Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Majulah Bersama, Ke Jepang

PT Perusahaan Bir Indonesia (PBI) meningkatkan pemasarannya dengan memasarkan bir bintang ke Tokyo, Jepang, yang dilaksanakan oleh PT Kibeka Tongga.(eb)

16 September 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KERIBUTAN buruh pabrik PT Perusahaan Bir Indonesia (PBI) di Tangerang dan Surabaya baru-baru ini ternyata telah membuat produknya makin laris. Pasaran domestik, yang tadinya ia kuasai cuma 55%, kini melonjak menjadi 57% dari keseluruhannya. Bahkan kini PBI maju selangkah lagi dengan memasarkan Bir Bintang ke Jepang. Menjelang lebaran, kapal Hartvig-Maersk yang mengangkut 15.000 botol mini telah merapat di pelabuhan Yokohama. Bir Bintang itu selanjutnya dengan truk diangkut ke Tokyo. Angka ini akan melonjak karena awal Oktober akan dikapalkan lagi sebanyak 30.000 botol m, ini dengan tujuan yang sama. Kejadian ini adalah pertama kali sejak pabrik bir dibuka di Indonesia pada tahun 1929 di Surabaya. "Ini merupakan lembaran baru dalam sejarah bir Indonesia," kata satu manajer PBI, Robert Aswin. Sebenarnya, menurut Aswin, sejak 1973 PBI mengidap hasrat mengekspor Bir Bintang. Permintaan datang antara lain dari Afrika, Selandia Baru, Hong Kong dan Singapura. Tapi hasrat itu tak pernah terlaksana karena "waktu itu tidak ada kemudahan prosedure ekspor dan keringanan dari pemerintah seperti sekarang ini." Ekspor ini dimungkinkan karena PPn 20% tidak dipungut. Bahan ragi dan malt yang selama ini diimpor dan dikenakan bea masuk kurang lebih 50% kini dapat ditarik kembali setelah barang diekspor. Pihak Bea dan Cukai pun ikut membantu. Pemuatan ke dalam peti kemas dilakukan di pabrik dan dengan pengawalan oleh petugas Bea dan Cukai bir itu langsung dikapalkan. "Kadar alkoholnya sama seperti yang dijual di dalam negeri," ujar manajer J.A. Mahulete. "Isinya pun tetap 320 cc per botol. Mahulete ini mengepalai bidang produksi, jabatan yang tadinya dipersengketakan oleh pihak buruh karena mereka mempertahankan manajer berbangsa asing. Brem Bali Juga Tapi yang mengekspor Bir Bintang ini bukan PBI sendiri, melainkan dilaksanakan oleh PT Kibeka Tongga yang mempunyai kantor cabang di Tokyo. "Sejak setahun yang lalu, kami telah mengekspor Brem Bali, kerupuk udang, kopi bubuk dan tikar rotan Kalimantan," kata Dir-Ut PT Kibeka Tongga, Andi Johan. Menurut Johan, pengapalan pertama ini telah didahului dengan mengirimkan beberapa kali samples bir merek Bintang ke Tokyo. Sasaran pertama penjualannya adalah di sekitar 15 restoran Indonesia yang tersebar di Jepang. Pada tahap kedua PT Kibeka Tongga akan memasarkannya di Super market. Persaingan cukup tajam. "Dewasa ini sudah ada 15 macam merek bir impor yang beredar di Jepang," kata Johan. "Tapi saingan yang paling berat adalah bir produksi Jepang sendiri yang mendapat perlindungan dari pemerintahnya." Bir-bir produksi lokal ini di Jepang berharga sekitar 125 - 150 Yen per botol mini, sedang bir impor harganya antara 220 - 270 Yen. Bintang adalah keturunan dari Heineken, sama-sama bir Pelsener, produksi induk perusahaan yang sama. Tapi keduanya kini bersaing di pasaran Jepang. Jika di sana cuma laku 225 Yen, Bintang di restoran-restoran Indonesia di Jepang dapat dijual 250 Yen (Rp 546). Harga Bintang untuk ekspor adalah US$ 0,40 FOB (Rp 166). Sedang harga ecerannya di Jakarta Rp 300 (isinya saja). Andi Johan optimis dengan eksporBintang ini, apalagi banyak turis Jepang yang datang ke sini telah berkenalan dengan merek ini. Namun untuk satu peti kemas ini Kibeka Tongga membayar freight kapal sebesar US$ 1500 sehingga sesampai di Yokohama harganya menjadi lebih 150 Yen per botol mini. Ini dirasakan berat. Untungnya, ia bebas dari pajak, kecuali MPO yang dipungut pemerintah sebesar Rp 10 untuk tiap satu dollar. Ekspor bir dilakukan oleh negara lain dalam kemasan kaleng. Kemungkinan pecah pun kurang ketimbang dengan botol. "Tapi kemasan kaleng juga mempunyai kerugian," kata Mahulete. "Misalnya konsumen tidak dapat langsung mengetahui isinya apakah jernih atau keruh. "

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus