DEWASA ini, prospek bisnis keramik -- mencakup tegel, sanitair sampai genteng berglasur -- lagi bagus-bagusnya. Maka, tak heran bila International Finance Corporation (IFC) -- sebagai bagian Bank Dunia yang selama ini aktif membantu swasta di negera berkembang -- tidak ragu-ragu menyalurkan dananya ke industri keramik. Yang menikmati kucuran IFC kali ini adalah PT Lantai Keramik Mas (LKM), salah satu perusahaan milik Kaharudin Ongko. Dalam perjanjian yang ditandatangani Rabu pekan silam, IFC tidak hanya memberikan pinjaman, tapi juga penyertaan modal. Dana itu akan dimanfaatkan untuk perluasan pabrik dan peningkatan kapasitas PT LKM, terutama untuk produk genteng berglasur. Dana yang disalurkan kepada LKM seluruhnya US$ 15,4 juta. Sebanyak US$ 5,4 juta adalah dana dari IFC, sementara US$ 10 juta diperoleh IFC dari sindikasi yang didukung Swiss Bank Corporation dan Banque Et Caisse d'Epargne de l'Etat Luxembourg. Kecuali itu, IFC juga melakukan penyertaan modal dalam PT LKM sebanyak 15% (nilainya tak diungkapkan IFC maupun PT LKM). Pabrik genteng PT LKM berada di areal seluas 24 hektare, di kompleks pabrik keramik Grup KIA di Cilieungsi, Bogor. Menurut rencana, PT LKM akan memproduksi genteng glasur sebanyak 18 juta unit per tahun atau dua kali lipat dari kapasitasnya selama ini. Paling tidak, menurut Presiden Direktur PT LKM, T. Tedja, genteng berglasur produksi PT LKM belum ada saingannya di ASEAN. Kalau soal kualitas, produk Jepang tampaknya lebih unggul, tapi harganya masih lebih mahal daripada produksi Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini