Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEKALI merengkuh dayung, dua-tiga pulau terlampaui. Setidaknya, itulah yang hendak dicapai dari rapat koordinasi terbatas di kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, Senin pekan lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tak hanya membahas penyaluran beras Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Bulog) melalui operasi pasar, peserta rapat mengusulkan kepada Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan agar mempercepat pencairan bantuan sosial beras sejahtera akhir tahun ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tujuannya: harga beras kembali stabil. "Didahulukan untuk mengurangi belanja di pasar yang membuat permintaan dan harga naik," kata Direktur Pengadaan Bulog Bachtiar di kantornya, Selasa pekan lalu.
Pencairan bantuan sosial beras sejahtera (rastra) dilakukan setiap bulan bagi 14,2 juta keluarga miskin. Bantuan diberikan dalam bentuk beras kualitas medium seberat 10 kilogram per keluarga per bulan. Penerima tak perlu membayar harga tebus seperti dalam skema subsidi rastra yang pernah diberikan sebelumnya.
Nantinya, alokasi bantuan sosial beras sejahtera bulan Oktober akan dimajukan menjadi pada September sehingga dapat dicairkan dalam waktu yang sama. Bachtiar mengatakan usul ini telah disetujui Kementerian Koordinator Perekonomian dan tinggal menunggu persetujuan Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia.
Seusai rapat koordinasi terbatas di Lapangan Banteng, Bachtiar langsung menemui Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita. "Begitu ada keputusan Menteri Kemenko PMK, bisa langsung jalan," ucap Bachtiar. Bulog siap menggelontorkan stok berasnya di gudang yang tersebar di sejumlah daerah. "Barang kami di mana-mana."
Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Bulog Tri Wahyudi Saleh mengatakan, selain mengadakan operasi pasar, Bulog memang bertugas menyalurkan stok beras untuk bantuan. Dari total realisasi pengadaan 2,4 juta ton per 24 Agustus lalu, Bulog telah melepas sebagian stoknya.
Adapun alokasi bantuan beras sejahtera yang belum disalurkan untuk bulan Agustus, September, dan Oktober sekitar 300 ribu ton. "Nanti akan kami gabung dicairkan pada September," ujar Tri. Adapun bantuan untuk November, Desember, dan Januari akan digelontorkan dua bulan mendatang. Strategi ini hampir sama dengan penyaluran bantuan sosial rastra ke wilayah perbatasan, yaitu tiga bulan sekali.
Direktur Jenderal Penanganan Fakir Miskin Kementerian Sosial Andi Dulung menyebutkan timnya masih menunggu keputusan Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia ihwal perubahan pencairan bantuan sosial rastra pada semester kedua ini. "Sepanjang ada keputusan, kami siap laksanakan," kata Andi, Rabu pekan lalu.
Kementerian Sosial mencatat pembagian beras sejahtera dan bantuan pangan nontunai (BNPT) pada Agustus telah mencapai 90 persen. "Sudah kami siapkan untuk memulai penyaluran September." Selanjutnya, Kementerian Sosial akan meminta Bulog dan pemerintah daerah mendistribusikan bantuan tersebut. "Sudah Bulog siapkan berasnya di kantong penerima rastra."
Hingga akhir Agustus, stok beras di sejumlah gudang Bulog cukup melimpah. Perusahaan penopang ketahanan pangan ini memiliki sekitar 2,6 juta ton simpanan beras yang disebar di beberapa gudang Bulog. Pemerintah mewajibkan Bulog memiliki stok tetap atau cadangan beras pemerintah 1,5 juta ton sepanjang tahun. Jika alokasi buat bantuan sosial, stok tetap, dan kewajiban operasi pasar telah terpenuhi, Bulog dapat menggunakan sisa simpanannya untuk dijual secara komersial.
Tri Wahyudi mengatakan penyaluran bantuan berupa BPNT rupanya tak efektif menyerap beras dari Bulog. BPNT berbeda dengan bantuan sosial rastra.
Dengan kartu e-wallet, penerima BPNT dapat membelanjakan jatah Rp 110 ribu per bulan untuk membeli beras atau bahan pokok lain di agen terdekat. Agen tersebut tak wajib menjual beras dari Bulog. Akibatnya, stok Bulog tak cepat terpakai. "Mereka bebas ambil dari mana saja. Risikonya, gudang Bulog penuh," ujar Tri. "Jika terlalu lama disimpan, beras bisa rusak."
Putri Adityowati
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo