Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah kembali menggaungkan rencana pembayaran tol tanpa sentuh setelah sebelumnya gagal pada 2017 silam. Salah satu alasannya adalah tingginya urgensitas untuk mengurangi waktu antrean kendaraan saat membayar tol.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Anggota Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Koentjahjo Pamboedi menjelaskan, meskipun sistem pembayaran tol kini sudah bersifat non-tunai atau cashless, tidak otomatis menghilangkan antrean kendaraan. "Model transaksi di jalan tol semakin lama akan membuat antrean, meskipun kita sudah berubah menjadi cashless atau e-money," kata Koentjahjo saat dihubungi, Kamis, 9 Maret 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hal ini semakin membuat tak nyaman pengendara terlebih ketika volume kendaraan di jalan tol membeludak, ketika momen libur hari raya, misalnya.
Sebagai gambaran, di hari pertama dan ketiga setelah Hari Raya Idul Fitri tahun lalu yang jatuh pada 3-6 Mei 2022, PT Jasa Marga (Persero) Tbk. mencatat volume kendaraan arus balik di Gerbang Tol Cileunyi menuju Bandung mencapai 159.478. Angka ini meningkat 47,99 persen ketimbang jumlah kendaraan di hari normal, yaitu 107.762.
Dilihat dari udara, sejumlah kendaraan mengalami kemacetan sepanjang 1 Km saat memasuki gerbang tol Palimanan, Jawa Barat, Sabtu 9 Juni 2018. Kemacetan di gerbang tol terjadi karena adanya antrean pembayaran tol. TEMPO/Subekti.
Sementara itu, volume kendaraan tol JORR (Jakarta Outer Ring Road), persisnya di ruas Tol Mohamed Bin Zayed ke arah Jatiasih yang melalui Gerbang Tol Cikunir 6 tercatat sebanyak 76.296. Jumlah ini bahkan melonjak 119,33 persen dibanding lalu lintas normal, yakni 34.785 kendaraan.
Tak hanya pada momen hari raya keagamaan, saat Tahun Baru 2023, jumlah kendaraan yang meninggalkan dan kembali ke Jabodetabek melalui tol juga naik signifikan. Data Jasa Marga memperlihatkan peningkatannya bisa mencapai 23,59 persen dari arus lalu lintas pada hari normal.
Koentjahjo berujar, rencana ke depan soal sistem pembayaran jalan tol akan beralih dari non-tunai (e-money) menjadi Multi Lane Free Flow (MLFF). Menurut dia, pemerintah tak bisa memungkiri berkembangnya teknologi, tak terkecuali di sektor pembayaran jalan tol. "Kita harus bisa menerima perubahannya," ucap dia.
Soal ini, Bank Pembangunan Asia (ADB) mencatat pengadaan dan pemasangan MLFF membutuhkan waktu tiga tahun. Dengan sistem pembayaran elektronik MLFF, pengemudi tak perlu menurunkan kecepatan kendaraannya untuk membayar tol.
ADB menjabarkan empat opsi pembayaran tol dengan perbandingan jumlah kapasitas kendaraan yang melintas per jam dan lamanya waktu pembayaran. Rinciannya adalah:
1. Sistem pembayaran manual
Kapasitas: 130-240 kendaraan per jam
Durasi pembayaran: 15 detik per kendaraan
Dibutuhkan gerbang tol
2. Automatic Number Plate Recognition (ANPR)
Kapasitas: 600-950 kendaraan per jam
Durasi pembayaran: 4-6 detik per kendaraan
Dibutuhkan gerbang tol
Selanjutnya: 3. Pembayaran tol elektronik atau...
3. Pembayaran tol elektronik atau electronic toll collection (ETC) di gerbang tol
Kapasitas: 1.200-1.800 kendaraan per jam
Durasi pembayaran: 2-3 detik per kendaraan
Dibutuhkan gerbang tol
4. MLFF ETC
Kapasitas dan durasi pembayaran: hanya dibatasi oleh kapasitas jalan
Tidak membutuhkan gerbang tol
Adapun teknologi MLFF, demikian yang tercantum dalam laporan ADB itu, telah diadopsi di Australia, Austria, Irlandia, Afrika Selatan, Inggris, dan Amerika Serikat. MLFF juga tengah diperkenalkan di Indonesia, Malaysia, dan negara Asia lainnya.
"MLFF menekan biaya operasional, menyediakan keuntungan dan kemudahan bagi pengguna jalan dengan metode pembayaran non-tunai, dan mengurangi emis gas rumah kaca," begitu bunyi laporan ADB yang diunggah di situs adb.org.
Seorang warga Malaysia menceritakan pengalamannya menggunakan fasilitas pembayaran tol elektronik. Di Negeri Jiran itu tersedia teknologi Radio Frequency Identification (RFID) dan ETC dengan alat SmartTAG.
Mesin SmartTAG biasanya dipasang di dashboard mobil. Pengguna SmartTAG perlu memasukkan kartu pembayaran sejenis e-money ke dalam mesin tersebut.
Berikutnya, saldo kartu otomatis akan berkurang setelah kendaraan melewati gerbang tol. Artinya, pengemudi tak perlu lagi membuka kaca mobil dan menempelkan kartu di mesin pembayaran yang tersedia pada gerbang tol.
Demo stiker berteknologi RFID untuk melalui gerbang tol seperti yg beredar di grup percakapan WhatsApp
Hanya saja, warga yang tak mau disebutkan namanya itu, merasa keberatan dengan alokasi ongkos lebih yang harus disiapkan untuk merawat mesin SmartTAG, khususnya pada baterai. Karena itu, dia berpaling ke RFID, yang baru diterapkan di Malaysia sejak 2018.
Kesan pertamanya pada teknologi pembayaran yang terhubung dengan dompet elektronik atau e-wallet itu bahwa RFID akan bekerja seperti sistem electronic road pricing (ERP) di jalan tol Singapura. "Tidak perlu berhenti dan melanjutkan perjalanan saat membayar tol," ujar dia, Sabtu, 11 Maret 2023.
Walau begitu, dia menemukan sejumlah masalah. Dari pengalamannya, teknologi RFID yang ditempelkan pada bagian depan mobil ini tak bertahan lama, terutama jika kendaraan selalu diparkir di bawah terik matahari.
Beberapa mesin RFID di gerbang tol juga tak mudah mendeteksi gambar gelombang radio pada stiker yang ditempelkan di mobil. Di sisi lain, ada mesin RFID yang sensitivitasnya tinggi jika jarak antar dua mobil terlalu dekat.
Selanjutnya: Sementara itu, warga Indonesia berinisial LA...
Sementara itu, warga Indonesia berinisial LA, memilih SmartTAG. Menurut dia, sistem pembayaran tol di Malaysia kini sepenuhnya cashless. Ada tiga opsi pembayaran, yaitu menggunakan kartu e-money (Touch&Go), SmartTAG, dan RFID.
Menurut dia, mesin SmartTAG memang lebih mahal ketimbang RFID. Dia membeli SmartTAG senilai 150 ringgit (setara Rp 514 ribu dengan nilai kurs Rp 3.430). Sementara RFID dibanderol kira-kira 35 ringgit (setara Rp 120 ribu dengan kurs yang sama).
Namun, dia cenderung menggunakan SmartTAG karena dianggap lebih praktis. Pertimbangan lainnya adalah belum banyak gerbang tol di Malaysia yang menyediakan jalur khusus pembayaran RDIF.
"Kalau SmartTAG paling tidak masih bisa masuk juga ke gate Touch&Go, soalnya di dalam SmartTAG kan ada kartunya, tinggal buka kaca aja," ujar wanita yang bekerja di Malaysia ini.
Yang gagal kini muncul kembali
Sejatinya teknologi pembayaran tol tanpa sentuh bukan hal baru karena pemerintah sebelumnya pernah mencoba sistem dengan teknologi Dedicated Short Range Communication (DSRC) pada 2017. Untuk menerapkan teknologi ini dibutuhkan alat bernama On Board Unit (OBU).
Akan tetapi, penggunaan teknologi DSRC terhenti lantaran OBU mahal dan tidak tersedia dalam jumlah banyak kala itu. Meskipun OBU sempat diuji coba, tapi pemerintah akhirnya saat itu lebih mengutamakan sistem pembayaran dengan e-money.
Oleh karena itu, Ketua Umum Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Tory Damantoro mengutarakan peluang berhasil atau tidaknya MLFF di Tanah Air sangat bergantung pada cara penerapannya.
Teknologi MLFF yang digadang-gadang saat ini pun, menurut dia, bisa jadi gagal seperti DSRC apabila teknologi GNSS hanya bisa dipakai di jalur khusus. Hal berbeda, misalnya, jika penerapan MLFF didorong masif seperti pemakaian e-money saat ini.
Pengendara mobil melakukan pembayaran nontunai menggunakan kartu uang elektronik ataue-toll di Gerbang tol RAMP Taman Mini 2, Jakarta, Kamis 7 September 2017.Dengan transaksi non tunai pengendara hanya membutuhkan waktu 4 detik/transaksi. TEMPO/Subekti.
Bahkan, dalam bayangannya, nantinya tak akan ada lagi kemacetan dengan sistem pembayaran MLFF. Sebab, seluruh kendaraan yang melintas akan terus bergerak tanpa perlu berhenti untuk membayar tol.
Dengan begitu, tak ada lagi waktu masyarakat yang terbuang ataupun adanya penurunan produktivitas akibat macet di pintu tol. Mesin mobil yang menyala di tengah kemacetan dan bahan bakar minyak (BBM) yang terbuang sia-sia serta menimbulkan polusi pun tak perlu lagi terjadi.
"Itu harus di-handle. Biar tidak macet bagaimana, salah satunya pakai MLFF," ucap Tory saat dihubungi kemarin.
Selanjutnya: Untuk merealisasikan teknologi tersebut, ...
Untuk merealisasikan teknologi tersebut, Jasa Marga telah memasang tiang sensor MLFF di ruas Tol Jagorawi pada 19-20 Oktober pada tahun 2022 lalu. BPJT secara resmi akan menguji coba MLFF pada 1 Juni 2023. Sedikitnya ada lima ruas tol yang dibidik, yaitu:
1. Tol Balikpapan-Samarinda
2. Tol Jagorawi
3. Tol Jakarta-Cikampek
4. Tol JORR (termasuk Ulujami-Pondok Aren-Serpong)
5. Tol Dalam Kota
Gandeng perusahaan asing
BPJT bekerja sama dengan PT. Roatex Indonesia Toll System (RITS) dalam mengembangkan pembayaran tol tanpa sentuh di Indonesia. Perusahaan asal Hungaria itu menawarkan MLFF dengan teknologi berupa Global Navigation Satellite System (GNSS).
Dengan teknologi ini, menurut Koentjahjo, warga perlu mendaftarkan pelat nomor kendaraan pada aplikasi Cantas terlebih dulu. Pengendara nantinya tak perlu berhenti untuk membayar tol.
Sebab, sistem satelit navigasi akan mendeteksi pergerakan kendaraan. Saldo e-wallet pada aplikasi Cantas otomatis berkurang setelah kendaraan melewati tiang sensor MLFF.
Multi Lane Free Flow (MLFF) - Foto dok: Creative Common
"Sehingga (kendaraan) tidak perlu berhenti, tapi e-wallet atau debitnya berkurang sesuai dengan tarif," tutur Koentjahjo.
Selain itu, ada dua aspek yang menjadi sorotan dalam implementasi MLFF-GNSS. Pertama, soal aplikasi. Kedua, adalah infrastruktur penunjang, seperti pemasangan alat pembaca (reader) kendaraan di lapangan.
Lebih jauh, BPJT juga merasa perlu ada perbaikan pada aspek teknologi, baik aplikasi atau infrastruktur, mengingat sistem pembayaran jalan tol nantinya menjadi digital. Registrasi kendaraan juga menjadi kendala, khususnya oleh pengguna pertama atau first user.
Walau begitu, Koentjahjo sangat optimistis sistem pembayaran tol tanpa sentuh tersebut bisa diterapkan di Indonesia kali ini. Pemerintah pun sudah berkomitmen akan bekerja sama dengan Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri sehubungan dengan registrasi kendaraan bermotor agar bisa makin memudahkan realisasi sistem di lapangan nantinya.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini