SETELAH dua tahun masa persiapan, kawasan industri PT Batamindo akhirnya diresmikan pekan silam oleh Presiden Soeharto. Hadir pada acara penting itu, PM Singapura Goh Chok Tong, yang ikut meninjau industri mesin, logam dasar, dan elektronika di sana. Kawasan industri Batamindo terletak di areal 320 ha di Muka Kuning, Batam, dan digunakan untuk industri mesin dan elektronika, yang kelak diarahkan pada industri berteknologi tinggi. Pembangunan tahap pertama akan menelan biaya US$ 200 juta dengan areal 70 ha. Di sisa areal dibangun pada tahap kedua, seluas 100 ha, dan tahap ketiga di atas areal 150 ha. Diharapkan kawasan industri itu akan mampu menyerap 100 perusahaan dan 40.000 tenaga kerja dengan investasi sekitar Rp 1,2 trilyun. Ketua Otorita Batam, B.J. Habibie mengatakan bahwa sampai akhir 1991 investasi di Pulau Batam mencapai nilai US$ 3,28 milyar. Dari jumlah itu, sekitar 37,62% atau senilai US$ 997,77 juta merupakan investasi asing. Sementara itu, investasi pemerintah yang meliputi pembangunan prasarana mencapai US$ 628,77 atau sekitar 18,17% dari total investasi di sana. Prasarana fisik jelas penting untuk menarik minat investor asing. Pemerintah memprioritaskan prasarana, seperti pembangkit tenaga listrik diesel dan jembatan Nongsa. "Untuk menarik investor asing lebih banyak," kata B.J. Habibie. Di atas kertas, sedikitnya ada 790 perusahaan milik asing di Singapura yang akan merakit barang untuk diekspor kembali dengan nilai US$ 11 milyar tiap tahun. Jika PT Batamindo sudah siap mendukung, diharapkan sebagian dari industri itu akan berpaling ke Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini