BISNIS kendaraan bermotor roda 4 sampai sekarang masih lesu,
terbayang dari sedikitnya iklan menyambut Lebaran yang biasanya
ramai dipasang para agen tunggal di berbagai surat kabar dan
majalah. Namun PT Multi France Motor (MFM) agen tunggal Peugeot
dan Renault, mobil sedan asal Perancis meningkatkan kampanye
pemasaran .
Sejak akhir Agustus, ia mulai memasarkan Peugeot kelas mewah
model 04 SL V6 yang dirakit oleh PT Gaya Motor di Sunter,
Jakarta Utara. "Kejadian ini baru pertama kali untuk Peugeot
type 604 SL dirakit di luar Perancis," kata Santoso Sutantyo,
Dir-Ut PT Multi-France Motor.
Tadinya MFM cuma mengimpor dan menjual 2 model Peugeot dari
kelas menengah, type 304 dan 504 GL Saloon. Dengan merakit 604
SL ia pun bertanggungjawab untuk after sales service
(pelayanan lepas jual) dan penyediaan suku cadang.
"Perakitan 604 SL ini untuk mengimbangi Volvo dan Mercedes,"
kata RL Pelupessy, direktur teknik dan pemasaran MFM. Peugeot
604 SL dilengkapi enam silinder 2664 cc. Harganya Rp 13,5 juta
"kosong", hampir sama dengan harga penjualan sedan Volvo 264 GL,
juga enam silinder 2700 cc yang dijadikan kenderaan dinas para
menteri kabinet pembangunan III.
Pelupessy rupanya tak mau kalah dengan Volvo. "Pemerintah
Perancis," katanya, "mengharuskan tiap dutanya di luar negeri
memakai Peugeot 604 SL, kecuali ada pertimbangan lain setempat."
Menurut dia, sudah 120 satuan (unit) Peugeot 604 SL dipesan
sampai Lebaran. Pada umumnya para pembelinya adalah pedagang dan
perorangan. Diproyeksikan sampai akhir tahun ini akan laku
terjual sebanyak 200 satuan. "Kami berusaha meningkatkan
penjualan meskipun pasaran masih lemah," tambah Pelupessy.
Sebagai penopang tekadnya itu, pada bulan Ramadhan lalu, 31
penyalurnya dari berbagai kota di Jawa dan luar Jawa telah
dilatih selama 2 minggu di Jakarta tentang teknik dan penjualan.
Gelombang Surut
Ketika keagenan dipegang MFM tahun 1973, penjualannya baru
mencapai 275 Peugeot dan 66 Renault setahun. Tahun berikutnya,
883 Peugeot dan 672 Renault dijualnya. Puncak penjualannya
terjadi pada tahun 1975, yaitu 2024 Peugeot dan 404 Renault.
Kemudian geIombang surut datang. Kedua merek yang dipegang MFM
pada tahun 1976 hanya terjual sebanyak 1535 satuan (1111 Peugeot
dan 424 Renault). Penjualannya anjlok lagi ke 1397 satuan ada
tahun lalu (1025 Peugeot dan 372 Renault).
Merosotnya penjualan sedan itu disebabkan SK Menteri Keuangan,
27 Juli 1976 yang menaikkan tarif bea masuk CKD dan PPn dalam
negeri. Untuk sedan, bea masuk naik dari 50% menjadi 100%. PPn
impor dari 10% menjadi 20%. Suku cadang dikenakan bea masuk 50%
ditambah PPn impor 10%. Untuk kendaraan niaga dan serbaguna
seperti Jeep, bea masuk dan PPn impor dibebaskan. Akibatnya daya
beli masyarakat terhadap mobil sedan menjadi lemah. Di lain
pihak perhatian masyarakat membeli kendaraan niaga meningkat.
Produksi pabrik perakitan secara nasional menurut catatan
Gaakindo: lebih 93.000 satuan pada tahun 1977 (kendaraan niaga
74.332, sedan 12.879 dan serbaguna hampir 6000 satuan). Ia
menanjak dari tahun 1976, ketika masih, 5.574 satuan (kendaraan
niaga 44.517, sedan 24.298 dan serbaguna 6.759).
Sasaran yang hendak dicapai MFM tahun ini cuma 70 satuan lebih
tinggi dari tahun lalu. "Sebab tahun 1978 masih sulit. Bahkan
lebih jelek dari tahun lalu. Anjuran hidup sederhana juga
berpengaruh pada bisnis sedan," kata Pelu pessy. Namun "untuk
sedan non-Jepang, Peugeot masih tetap menduduki tempat teratas."
Dari keseluruhan merek sedan yang diperdagangkan di Indonesia,
tahun 1977 Peugeot menduduki tempat ketiga (1025 satuan) setelah
Toyota (4178) dan Honda Civic (2643). Kemudian baru menyusul
Mazda (905), Mercedes (590), dan Fiat (271). VW tahun lalu cuma
dengan 83 satuan. Sisanya sebesar 3184 mewakili 25 merek yang
oleh usahawan mobil dianggap tidak ekonomis sama sekali.
Tahun 1978, menurut Pelupessy akhirnya, persaingan sesama agen
tunggal mobil semakin tajam antara lain dcngan meningkatkan
servis dan korting.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini