Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Kemana lagi Menjual ?

Pengapulan Gas Alam Cair (LNG) yang pertama di Arun, Aceh akan diresmikan Presiden Soeharto. Sementara itu kontrak penjualan dengan Amerika masih macet.(eb)

16 September 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TANKER Aquarius dipilih lagi untuk nembuat sejarah baru. Awal Agustus 1977, ia ditugaskan mengangkut gas alam cair dari dermaga khusus LNG Bontang, Kalimantan Timur, buat pertama kalinya. September ini, pengapalan perdana akan dilakukannya pula dari Arun, Aceh. Seyogianya kapal khusus LNG yang dibuat oleh General Dynamics di Quincy (AS) itu sudah mulai bertolak dari Arun 1 Agustus yang lalu, tepat setahun sesudah pengapalan perdana dari Bontang. Tapi peristiwa bersejarah ini tertunda karena bencana besar menimpa lapangan gas Arun. Sejak 4 Juni di situ terjadi kebakaran yang baru bisa dipadamkan 3 bulan kemudian. Untuk itu Paul "Red" Adair, ahli dari Houston telah diterbangkan ke sana. Dia berhasil menjinakkan api di Arun yang ditaksir menimbulkan kerugian sekitar $ 30 juta. Sebagaimana dari Bontang (investasi $ 680 juta), gas alam cair dari Arun (investasi $ 950 juta) juga dipasarkan ke Jepang dalam suatu perjanjian 22 tahun. Keduanya kini membuat Indonesia sebagai pengekspor LNG ke-4 di dunia. Sebelum bencana kebakaran, Arun pernah dihebohkan oleh peristiwa gerombolan pengacau, diduga pengikut Hasan Tiro, yang menyerang dan mengorbankan beberapa karyawan asing. luat sementara Mobil Oil Indonesia Inc., sebuah unit dari Mobil Corp. yang beroperasi di sana atas dasar bagi-hasil dengan Pertamina, agak terganggu pikirannya karena peristiwa itu. Tapi kini semua pihak boleh lega karena diketahui gerakan petualangan Hasan Tiro tidak mempunyai pengikut yang berarti, dan tidak sampai berupa ancaman terhadap keamanan setempat. Tipis Kilang LNG Arun kini bekerja dengan tiga unit produksi yang dibangun khusus untuk melayani pasaran Jepang. Sudah ada rencana untuk membangun tiga unit lagi, yang tadinya dimaksud untuk melayani pasaran di pantai barat Amerika. Bahkan suatu kontrak penjualan 20 tahun sudah ditandatangani dengan Pacindo, perusahaan patungan Southern California (ras Co. dan Pacific Gas & Electric Co. pada akhir 1973. Tapi kelanjutannya masih macet karena Departemen Energi AS belum bisa menyetujui rumus eskalasi harga yang tercantum dalam kontrak Pacindo-Pertamina itu. Ketika datang ke Jakarta Mei yang lalu, Wakil Presiden AS Walter Mondale mengumumkan bahwa Washington sudah menyetujui rumus eskalasi harga itu. Ternyata kemudian Departemen Energi AS membantahnya, hingga agak membingungkan terutama orang kita. Maka akibatnya, beberapa anggota DPR menyuarakan kejengkelan masing-masing via pers. Seakan-akan AS melakukan tekanan politik, bukan bisnis tok. Dalam hal ini Menteri Pertambangan dan Energi Subroto mencoba mendinginkan. "Kita tunggu sampai Oktober," katanya. Sikap pemerintah terakhir tampaknya begini: Jika Oktober nanti diterima jawaban okay dari AS, ya syukur. Jika tidak, ya apa boleh buat, kita cari negara pembeli lain yang berminat. Namun tipis kemungkinan kontrak dengan Pacindo akan bisa dilanjutkan. Sebab kebetulan AS kini berusaha mengurangi impor energi. Minyak Alaskanya mulai mengalir. Persediaan batubaranya berlebihan. Ada pula harapannya untuk menjumpai ladang gas alam di AS sendiri. Maka bila LNG Arun itu nanti dipompakan ke Aquarius, dan Presiden Soeharto meresmikannya, akan maslh banyak alasan untuk bergembira. Tapi suasana upacara itu tentu akan diliputi tanda-tanya Ke mana lagi bisa dijual?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus