bagaimana dengan kinerja. Apakah negara berkembang menjadi penyumbang pemasukan terbesar?

Perusahaan yang multinasional mengandalkan emerging market untuk mengatrol pertumbuhannya. Sebab, penjualan di negara maju sudah tinggi. Jadi mau naikkan beberapa persen saja sulit. Tapi di negara Afrika, misalnya, awal penjualannya mungkin nol. Secara volume penjualan kecil, tapi sumbangan persentase besar. Indonesia masih emerging market, jadi pertumbuhannya besar.

Ada rencana ekspansi di Indonesia?

Peluang ekspansi ke luar Pulau Jawa memang besar. Sekarang koridor pertumbuhan mulai banyak terjadi di luar Pulau Jawa. Kami melihat ada peluang ke sana, jadi mau digencarkan. Caranya, kami memperkuat distributor. Partner kami ini yang menjadi perpanjangan perusahaan. Jika punya distributor kuat di Kalimantan, misalnya, kami tidak perlu buat kantor cabang. Di Pulau Jawa Philips sudah dikenal, tapi di Kalimantan belum tentu.

BIODATA

Nama: Suryo Suwignjo

Tempat, Tanggal Lahir: Semarang, 30 Nov 1966

Pendidikan: S-1, Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada

Riwayat Karier: 1994-1997 Manfacturing and Process Industry Manager, handling Indonesia Strategic Industries 1998-2000 Personal System Group Country Manager 2001-2006 Business Partner Country Manager 2006 Business Unit Executive IBM ASEAN 2008 Presiden Direktur IBM Indonesia 1 April 2014 Presiden Direktur PT Philips Indonesia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus