Tak Ada Pasir, Singapura Rugi

KEUNTUNGAN konglomerat Singapura menyusut akibat larangan ekspor pasir yang diterapkan pemerintah Indonesia. SembCorp Industries Ltd., perusahaan Singapura itu, mengaku laba bersihnya pada tahun 2002 bakal merosot dibandingkan dengan tahun kemarin karena unit konstruksinya menelan kerugian S$ 127 juta atau sekitar Rp 635 miliar. Perusahaan yang 58 persen sahamnya dimiliki pemerintah Singapura itu telah berencana menghapusbukukan proyek reklamasi pantai senilai S$ 85 juta atau sekitar Rp 430 miliar, setelah keluar larangan Agustus lalu. Penyebabnya, SembCorp tak memiliki pilihan sumber pasir yang lain. "Kami melihat tak ada harapan adanya pasokan pasir yang aman," demikian pernyataan SembCorp dua pekan lalu. Langkah pemerintah Indonesia melarang ekspor pasir mendapat pujian di dalam negeri. Soalnya, penggalian dan ekspor pasir secara besar-besaran di pesisir Riau, Sumatera, ditengarai telah menyebabkan kerusakan alam yang hebat. Bahkan beberapa pulau kini telah tenggelam. Di pihak lain, daratan Singapura justru bertambah sehingga dikhawatirkan akan mengubah perbatasan internasional kedua negara. Sayangnya, larangan ekspor pasir itu tak sepenuhnya berlaku efektif. Di lapangan, ada saja perusahaan yang secara diam-diam masih melakukan ekspor pasir bekerja sama dengan oknum pejabat pemerintah setempat dan petugas keamanan.