ANDRE Laurens, 48 tahun, biasa bicara bernada rendah dan baik
hati. Walaupun termasuk junior di antara sekian banyak redaktur
kawakan ia muncul sebagai calon terkuat untuk jadi Pemimpin
Redaksi Le Monde koran berpengaruh Prancis (oplah 550. 000).
Itu berarti Laurens hampir pasti akan meneruskan jabatan yang
selama 12 tahun dipegang Jacques Fauvet. Fauvet, 67 tahun, sudah
sejak awal 1980 mengumumkan akan mengundurkan diri pada 1982
ini. Tampaknya berakhir masa pertarungan intern yang penuh
percikan kemarahan dan kegusaran antar wartawan, selama 2 tahun
ini.
Seperti The Times harian tua dan berpengaruh di Inggris, Le
Monde adalah simbol prestise bangsa Prancis, yang jadi buah
percakapan nasional. Dan seperti juga koran Inggris tadi, koran
Prancis ini menderita kerugian dan mengalami pertikaian sesama
pimpinan. The Times mengalami pertarungan antara pemiliknya,
Rupert Murdoch, dan 2.600 karyawannya. Murdoch mau
memberhentikan 600 kayawannya, bahkan sudah memecat pemimpin
redaksinya. Sedang pertarungan dalam Le Monde bagaikan perang
saudara. Karena harian tersebut dimiliki dan diusahakan oleh
para wartawan maupun karyawannya sendiri.
Cukup lama pertikaian itu berlangsung. Maklum pemimpin redaksi
koran yang terbit sejak 1944 atas perintah Charles de Gaulle,
Presiden Prancis waktu itu, harus diangkat melalui pemilihan
para karyawannya. Untuk itu diperlukan 60% suara dari 200
wartawan yang harus memilih.
Sebetulnya, sudah sejak Juni 1980 pengganti Fauvet terpilih.
Yakni Claude Julien, 56 tahun, redaktur edisi lampiran (bulanan)
Le Monde Diplom Atique (TEMPO, 14 Juni 1980). Tapi kemudian
Julien mendapat kritikan karena pandangan politiknya yang kiri.
Pandangan politik Le Monde biasanya independen atau paling
banter kiri-tengah.
Kontroversi atas pengangkatan Julien membesar akhir tahun lalu,
menyusul pemberitaan oleh satu koran lawan tentang perubahan
yang direncanakan Julien. Dia menuduh Pierre Georges, wartawan
Le Monde juga, membocorkan informasi itu. Julien menuntut supaya
Georges mengundurkan diri. Georges menolak tuduhan itu dan tak
mau mengundurkan diri. Bahkan ia menggugat Julien.
Peristiwa itu merupakan sumbu ledakan yang menyebabkan
pengangkatan Julien ditinjau kembali. Hingga Julien tak mendapat
suara pada pemilihan ulangan akhir-akhir ini. Padahal seharusnya
ia tak lama lagi mengambil alih kedudukan Fauvet.
Julien memang dikenal sebagai penganut gerakan radikal dan
sangat antiAmerika. Pendukung Dunia Ketiga, ia punya prinsip
kewartawanan. Siapa yang ingin berpikir dan menulis, tidak punya
pilihan lain kecuali mengungkapkan semua yang ingin
disembunyikan penguasa.
Dalam proses pemilihan kembali, yang cukup menegangkan, mereka
akhirnya berhasil memilih Andre Laurens. Semula Laurens tak
memenangkan jabatan itu. Ia terangkat ke muka setelah komisi
penyeleksi gagal menyetujui dua tokoh yang lebih baik. Yakni
Andre Fontaine, penulis peristiwa internasional, dan Bernard
Poirot-Delpech, kepala kritik seni koran itu. Juga setelah
banyak tokoh terkemuka harian itu berusaha tapi gagal
mengumpulkan dukungan.
Tapi proses ini belum selesai. Laurens harus memenangkan
sekurang-kurangnya 75% suara pada pertemuan umum penerbit itu
dalam Mei atau Juni mendatang.
"Saya belum pantas mulai bikin pernyataan tentang kebijaksanaan,
sementara rekan-rekan saya masih memperhatikan saya," tutur
Laurens pekan lalu. Tapi di antara berbagai kelompok ideologi
suratkabar itu, ia dinilai sebagai moderat. Dan dalam satu
pernyataan singkatnya pada harian Liberation yang juga terbit di
Paris, ia menggambarkan dirinya bersimpati pada Partai Sosialis.
Pertarungan dalam Le Monde memang merupakan campuran perjuangan
perseorangan dan ideologi. Laurens sejak semula menentang
Julien, tapi ia mengambil bagian yang kurang menonjol dalam
perjuanan itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini