Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Suara Mobil Prancis, Di Tengah Sepi

PT Multi France Motor (MFM), agen tunggal Peugeot dan Renault, mobil sedan asal Prancis, memasarkan Peugeot kelas mewah 604 SL yang dirakit oleh PT Gaya Motor, Jakarta. (eb)

16 September 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BISNIS kendaraan bermotor roda 4 sampai sekarang masih lesu, terbayang dari sedikitnya iklan menyambut Lebaran yang biasanya ramai dipasang para agen tunggal di berbagai surat kabar dan majalah. Namun PT Multi France Motor (MFM) agen tunggal Peugeot dan Renault, mobil sedan asal Perancis meningkatkan kampanye pemasaran . Sejak akhir Agustus, ia mulai memasarkan Peugeot kelas mewah model 04 SL V6 yang dirakit oleh PT Gaya Motor di Sunter, Jakarta Utara. "Kejadian ini baru pertama kali untuk Peugeot type 604 SL dirakit di luar Perancis," kata Santoso Sutantyo, Dir-Ut PT Multi-France Motor. Tadinya MFM cuma mengimpor dan menjual 2 model Peugeot dari kelas menengah, type 304 dan 504 GL Saloon. Dengan merakit 604 SL ia pun bertanggungjawab untuk after sales service (pelayanan lepas jual) dan penyediaan suku cadang. "Perakitan 604 SL ini untuk mengimbangi Volvo dan Mercedes," kata RL Pelupessy, direktur teknik dan pemasaran MFM. Peugeot 604 SL dilengkapi enam silinder 2664 cc. Harganya Rp 13,5 juta "kosong", hampir sama dengan harga penjualan sedan Volvo 264 GL, juga enam silinder 2700 cc yang dijadikan kenderaan dinas para menteri kabinet pembangunan III. Pelupessy rupanya tak mau kalah dengan Volvo. "Pemerintah Perancis," katanya, "mengharuskan tiap dutanya di luar negeri memakai Peugeot 604 SL, kecuali ada pertimbangan lain setempat." Menurut dia, sudah 120 satuan (unit) Peugeot 604 SL dipesan sampai Lebaran. Pada umumnya para pembelinya adalah pedagang dan perorangan. Diproyeksikan sampai akhir tahun ini akan laku terjual sebanyak 200 satuan. "Kami berusaha meningkatkan penjualan meskipun pasaran masih lemah," tambah Pelupessy. Sebagai penopang tekadnya itu, pada bulan Ramadhan lalu, 31 penyalurnya dari berbagai kota di Jawa dan luar Jawa telah dilatih selama 2 minggu di Jakarta tentang teknik dan penjualan. Gelombang Surut Ketika keagenan dipegang MFM tahun 1973, penjualannya baru mencapai 275 Peugeot dan 66 Renault setahun. Tahun berikutnya, 883 Peugeot dan 672 Renault dijualnya. Puncak penjualannya terjadi pada tahun 1975, yaitu 2024 Peugeot dan 404 Renault. Kemudian geIombang surut datang. Kedua merek yang dipegang MFM pada tahun 1976 hanya terjual sebanyak 1535 satuan (1111 Peugeot dan 424 Renault). Penjualannya anjlok lagi ke 1397 satuan ada tahun lalu (1025 Peugeot dan 372 Renault). Merosotnya penjualan sedan itu disebabkan SK Menteri Keuangan, 27 Juli 1976 yang menaikkan tarif bea masuk CKD dan PPn dalam negeri. Untuk sedan, bea masuk naik dari 50% menjadi 100%. PPn impor dari 10% menjadi 20%. Suku cadang dikenakan bea masuk 50% ditambah PPn impor 10%. Untuk kendaraan niaga dan serbaguna seperti Jeep, bea masuk dan PPn impor dibebaskan. Akibatnya daya beli masyarakat terhadap mobil sedan menjadi lemah. Di lain pihak perhatian masyarakat membeli kendaraan niaga meningkat. Produksi pabrik perakitan secara nasional menurut catatan Gaakindo: lebih 93.000 satuan pada tahun 1977 (kendaraan niaga 74.332, sedan 12.879 dan serbaguna hampir 6000 satuan). Ia menanjak dari tahun 1976, ketika masih, 5.574 satuan (kendaraan niaga 44.517, sedan 24.298 dan serbaguna 6.759). Sasaran yang hendak dicapai MFM tahun ini cuma 70 satuan lebih tinggi dari tahun lalu. "Sebab tahun 1978 masih sulit. Bahkan lebih jelek dari tahun lalu. Anjuran hidup sederhana juga berpengaruh pada bisnis sedan," kata Pelu pessy. Namun "untuk sedan non-Jepang, Peugeot masih tetap menduduki tempat teratas." Dari keseluruhan merek sedan yang diperdagangkan di Indonesia, tahun 1977 Peugeot menduduki tempat ketiga (1025 satuan) setelah Toyota (4178) dan Honda Civic (2643). Kemudian baru menyusul Mazda (905), Mercedes (590), dan Fiat (271). VW tahun lalu cuma dengan 83 satuan. Sisanya sebesar 3184 mewakili 25 merek yang oleh usahawan mobil dianggap tidak ekonomis sama sekali. Tahun 1978, menurut Pelupessy akhirnya, persaingan sesama agen tunggal mobil semakin tajam antara lain dcngan meningkatkan servis dan korting.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus