Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Sukamdani Sekali Lagi

Sukamdani Sahid Gitosardjono rujuk dengan Probosutedjo. Masing-masing terpilih sebagai ketua umum & wakil ketua umum Kadin. Pengusaha kecil mendapat prioritas & Kadin minta subsidi dari pemerintah. (eb)

5 Oktober 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUKAMDANI Sahid Gitosardjono dan Probosutedjo ternyata masih menjadi primadona kaum pengusaha. Dalam musyawarah nasional Kadin di hotel Horison, pekan lalu, kedua tokoh yang saling bersaing itu masih menduduki urutan pertama dan kedua dalam pengumpulan suara. "Saya mendukung sepenuh hati kemenangan Sukamdani," ujar Probosutedjo, yang sudah tiga tahun enggan menginjakkan kakinya di markas besar Kadin. Kali ini, presiden direktur kelompok Mertju Buana itu mengumpulkan 51 suara, atau lima suara di bawah Sukamdani. Seperti pada musyawarah sebelumnya, ketika keduanya adu kekuatan pertama kalinya, Probosutedjo kembali muncul dengan gaya lamanya: pada hari kedua Munas - yang berlangsung empat hari - ia menyatakan mengundurkan diri dari pencalonan. Namun, tidak menolak sama sekali ketika diangkat sebagai wakil ketua umum. "Sudah saatnya kami rukun," ujarnya. Kerukunan itu sendiri bermula dari panggilan mendadak ketua umum Dewan Pimpinan Pusat Golkar, Sudharmono, kepada semua pengurus harian Kadin pusat dan daerah, beberapa jam setelah Munas dibuka. "Pak Dhar tidak ingin ada ketegangan di antara kader Golkar," ujar Sukamdani, presiden direktur kelompok Sahid, yang berhasil merenggut kembali jabatan ketua umum Kadin. Oleh sebab itu, suasana tegang, yang sempat muncul beberapa saat, patah begitu saja. Kedua tokoh itu, bahkan, sudah bersepakat dalam menggariskan program utama dari kepengurusan baru yang akan berakhir tiga tahun mendatang: peningkatan kualitas pengusaha kecil yang saat ini mendominasi peredaran barang-barang konsumsi kelas bawah. "Itulah prioritas kami," ujar Sukamdani setengah berteriak, yang juga dinyatakan oleh Probosutedjo secara terpisah. Dan program ini dianggap sebagai kejutan bagi Kadin-Kadin daerah yang menganggap Sukamdani sudah keasyikan berjalan-jalan ke luar negeri mencari pasar-pasar baru. "Inilah langkah yang sudah lama kami nantikan," ujar Oesman Sapta, ketua Kadin Daerah Kalimantan Barat, yang membuat kejutan dengan menempati urutan kedelapan. Bagi pengusaha yang mendapat dukungan dari 13 Kadin daerah itu, kemandekan bisnis pengusaha kecil yang kebanyakan tersebar di daerah-daerah bukan hanya karena kurang modal, tetapi juga kurangnya wawasan serta dukungan dari pusat. Untuk itu, Sukamdani mengimbau pemerintah agar penghimpunan dana-dana baru dalam bentuk dana asuransi, pensiun, tabungan institusional, simpanan koperasi, dan lain-lain, lebih dimanfaatkan untuk mendorong kegiatan produktif. "Investasi harus merata ke semua daerah," tuturnya sambil mengepalkan tangan. Pemilik hotel Sahid itu juga mengakui bahwa sudah terlalu banyak modal yang bertumpuk di pusat. Sebagai langkah pertama, kepengurusan Kadin 1985-1988 ini akan segera mengadakan inventarisasi semua masalah ekonomi dan bisnis. Karena itu, Sukamdani mengusulkan pada pemerintah agar diadakan dialog nasional, supaya diperoleh masukan-masukan untuk menghadapi kemelut ekonomi yang tak kunjung padam. "Kadin menyediakan diri sebagai pemrakarsa," ujarnya. Di samping itu, Kadin sendiri juga makin kepayahan menghadapi anggaran yang terus meningkat tajam dari tahun ke tahun. Pada dasawarsa lalu anggaran masih bisa ditekan sampai Rp 6 juta per bulan, tapi pada tahun 1982-1985 sudah melonjak sampai Rp 100 juta per bulan. Maka, Komisi Rancangan Anggaran Pembangunan dan Belanja Kadin 1985-1988 dalam Munas ini memutuskan, "Pemerintah harus menyubsidi Kadin, supaya dapat membina dunia usaha lebih baik." Praginanto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus