Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Setelah rekonstruksi, pemangkasan anggaran sejumlah kementerian dan lembaga dikurangi.
DPR maraton membahas anggaran baru kementerian dan lembaga setelah rekonstruksi.
Pembahasan anggaran bersama DPR sempat tertunda.
KOMISI VII Dewan Perwakilan Rakyat menggelar empat rapat berturut-turut bersama mitranya sejak siang hingga malam hari, Rabu, 12 Februari 2025. Agenda dalam tiap pertemuan itu hanya satu: pemangkasan anggaran.
Mitra komisi yang membidangi perindustrian; usaha mikro, kecil, dan menengah; ekonomi kreatif; pariwisata; serta sarana publikasi ini termasuk kementerian dan lembaga yang anggarannya dipotong. Presiden Prabowo Subianto pada 22 Januari 2025 memerintahkan jajarannya menekan belanja sebanyak Rp 256,1 triliun dan mengurangi dana transfer ke daerah sebesar Rp 50,5 triliun. Perintah itu tertuang dalam Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2025 tentang Efisiensi Belanja dan Pelaksanaan APBN dan APBN Tahun Anggaran 2025.
Prabowo memutuskan memangkas anggaran dengan dalih efisiensi. Menurut tiga pejabat, niat tersebut tercetus sejak Desember 2024. Kepada Tempo, mereka menyebutkan Prabowo menugasi Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi mengevaluasi belanja dan memilah anggaran yang bisa digunting. Ia dibantu oleh Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad. Dua anggota parlemen menyatakan Dasco juga membantu pembahasan mengenai anggaran yang tidak dipangkas, seperti anggaran Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian RI.
Saat dimintai konfirmasi soal ini, Dasco mengelak jika disebutkan bahwa dia ikut menyisir belanja pemerintah. “Pras (Prasetyo Hadi) pernah berkonsultasi mengenai mata anggaran yang sesuai dengan mekanisme di DPR. Cuma itu yang saya bantu,” ucap Dasco pada Kamis, 6 Februari 2025.
Perintah Prabowo yang tertuang dalam Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2025 itu berlanjut dengan terbitnya Surat Menteri Keuangan Nomor S-37/MK.02/2025 tentang Efisiensi Belanja Kementerian/Lembaga dalam Pelaksanaan APBN Tahun Anggaran 2025. Surat tersebut berisi imbauan kepada menteri dan kepala lembaga untuk mengidentifikasi perampingan anggaran masing-masing dan membahasnya dengan mitra komisi di DPR hingga Jumat, 14 Februari 2025. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memberikan daftar 16 item belanja yang harus ditinjau ulang.
Pembahasan soal pemangkasan anggaran pun mulai dilakukan antara kementerian dan lembaga dengan DPR. Pada 6 Februari 2025, misalnya, Kementerian Pekerjaan Umum membahas pemotongan anggaran dengan Komisi V DPR. Dalam rapat tersebut, Menteri Pekerjaan Umum Dody Hanggodo mengatakan anggaran kementeriannya yang disunat sebesar Rp 81,38 triliun berdampak pada proyek-proyek infrastruktur. Pasalnya, efisiensi ini berimbas pada pemotongan anggaran di tiap Direktorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum.
Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad, di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, 4 Februari 2025. TEMPO/Imam Sukamto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sepekan menjelang tenggat pada 14 Februari 2025 atau pada 7 Februari 2025, datang instruksi baru. Dasco memerintahkan tiap komisi menunda pembahasan pemangkasan anggaran. Warkat tersebut menyatakan kementerian dan lembaga sedang merekonstruksi anggaran.
Wakil Ketua Komisi XI DPR Mohamad Hekal menyatakan permintaan penundaan pembahasan anggaran ini berawal dari arahan Prabowo kepada Sri Mulyani untuk menyisir ulang usulan pemangkasan anggaran. Sikap Prabowo itu dipicu oleh dinamika yang muncul setelah instruksi pemangkasan anggaran keluar. Menurut Hekal, ada kekhawatiran kebijakan ini menghambat implementasi program di sejumlah kementerian. "Sehingga Presiden memberikan arahan kepada Kementerian Keuangan untuk merekonstruksi lagi efisiensi ini," ujar Hekal pada Senin, 10 Februari 2025.
Dasco mengakui surat yang ia kirim pada 7 Februari 2025 itu untuk merespons permintaan lembaga eksekutif. "Saya di DPR meminta komisi-komisi menunda dulu sampai rekonstruksi anggarannya selesai," ucapnya lewat pesan suara pada Senin, 10 Februari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Langkah Dasco tersebut menuai kritik. Peneliti dari Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia, Lucius Karus, menilai tindakan Dasco itu tidak mencerminkan fungsi DPR sebagai lembaga legislatif. "DPR justru terkesan berada di bawah pemerintah," ucapnya saat dihubungi pada Selasa, 11 Februari 2025.
Dasco membantah tudingan bahwa ia tak melibatkan pemimpin DPR dalam mengeluarkan surat bernomor B/1972/PW.11.01/2/2025 itu. Dia mengatakan pimpinan DPR bersifat kolektif kolegial. Ketika bertanya kepada pimpinan lain DPR soal siapa yang menandatanganinya, ia mengklaim ditunjuk untuk meneken surat itu.
Setelah terbitnya surat tertanggal 7 Februari 2025 itu, Dasco kembali mengeluarkan surat bernomor B/2157/PW.11.01./2/2025 pada Selasa, 11 Februari 2025. Lewat surat tersebut, dia meminta pimpinan Komisi I hingga Komisi XIII melaksanakan kembali rapat dengan mitra kerja mereka pada 12-13 Februari 2025. "Kami diminta untuk mulai membahas pada 12-13 Februari karena batasnya pada 14 Februari nanti," kata Ketua Komisi VII DPR Saleh Partaonan Daulay kepada Tempo, Rabu, 12 Februari 2025.
Selain Komisi VII, hampir semua komisi menggelar rapat dengan mitranya untuk membahas anggaran kemarin. Komisi VI yang membidangi urusan perdagangan, kawasan perdagangan, dan pengawasan persaingan usaha, misalnya, menggelar rapat dengan Badan Pengelola Kawasan Sabang (BPKS) yang anggarannya berubah dari Rp 53,49 miliar menjadi hanya Rp 19 miliar. "Dari hitungan kami, anggaran ini hanya cukup untuk membayar gaji pegawai sampai September," tutur Kepala BPKS Iskandar Zulkarnaen setelah rapat. Dana tersebut juga belum bisa membiayai kegiatan operasional instansi sama sekali.
Iskandar bercerita, angin segar datang pada Senin, 11 Februari 2025. "Kami diundang rapat daring oleh Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan untuk membahas rekonstruksi anggaran pukul 19.00," katanya. Dalam kesempatan itu, BKPS menerima tambahan dana. Pagu totalnya menjadi Rp 27 miliar untuk memastikan pembayaran pegawai selama setahun ini sekaligus menjalankan kegiatan operasional secara minimum.
Rapat dengan Komisi VI kemarin menjadi kesempatan buat Iskandar untuk meminta tambahan anggaran lagi. Iskandar menyatakan mereka setidaknya butuh Rp 40 miliar untuk belanja pegawai sekaligus menjalankan tugasnya. Salah satunya untuk mendanai perbaikan kawasan Pelabuhan Balohan yang menjadi satu-satunya akses menuju dan keluar dari Sabang. Tahun ini BPKS menargetkan kedatangan turis sebanyak 700 ribu orang. Jika tak ada perbaikan kawasan pelabuhan, ia pesimistis target tersebut tercapai. Iskandar juga menyebutkan kegiatan ekonomi di Sabang berisiko menurun.
Selain BPSK, rupanya sejumlah kementerian dan lembaga yang terkena dampak pemangkasan anggaran sudah rampung melakukan rekonstruksi. Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Maman Abdurrahman menyatakan pihaknya merupakan salah satu yang sudah selesai merekonstruksi. Hasilnya, kementerian yang ia pimpin menerima tambahan anggaran sebesar Rp 20 miliar. Anggaran mereka semula Rp 283 miliar, kemudian dipangkas menjadi Rp 180 miliar sesuai dengan keputusan Kementerian Keuangan. "Dana tambahan ini untuk kelanjutan program transisi perpindahan kantor dari gedung Kementerian Koperasi ke gedung Smesco," ujarnya.
Selain itu, ada Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang mendapat penambahan anggaran seusai rekonstruksi. Pagu awal badan ini sebesar Rp 2,8 triliun, tapi terkena pemangkasan menjadi Rp 1,4 triliun. "Kemarin, dari rapat dengan Direktorat Jenderal Keuangan, dari pagu terakhir Rp 1,4 triliun akan menjadi sekitar Rp 1,7 triliun," ucap Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam rapat bersama Komisi V DPR.
Dalam forum itu, Dwikorita meminta pimpinan rapat menyetujui hasil rekonstruksi anggaran dan segera mengesahkannya. "Bahkan kalau bisa ditambah anggarannya."
Ketua Komisi V DPR Lasarus menyatakan pihaknya menyetujui anggaran baru hasil rekonstruksi, tapi belum secara resmi. "Supaya taat asas, kami akan menunggu suratnya dulu dari pemerintah sebagai dasar hukum," ucapnya saat ditemui pada Rabu, 12 Februari 2025. Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ini memastikan Komisi V terbuka untuk menggelar rapat-rapat pembahasan anggaran lain dengan harapan ada penyesuaian tambahan anggaran untuk kebutuhan dasar masyarakat. Ia menyebutkan pemangkasan patut didukung, tapi tetap harus tetap sasaran. Artinya, tak boleh ada fasilitas untuk masyarakat yang terganggu, bahkan lenyap.
Tempo berupaya meminta konfirmasi perihal hasil rekonstruksi kepada Wakil Menteri Keuangan Suahasil, tapi ia tak merespons hingga berita ini ditulis. Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementerian Keuangan Deni Surjantoro hanya menjawab singkat. "Kami konfirmasi ke unit terkait lebih dulu."
Ekonom dan pakar kebijakan publik dari UPN Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat, mengingatkan pemangkasan anggaran harus dilakukan secara hati-hati. Jika tidak, ada beberapa risiko yang bisa terjadi. Misalnya penurunan kualitas layanan publik. “Pemotongan anggaran yang terlalu besar dapat mengurangi efektivitas layanan di bidang kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur,” tutur Achmad.
Achmad menjelaskan, anggaran yang terlalu ketat dapat menyebabkan proyek-proyek penting tertunda atau bahkan dihentikan. Apabila pemotongan anggaran tidak diiringi dengan realokasi yang tepat, belanja negara yang berkurang juga bisa menekan pertumbuhan ekonomi lebih lanjut. Pemangkasan yang tidak sesuai pun dapat memicu ketidakpuasan masyarakat, terutama jika program populis yang selama ini diandalkan mengalami kendala pendanaan. ●
Fransisca Christy Rosana, Hendrik Yaputra, dan Ilona Esterina berkontribusi dalam tulisan ini.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo